Yang Tidak Diperbolehkan Selama Masa Haid Berdasar Al Quran dan Hadits Rasulullah SAW
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Memotong rambut dan kuku saat haidh bukan hal yang terlarang saat seorang wanita mendapat haidh.
Sebab landasan syar’i atas larangan hal itu tidak berlandaskan dalil
Quran maupun sunnah, kecuali hanya sekedar nalar manusiawi. Seharusnya
ada dalil yang tegas dari kitabullah atau sunnaturasulillah yang
dibawakan oleh mereka yang mengatakan hal itu.
Adapun perbuatan yang haram dilakukan oleh wanita yang sedang haid,
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-sunnah antara
lain adalah:
Puasa Saat Haid
Wanita yang sedang mendapatkan haid dilarang menjalankan puasa dan
untuk itu ia diwajibkannya untuk menggantikannya dihari yang lain.
وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رضيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ
رسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: أَلَيْسَ إِذا حَاضَتِ المَرْأَةُ لَمْ
تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ، مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abi Said Al-Khudhri ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bukankah bila wanita mendapat hatdh, dia tidak boleh shalat dan puasa?
Tawaf
Seorang wanita yang sedang mendapatkan haid dilarang melakukan tawaf. Sedangkan semua praktek ibadah haji tetap boleh dilakukan. Sebab tawaf itu mensyaratkan seseorang suci dari hadas besar.
وَعَنْ عَائِشةَ رضيَ اللهُ عَنْهَا قَالَت: لَمَّا جِئْنَا سَرِفَ
حِضْتُ، فَقَالَ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم: افْعَلِي مَا يَفْعَلُ
الحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لا تَطُوْفِي بِالبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي،
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu
mendapat haid, lakukan semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf di
sekeliling ka`bah hingga kamu suci.
Shalat
Seorang wanita yang sedang mendapatkan haid diharamkan untuk
melakukan salat. Begitu juga mengqada` salat. Sebab seorang wanita yang
sedang mendapat haid telah gugur kewajibannya untuk melakukan salat.
Dalilnya adalah hadis berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ رضيَ اللهُ عَنْهَا: أنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِي
حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم: إِنَّ دَمَ الحَيْضِ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ، فَإِذا كَانَ ذَلِكَ
فَأَمْسِكِي عَنِ الصَّلاةِ، فَإِذا كَانَ الآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي،
رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابنُ حِبَّانَ
وَالحَاكِمُ، وَاسْتَنْكَرَهُ أَبُو حَاتِمٍ
Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah
istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Darah haidh itu
berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar seperti itu,
janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan lakukan
shalat.
Dari Aisyah ra. berkata, Di zaman Rasulullah SAW dahulu kami
mendapat haid, lalu kami diperintahkan untuk mengqada` puasa dan tidak
diperintah untuk mengqada` salat.
Selain itu juga ada hadis lainnya:
Dari Fatimah binti Abi Khubaisy bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapatkan haid maka tinggalkan salat.
Berwudu` atau Mandi
As Syafi`iyah dan al-Hanabilah mengatakan bahwa `wanita yang sedang
mendapatkan haid diharamkan berwudu`dan mandi janabah. Maksudnya adalah
bahwa seorang yang sedang mendapatkan haidh dan darah masih mengalir,
lalu berniat untuk bersuci
dari hadats besarnya itu dengan cara berwudhu’ atau mandi janabah,
seolah-olah darah haidhnya sudah selesai, padahal belum selesai.
Sedangkan mandi biasa dalam arti membersihkan diri dari kuman, dengan
menggunakan sabun, shampo dan lainnya, tanpa berniat bersuci dari
hadats besar, bukan merupakan larangan.
Menyentuh mushaf Al Quran dan Membawanya Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang menyentuh Al-Quran:
لا يمسه إلا المطهرون
Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suciJumhur Ulama sepakat bahwa orang yang berhadats besar termasuk juga orang yang haidh dilarang menyentuh mushaf Al-QuranBerhubungan Pribadi dengan Suami Wanita yang sedang mendapat haid haram melakukan kegiatan pribadi
suami dan istri dengan suaminya. Keharamannya ditetapkan oleh Al-Quran
Al-Kariem berikut ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ
النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ
فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ إِنَّ
اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: `Haidh itu
adalah suatu kotoran`. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.
Yang dimaksud dengan menjauhi mereka adalah tidak menyetubuhinya. Sedangkan al-Hanabilah membolehkan mencumbu wanita yang sedang haid
pada bagian tubuh selain antara pusar dan lutut atau selama tidak
terjadi persetubuhan. Hal itu didasari oleh sabda Rasulullah SAW ketika
beliau ditanya tentang hukum mencumbui wanita yang sedang haid maka
beliau menjawab:
وَعَنْ أَنَسٍ رضيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ اليَهُودَ كَانت إِذا حَاضَتِ
المَرْأَةُ فِيْهِمْ لَمْ يُؤَاكِلُوهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم: اصْنَعُوا كُلَّ شَىءٍ إِلاَّ النِّكَاحَ، رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Anas ra. bahwa orang Yahudi bisa para wanita mereka mendapat
haidh, tidak memberikan makanan. Rasulullah SAW bersabda, Lakukan
segala yang kau mau kecuali hubungan badan.
وَعَنْ عَائِشَةَ رضيَ اللهُ عَنْهَا قَالَت: كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم يَأْمُرُنِي فَأَتَّزِرُ، فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ،
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Aisyahra berkata, Rasulullah SAW memerintahkan aku untuk
memakain sarung, beliau mencumbuku sedangkan aku dalam keadaan datang
haidh.
Keharaman menyetubuhi wanita yang sedang haid ini tetap belangsung
sampai wanita tersebut selesai dari haid dan selesai mandinya. Tidak
cukup hanya selesai haid saja tetapi juga mandinya. Sebab di dalam
al-Baqarah ayat 222 itu Allah menyebutkan bahwa wanita haid itu haram
disetubuhi sampai mereka menjadi suci dan menjadi suci itu bukan
sekedar berhentinya darah namun harus dengan mandi janabah, itu adalah
pendapat al-Malikiyah dan as Syafi`iyah serta al-Hanafiyah.
Melafazkan Ayat-ayat Al-Quran Kecuali dalam hati atau doa/zikir yang lafznya diambil dari ayat Al-Quran secara tidak langsung.
Rasulullah SAW tidak terhalang dari membaca Al-Quran kecuali dalam keadaan junub. Namun ada pula pendapat yang membolehkan wanita haidh membaca
Al-Quran dengan catatan tidak menyentuh mushaf dan takut lupa akan
hafalannya bila masa haidhnya terlalu lama. Juga dalam membacanya tidak
terlalu banyak.
Pendapat ini adalah pendapat Malik. Demikian disebutkan dalam Bidayatul Mujtahid jilid 1 hal 133.
Masuk ke Masjid
Dari Aisyah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tidak ku halalkan masjid bagi orang yang junub dan haidh.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
0 komentar:
Posting Komentar