Dengki dan Dendam
Dalam Al-Quran Allah berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu iri
hati terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih
banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada
bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang
maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).
Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandung permusuhan
didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan
dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati
dengan mencelakakan orang yang di dendami".
Berbahagialah orang yang
berlapang dada, berjiwa besar dan pema 'af. Tidak ada sesuatu yang
menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup
dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan
dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia. Seseorang
yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat
sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan
merasakan karunia itu ada pula pada dirinya.
Dan apabila ia melihat
musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan
mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni
dosanya. Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati
yang bersih dan jiwa yang sehat, rela terhadap ketentuan Allah dan
terhadap kehidupan.
Jiwanya bebas dari perasaan dengki dan dendam.
Karena perasaan dengki dan dendam itu merupakan penyakit hati, yang
dapat merembeskan iman keluar dari hati, sebagaimana merembesnya zat
cair dari wadah yang bocor. Islam sangat memperhatikan kebersihan hati
karena hati yang penuh dengan noda-noda kotoran itu, dapat merusak amal
sholeh, bahkan menghancurkannya.
Sedang hati yang bersih, jernih dan
bersinar itu dapat menyuburkan amal dan dorongan semangat untuk
meningkatkan amal ibadah, dan Allah memberkahi dan memberikan segala
kebaikan kepada orang yang hatinya bersih. Oleh karena itu, jamaah
muslimin yang sebenarnya, hendaknya jamaah yang terdiri dari orang-orang
yang bersih jiwanya dan sehat hatinya, yang terdiri di atas saling
cinta mencintai, saling kasih mengasihi, sayang menyayangi, yang merata,
di atas pergaulan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan
timbal balik, di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri, bahkan
golongan yang semacam ini, sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur'an yang
artinya: "Yang orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa 'Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha
penyayang". (Al-Hasyr: 10). Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan
suburnya, sampai berakar, dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih
sayang dan hilangnya kasih sayang dapat mengakibatkan rusaknya
perdamaian.
Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat menghilangkan
keseimbangan yang pada mulanya menjurus kearah perbuatan dosa-dosa
kecil, dan akhirnya dapat mengarah kepada dosa-dosa besar yang
mengakibatkan turunnya kutukan Allah. Perasaan iri hati karena orang
lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang
bukan-bukan sampai membuat-buat kedustaan. Islam membenci perbuatan
demikian dan memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya.
Mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan
ibadah yang besar, sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: "Maukah aku
beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan
shadaqoh?, Jawab sahabat: "Tentu mau". Sabda Nabi saw: "yaitu
mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian di antara kamu
adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud dan
Turmudzi).
Syaitan kadangkala tidak mampu menggoda orang-orang pandai
untuk menyembah berhala, tetapi syaitan sering juga mampu menggoda dan
menyesatkan manusia, melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak
perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa nafsunya
yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak
Tuhannya, bagaikan menyembah berhala.
Di sinilah syaitan mulai
menyalakan api permusuhan di hati manusia dan jika api permusuhan itu
telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke
zaman, sehingga turut terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan
manusia. Kita harus mengetahui bahwa manusia itu berbeda-beda tabiat dan
wataknya, berbeda-beda kecerdasan akal dan daya tangkapnya.
Karena itu
dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan kehidupan, kadangkala mereka
membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan. Maka
Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyari'atkan penepatan
akhlak yang baik, yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang
kepada kasih sayang.
Dan Islam melarang memutuskan hubungan dan
berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah kejelekan
itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu
mengendalikan perasaan dan kejengkelan kita, yang apabila fikiran kita
sempit, maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan dengan si
pemeluknya. Tetapi Allah tidak rela perbuatan yang demikian.
Memutuskan
hubungan sesama muslim dilarang, sebagaimana sabda nabi saw yang
artinya: "Janganlah kamu putus hubungan, belakang membelakangi, benci
membenci, hasut menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang
bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi
(setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari". (HR.
Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits ini dinyatakan batas tiga hari, karena
pada waktu tiga hari kemarahan sudah bisa reda, setelah itu wajib bagi
seorang muslim, untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya
dengan saudara-saudaranya sesama muslim, dan membiasakan perilaku yang
utama ini.
Karena putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti
awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin, maka hilanglah
mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali. Ringkasnya,
hendaknya orang-orang yang mempunyai penyakit hati, seperti rasa dendam,
iri hati, dan dengki selalu ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi
segala kekuasaan.
Dan hendaklah ia ingat, bahwa harta benda dan
kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak kekal. Paling jauh
dan lama, sepanjang hidupnya saja, bahkan mungkin sebelum itu. Dalam
Al-Quran Allah berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang di karuniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak
dari sebagian yang lain. (karena) bagi seorang laki-laki ada bagian
daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian
dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha
mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).
0 komentar:
Posting Komentar