Jumat, 14 Agustus 2015

3 Fase Kehidupan Manusia

Amalan yang tak Pernah Putus 




KEHIDUPAN dunia adalah kehidupan yang fana, kehidupan sementara, kehidupan yang sebentar saja. Hidup manusia kalau boleh dibagi memiliki 3 fase, yaitu 20 tahun pertama, 20 tahun kedua, dan 20 tahun ketiga. Dua puluh tahun pertama merupakan masa menimba bekal hidup sebanyak-banyaknya dan masa ketika kita masih dimaklumi untuk berbuat kesalahan-kesalahan.

 
Lalu, dua puluh tahun selanjutnya merupakan masa saat kita berkarya semaksimal mungkin dengan bekal yang telah kita dapatkan dari dua puluh tahun sebelumnya. Lalu, dua puluh tahun yang ketiga merupakan saat kita menjadi si bijak dengan pengalaman dan asam garam yang telah dilalui pada dua puluh tahun kedua. Kemudian, jika Allah SWT menambah umur kita lebih dari enam puluh tahun, maka Allah SWT baik terhadap kita. Namun, apabila Allah SWT telah menjemput kita sebelum umur enam puluh tahun, maka Allah SWT sayang terhadap kita. Mestinya setiap fase  hidup manusia sadar, siap sedia membekali diri dengan ilmu, iman dan amal. Amalan yang tak pernah putus terutama harus diraih.
 
Jika kita dikaruniai usia yang sama dengan Rasulullah, hidup kita di dunia sekitar 63 tahun lamanya berada pada fase 20 tahun ke tiga. Mungkin ada yang lebih lama dari itu, tetapi banyak juga yang kurang dari itu. Betapa banyak saudara dan teman kita yang meninggal di usia muda; entah didahului oleh sakit maupun kematian yang tiba-tiba. Melalui kecelakaan atau bencana alam, misalnya. Pendek kata, jika waktunya telah tiba, kematian tak bisa ditunda. Pernyataan Al-Quran, yaitu  Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (QS. An Nahl : 61)
 
Maka hidup yang sangat singkat ini harus diisi dengan memperbanyak bekal. Selagi kematian belum datang maka hidup ini harus dipenuhi dengan amal. Dan diantara amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia, ada tiga amal istimewa yang tidak akan terputus pahalanya meskipun sang pelaku telah berada di alam barzakh. Pahala tiga amal itu akan tetap mengalir kepadanya meskipun ia tak lagi hidup di dunia.Apa saja tiga amal jariyah yang tidak terputus itu? Rasulullah SAW bersabda :Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendo’akannya. (HR. Muslim dan Ahmad)   
 
Amal pertama yang tidak terputus meskipun mukmin itu telah meninggal adalah sedekah jariyah. Yaitu sedekah yang kemanfaatannya terus mengalir. Selama ia bermanfaat, selama itu pula pahalanya mengalir kepada orang yang bersedekah itu, walaupun ia telah meninggal.Sebagai contoh sedekah jariyah ini diantaranya; yakni membangun masjid, membuat saluran air, membuat sumur, menanam pohon, dan menulis/mencetak mushaf Alquran, buku-buku ilmu pengetahuan yang bermanfaat lainnya. Selama masjid yang dibangunnya itu ditempati shalat, ia mendapatkan pahala itu. Selama saluran air yang ia buat dimanfaatkan orang lain entah air minum ataupun irigasi, ia mendapatkan pahala itu. Selama sumur yang ia buat dimanfaatkan oleh orang lain, ia pun tetap mendapatkan pahala itu. Selama pohon yang ia tanam, buahnya dimakan orang lain bahkan binatang atau menjadi tempat berteduh dan penyimpan air, ia mendapatkan pahalanya. Selama mushaf yang ia cetak atau ia sedekahkan masih dibaca, ia juga mendapatkan pahalanya. Tentu, lima hal itu adalah contoh dan tidak membatasi sedekah jariyah pada itu saja. Membangun sekolah, lembaga pendidikan, rumah sakit, jalan, jembatan dan seterusnya selama manfaatnya masih terus dirasakan, orang yang bersedekah membangunnya terus mendapatkan pahalanya. Mengalir.
 
Amal kedua yang tidak terputus meskipun mukmin itu telah meninggal adalah ilmu yang bermanfaat. Yaitu ilmu yang diajarkan kepada orang lain, lalu orang itu mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain, dan demikian seterusnya. Maka sepanjang ilmu itu terus bergulir, diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan diamalkan, orang yang mengajarkannya mendapatkan limpahan pahala yang terus mengalir itu. Orang-orang yang dikaruniai harta lalu mensedekahkannya, termasuk dengan sedekah jariyah, dan orang yang dikaruniai ilmu lalu menjadikannya ilmu manfaat dengan mengalamkan dan mengajarkan, kedua tipe orang itulah yang boleh diiri agar kita juga bisa seperti itu. Tidak boleh hasad (iri) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu, lalu ia menunaikan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Amal ketiga yang tidak terputus meskipun mukmin itu telah meninggal adalah anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya. Anak di sini tidak terbatas anak keturunan pertama, tetapi juga anak dari anak dan seterusnya. Maka di sinilah pentingnya bagi orang tua untuk mendidik putra-putrinya menjadi anak-anak yang shalih sehingga mereka mendoakan orang tuanya tatkala orang tuanya telah meninggal. Demikian pula anak-anak itu nantinya mendidik putra-putrinya untuk menjadi shalih dan shalihah lalu mendoakan orang tua serta kakek dan neneknya.Karenanya salah satu doa yang sangat penting untuk kita panjatkan adalah seperti doanya Nabi Ibrahim:Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash Shafat : 100)
 
Ini bermakna bahwa orang tua diminta untuk mendidik anaknya agar menjadi anak yang sholeh yang kelak diharapkan akan terus mendoakan orang tuanya. Pesan dari ajaran tersebut adalah pesan tentang pendidikan, pendidikan kepada anak, yang ganjarannya begitu menggiurkan karena pahalanya akan terus mengalir meski kita sudah meninggal.
Ada sebuah doa yang dikenal dengan nama ‘Doa Anak Sholeh’ dan yang diajarkan oleh hampir semua orang tua muslim kepada anak-anak mereka dengan harapan agar anak-anak mereka mau mendoakan mereka dengan doa ini. “ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO” Artinya: “ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”.

 
Doa ini begitu populernya sehingga hampir semua anak di sekolah hafal dengan doa ini. Doa ini juga cukup pendek dan sangat mudah dihafalkan oleh anak-anak. Sebagai seorang pendidik saya sungguh takjub dengan pesan yang hendak disampaikan oleh doa ini. Coba perhatikan kalimatnya baik-baik dan pikirkan mengapa doanya seperti itu. Mengapa anak-anak kita diminta untuk berdoa agar orang tuanya disayangi ‘sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil’? Mengapa redaksinya bukan ‘sebagaimana mereka menyayangiku selama ini’ atau tidak menyayangi sampai besar, umpamanya. Mengapa justru ditekankan sewaktu aku masih kecil’?
 
Doa ini mengandung pesan pendidikan Para orang tua diminta untuk mencurahkan kasih sayangnya sepenuh-penuhnya kepada anaknya sewaktu kecil karena sewaktu kecil itulah anak-anak kita membutuhkan kasih sayang yang tak terhingga sebagai bekal bagi mereka mengarungi hidup sewaktu besar nantinya. Dengan kasih sayang yang berlimpah dan pendidikan yang baik pada waktu kecil (bukan berarti memanjakannya) maka sang anak akan punya fondasi mental dan spiritual yang kuat dalam menghadapi hidup mereka di masa dewasa nantinya.
 
Apa makna anak soleh?
 
Anak yang soleh bukan sahaja anak yang bersopan-santun dan taat kepada ibu-bapa sebagaimana yang disangka oleh kebanyakan kita, tetapi yang lebih utama dari itu ialah anak yang menjaga agamanya. Anak yang soleh ialah anak yang ta’at kepada Allah, yang tahu kewajipannya sebagai hamba Allah dan tahu tanggungjawabnya kepada agamanya. Apabila seorang anak dididik dengan taat kepada Allah dan patuh kepada suruhan agama, Insya’Allah anak itu secara otomatik akan taat kepada ibu-bapanya dan akan menjaga akhlaknya di mana-mana sahaja ia berada.
 
Tidak ada cara mendidik anak yang paling baik dan paling berkesan melainkan dengan cara didikan Islam. Langkah pertama ke arah didikan anak yang sempurna ialah keazaman (kebesaran/kelapangan) ibu-bapa itu sendiri untuk kembali menghayati Islam dan menghidupkan Biah Islamiyyah (yakni suasana keislaman) di dalam keluarga dan rumah. Hanya anak yang hidup di dalam suasana keislaman yang dapat menghayati Islam dan seterusnya berjaya dan insyaallah  dibentuk menjadi anak yang soleh.“Wahai orang-orang beriman! Sahut dan sambutlah seruan Allah dan RasulNya apabila Ia menyeru kamu kepada perkara-perkara yang akan menjadikan kamu hidup sempurna”. (al-Anfal: 24)
 
Seterusnya di bawah ini kita bentangkan perkara-perkara yang mesti kita lakukan untuk melahirkananak-anak yang soleh;1) 1. Didiklah anak-anak kita mengenali Allah, 2) Pastikan anak-anak kita sentiasa mendirikan solat dan menjaga ibadah-ibadah wajib yang lain, 3) Bekalkan ilmu agama yang secukupnya kepada anak-anak kita, 4) Hidupkan suasana Islamiah (baca Al-Quran, salat-salat sunat, biasakan ucapkan salam, biasakan adab Islam di rumah makan, berpakaian, dst) 5). Dekatkan mereka cinta masjid 6). Perhatikan kawan-kawan  mereka. Ini hal-hal utama yang yang diperhatikan oleh para orang tua dan para pendidik pada umumnya, amin, allahua’lam. 


 Oleh : Ahmad Qosim ,  S.Ag, M.Pd.I *

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution