Impian adalah harapan yang memang sudah sewajarnya
dimiliki oleh setiap manusia. Memiliki banyak cita-cita dapat menjadi
motivasi untuk terus berusaha dan bekerja keras. Tetapi ada kalanya,
ketika usaha telah maksimal, harta telah dikeluarkan, pikiran dan tenaga
telah dikuras, ternyata cita-cita tak kunjung diraih. Tak jarang
kekecewaan menjadi akhir perjuangan.
Namun kenyataannya tidak
semua mereka yang gagal larut dalam kekecewaan. Sebagian dari mereka
bahkan seolah mendapat suntikan semangat berlipat-lipat dari sebelumnya.
Tak ada tempat untuk kata putus asa dan berhenti berusaha. Apa
rahasianya?
Pandai meraih hikmah. Ini adalah salah-satu kunci
ketenangan di antara berbagai kegagalan yang dihadapi. Akan tetapi
sangat dibutuhkan kejernihan hati dan kekuatan iman untuk dapat
menangkap hikmah-hikmah yang Allah hadirkan dalam setiap kejadian,
karena memang tidak semua orang dapat meraih hikmah. Proses pencarian
hikmah pun sangat beragam. Ada yang berhasil dalam waktu singkat, namun
ada juga yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Berikut beberapa usaha
yang dapat dilakukan untuk menangkap butir-butir hikmah yang bertebaran.
Pertama, Meyakini ketetapan Allah adalah yang terbaik
Sahabat, ketahuilah ketika kita menyusun rencana dan cita-cita, Allah SWT sesungguhnya juga telah memiliki rencana untuk kita. Kita mempunyai keinginan dan Allah pun mempunyai kehendak. Yang perlu kita pahami, Allah yang dengan kebesaranNya telah menciptakan kita dan Allah pulalah yang Maha Mengetahui akan segala kebutuhan, kesanggupan, serta segala sesuatu yang baik atau buruk bagi kita. Sehingga suatu kepastian bahwa akhirnya kehendak Allahlah yang akan berlaku. Mungkin tidak akan menjadi masalah ketika keinginan kita selaras dengan kehendak Allah. Namun akan berbeda halnya jika keinginan kita berbeda dengan kehendak Allah. Jika hal ini terjadi, maka tugas kita adalah bagaimana menyelaraskan keinginan sesuai dengan kehendak Allah. Allah mengetahui segalanya tentang kehidupan kita, sehingga apapun yang Allah tetapkan tentu merupakan yang terbaik berdasarkan pandanganNya. Sementara pandangan kita sangat terbatas. Segala rencana yang kita susun hanyalah prediksi yang kita sendiri belum memahami benar baik buruknya untuk kehidupan kita di masa yang akan datang. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah (216) yang artinya:
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Maha
Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Boleh jadi dalam
pandangan kita apa yang Allah berikan saat ini terasa jauh dari
kebaikan. Namun percayalah bahwa pemberian Allah inilah justru yang
nantinya akan mengantar kita pada kesuksesan, sehingga tidak ada pilihan
selain melantunkan syukur atas karunia dan nikmatnya. Meyakini bahwa
Allah akan memberikan yang terbaik dapat menentramkan jiwa. Dengan hati
yang tenang dan yakin Insya Allah akan semakin mudah bagi kita untuk
memahami hikmah dari Nya.
Kedua, Evaluasi
Ketika
kegagalan menjadi muara perjuangan, jarang sekali orang memanfaatkan
momentum ini untuk melakukan evaluasi. Ada di antaranya yang sibuk
menyalahkan keadaan, nasib, atau lebih parahnya lagi mengatakan Tuhan
tidak adil (na’udzubillah). Padahal jika bersedia berevaluasi dan berani
mengakui kesalahan, tentu akan ada banyak pelajaran yang dapat diraih.
Usaha yang belum sepenuhnya sesuai syariat, hati yang kurang ikhlas,
atau doa yang masih tidak didasarkan keyakinan mungkin merupakan
beberapa sebab ketidakberhasilan kita dalam meraih keinginan. Setelah
mengakui kesalahan, kita juga harus bertekad untuk melakukan perbaikan.
Ingatlah, ketika keberhasilan kita dapatkan, sementara hati masih jauh
dari keikhlasan, maka pintu kesombongan akan semakin terbuka lebar.
Sedangkan sudah jelas sabda Rasulullah di dalam sebuah hadits
“Tidaklah akan masuk syurga barangsiapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, sekalipun hanya seberat biji sawi.” (HR. Muslim, Abu Daud, dan At Tirmidzi).
Mungkin
Allah ingin menyelamatkan kita dari kesombongan ini dengan menunda
keberhasilan. Allah memberikan kesempatan untuk meluruskan kembali niat
semata-mata karenaNya. Selanjutnya, jika kegagalan disebabkan oleh cara
yang melanggar aturanNya, maka dengan keberanian mengakui kesalahan kita
akan dapat menjadikannya pengalaman untuk melakukan perbaikan di masa
yang akan datang. Bersyukurlah karena Allah memberikan peluang bagi kita
untuk mencapai keberhasilan dengan usaha yang benar, hati dan niat yang
lurus, sehingga keberhasilan yang kita capai tidak semata keberhasilan
di dunia, melainkan juga kesuksesan yang diiringi dengan keridhaannya.
Maka, jangan ragu untuk melakukan evaluasi. Semoga dengan hal ini
pandangan kita semakin jelas, sehingga cahaya hikmah dapat kita kenali
dengan mudah.
Ketiga, Berdoa kepada sang pemilik hati
Allah
SWT adalah pencipta sekaligus pemilik segala yang ada di dunia. Kita
sebagai makhluk ciptaanNya sudah pasti sepenuhnya menjadi milik Allah,
termasuk di dalamnya hati kita. Sebagai pemilik, Allah mempunyai kuasa
penuh atas apapun yang terjadi pada hati kita. Keimanan yang hadir, rasa
syukur yang tumbuh, rasa cinta kepadaNya, atau berbagai karunia lain
adalah semata karena kehendak Allah. Begitu pun jika kita sangat
merindukan hikmah dari kejadian yang kita alami, maka setelah
mengoptimalkan usaha, doa merupakan salah satu faktor penting yang tidak
boleh diabaikan. Mohonlah kepada Allah agar Ia berkenan membuka hati
kita untuk dapat meraih hikmah. Dengan doa yang tulus dan penuh
keyakinan, Insya Allah pintu hati akan terbuka dan berbagai hikmah akan
masuk ke dalamnya.
Sahabat, kita akan merasakan betapa indahnya
hidup ketika setiap kejadian mampu memperlihatkan hikmahnya. Ketika
kegagalan justru mengundang syukur yang mendalam. Untuk itu, mari
sempurnakan usaha serta tingkatkan doa kepadaNya. Semoga Allah memberi
kemudahan bagi kita untuk menangkap butiran hikmah yang cahayanya mampu
menerangi hati.
Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar