Segala pujian hanya millik Allah semata; Dzat yang telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk, telah menghiasinya dengan ilmu dan akal, telah meninggikan atas segala hewan dan binatang. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl:78)
Allah telah memuliakan manusia dengan beragam bentuk kemuliaan,
telah menempatkannya di darat, laut, dan udara. Dia juga telah memberi
manusia rezeki dengan segala yang baik dan bagus, dan telah mengajarkan
kepada mereka ilmu pengetahuan yang belum pernah mereka ketahui
sebelumnya, serta telah melebihkan mereka di atas kebanyakan
makhluk-makhlukNya yang lain.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
الرَّحْمَٰنُ, عَلَّمَ الْقُرْآنَ, خَلَقَ الْإِنسَانَ, عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
“(Rabb) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia.Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman: 1-4)
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ,
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ, اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ, الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ, عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ
الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا
تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Israa’: 70)
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas hamba dan
RasulNya, Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, yang telah Dia utus
sebagai (pembawa) rahmat dan kedamaian untuk semesta alam dan dengannya
(Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam), Dia Allah telah keluarkan
manusia dari kegelapan-kegelapan kekufuran, kemusyrikan, dan kebodohan
kepada cahaya tauhid, iman, dan ilmu serta ma’rifah.
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا
مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا
تَعْلَمُونَ, فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا
تَكْفُرُونِ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu)
Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)Ku.” (QS. Al-Baqarah: 151-152)
Maka sungguh segala puji syukur dan sanjungan di awal dan di akhir, lahir dan batin hanya untuk Allah semata.
Amma ba’du,
Sesungguhnya pemuda dalam setiap umat adalah pilar dan tiang
kebangkitannya. Mereka adalah generasi harapan masa depan yang sedang
ditunggu-tunggu, karena merekalah yang sanggup berbuat untuk menegakkan
kewajiban-kewajiban yang diembankan kepada mereka dari dan untuk Allah,
Rabb semesta alam, kemudian untuk umat dan negerinya; membelanya, dan
membela kehormatanyya serta berkorban dengan segala yang berharga untuk
kesejahteraannya, kebahagiannya, kehormatannya dan kemuliaannya.
Sosok para pemuda idaman seperti demikian itu tidak akan tercipta,
kecuali apabila mereka berpegang teguh kepada agamanya dan kepada
akhlak-akhlak Islam yang diambil dari kitab Rabbnya dan sunnah nabinya,
Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wa Sallam, tidaklah seorang pun berpegang
teguh kepada keduanya (Al-Kitab dan As-Sunnah) melainkan dia tidak akan
sesat dan tidak akan sengsara. Maka, jika para generasi muda berhias
dengan sifat-sifat yang agung ini, niscaya karena itu umat ini pantas
berbahagia dan berbangga karena mereka.
Dan salah satu golongan dari tujuh golongan yang akan dinaungi oleh
Allah pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naunganNya, adalah
pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
Di kala pemuda muslim yang kuat lagi mampu menguasai dirinya dalam
ketaatan kepada Allah dan bilamana pula ia telah menggunakan dirinya,
ruhnya, dan hartanya serta nikmat-nikmat Allah yang lainnya di dalam
keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka ia berhak mendapatkan
sebaik-baik imbalan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan jadilah ia orang
yang disayang oleh keluarga, masyarakat dan rakyatnya karena ia
menginginkan kebaikan, lalu melakukannya dan begitu juga jika ia tak
mampu melakukannya, ia berupaya mendakwahkannya, menganjurkannya, dan
menyanjung pelakunya.
Dan jika sewaktu-waktu sang pemuda itu dihadapkan kepada suatu
kemaksiatan dan setan pun sudah menghiasi kemaksiatan itu di hadapannya
sedemikian rupa, niscaya tidak ada satu pun yang menghambatnya dari
kemaksiatan itu melainkan agamanya, rasa takutnya kepada (murka) Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, dan ketaatan-ketaatan kepada Allah serta
(pilihannya) untuk sibuk beribadah kepadaNya. Dialah sang pemuda yang
sanggup (menyempurnakan) jihad di jalan Allah, berusaha mencari harta
yang halal, berbakti kepada kedua orang tua, mendidik anak-anak dan
saudara-saudaranya, dan berkhidmat kepada negerinya serta bermanfaat
bagi umatnya.
Maka pemuda adalah tentara di medan perang, pedagang di pasar,
petani di sawah, dokter di rumah sakit, dan buruh di pabrik serta
anggota yang baik dan jujur di dalam berbagai instansi.
Apabila ia diajak kepada kebaikan maka ia memenuhinya. Sebaliknya,
bila ia melihat kejahatan dan kemaksiatan atau mendengarnya, lantas ia
berusaha menghilangkannya dan memerangi ahlinya, ia memilih untuk
menjauh dan ia ingkari dengan lidah, kemudian dengan hatinya.
Tidaklah tampak agama ini dengan jelas dan manusia tidak pula bisa
mengetahui agama para nabi, melainkan karena keutamaan para pemuda
shaleh yang memenuhi panggilan Allah dan RasulNya.
Sejarah adalah saksi yang paling jujur karena keutamaan para pemuda
yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, seperti Ali bin Abi Thalib,
Usamah Bin Zaid, Khalid bin Walid, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin
Abbas serta Muhammad bin Qasim radhiallohu ‘anhum (karena keutamaan
merekalah, setelah keutamaan Allah, agama ini menjadi tampak).
Bahagianya Menjadi Pemuda Muslim
Berbahagialah untuk pemuda yang bertakwa, yang hatinya tertambat
kepada masjid-masjid Allah dan mejelis-majelis ilmu. Berbahagialah bagi
pemuda yang beramal shaleh dan menggunakan waktu mudanya dengan baik;
pada sesuatu yang bermanfaat sebelum tua, waktu sehatnya sebelum sakit,
waktu kayanya sebelum fakir, dan waktu lapangnya sebelum sempit serta
waktu hidupnya sebelum datang kematian.
Barangsiapa yang mengetahui bahwa waktu muda adalah tamu yang tidak
dapat kembali, dan kesempatan yang apabila telah berlalu maka tidak
akan kembali lagi, niscaya ia akan sibuk menggunakan waktu mudanya itu
di dalam ketaatan kepada Allah dan ia jadikan waktu mudanya itu
penolong baginya dalam beramal shaleh serta kebaikan untuk agama dan
dunianya.
Tapi, barangsiapa yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsu dan
setan pun telah menungganginya dengan menggunakan tali kekang
kepemudaannya menuju lembah dosa, maksiat, dan kehancuran, niscaya ia
akan menyesal pada waktu tidak bermanfaatnya penyesalan. Dan manusia
yang paling mulia jiwanya, yang paling banyak kebaikannya, yang paling
baik hatinya, dan yang paling lembut perasaannya serta yang paling
benar tekadnya adalah pemuda mukmin yang bertakwa, yang memuliakan dan
menghormati yang besar tapi juga menyayangi yang kecil.
Tidak terdengar darinya, kecuali kata-kata penghormatan, sanjungan,
motivasi atau dorongan ataupun kata-kata persetujuan (akan kebaikan),
lagi kata-kata yang menyenangkan. Tidak terlihat pula darinya,
melainkan sosok yang sejuk, berwajah ceria, berwajah lepas lagi sering
senyum simpul yang dipakaikan oleh imannya kepada akhlak-akhlak mulia
dan sikapnya yang baik. Kebaikan agamanya akan menjauhkannya dari
meremehkan anak-anak kecil dan lancang kepada yang lebih tua.
Sudah sepantasnya pula bagi pemuda yang seperti itu sifatnya untuk dinaungi oleh Allah di bawah naungan ‘Arsy-Nya
pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan (ciptaan)Nya, dan
untuk dijadikan sebagai orang yang aman ketika semua manusia dalam
kegalauan dan kecemasan yang luar biasa. Demikian itu adalah keutamaan
Allah yang luar biasa. Demikian itu adalah keutamaan Allah yang
diberikanNya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala mempunyai keutamaan yang besar.
Ingat! Waktu muda adalah kesempatan berharga yang tidak bisa
tergantikan oleh siapapun, yang wajib dimanfaatkan untuk perkara yang
bermanfaat bagi manusia, bagi agama, dunia, dan akhiratnya.
Seorang penyair pernah bertutur:
Ghanimah (keberuntungan besar) manusia adalah waktu mudanya
Dan kerugian ada pada menyia-nyiakannya.
Alangkah indahnya ketaatan bagi para pemuda
Maka bersegeralah wahai saudara-saudaraku
Menuju takwa kepada Allah Ta’ala
Makmurkan waktu kalian dengan ketaatan dan dzikir
Di setiap saat dan di setiap waktu yang bergulir
Barangsiapa sesaat saja dari umurnya
Terlewatkan tanpa makna
niscaya ia akan mendapati kerugian kelak di kuburnya
Dan barangsiapa yang mengabaikan (kebaikan) pada waktu mudanya
Hingga waktu itu berlalu (begitu saja), niscaya Anda akan
terheran-heran karena kecelakaannya.
Alangkah bahagianya seseorang yang menghabiskan
waktu mudanya untuk beramal (dengan amalan) yang
diridhai Allah Ta’ala
Yaa Rabb, saya senang kepada ketaatan para pemuda.
Duhai, alangkah bahagianya mereka dengan surga yang
penuh dengan kesenangan tiada tara.
Dari buku Jadilah Pemuda Surga judul asli Dauru Asy-Syabaabul Islaam fi Al-Hayaati karya Syaikh Abdullah bin Jarullah. Penerbit Kampung Ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar