Kemuliaan Wanita
Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.
Dan jangan pula mereka memperagakan kecantikannya kecuali kepada
suaminya, atau ayahnya, atau ayah suaminya, atau putra-putranya, atau
putra-putra dari suaminya, atau saudara-saudaranya, atau putra-putra
dari saudara laki-lakinya, atau putra-putra dari saudara-saudara
perempuannya, atau wanita-wanita Islam, atau hamba sahaya mereka, atau
pelayan-pelayan laki-lakinya yang bebas rasa birahi, atau anak laki-laki
yang belum mengerti apa-apa tentang aurat perempuan. Selanjutnya,
janganlah mereka menghentakkan kakinya ke tanah untuk menarik perhatian
orang dengan gemerincing bunyi gelang perhiasannya yang tersembunyi. Dan
bertaubatlah kalian semuanya kepada Allah hai orang-orang yang beriman,
semoga kalian beruntung”(An Nuur, 24 : 31)
Ayat di atas merupakan “peringatan” sekaligus sebagai “pelindung”
bagi kemuliaan kaum wanita di sisi-Nya. Kita ketahui dalam sejarah, pada
zaman “Jahiliyyah”, kaum wanita sama sekali tidak berharga. Ia hanya
dipandang sebagai barang atau benda yang bisa diperjualbelikan atau
diwariskan sebagaimana layaknya benda-benda lainnya. Pada masa itu,
seorang suami merasa malu dan hina jika istrinya melahirkan anak
perempuan. Untuk menutup rasa malu dan hinanya itu maka dikuburkannya
hidup-hidup bayi perempuannya. Inilah gambaran kehidupan masa Jahiliyyah
“tempo dulu” di mana wanita betul-betul tak bernilai.
Usailah sudah zaman Jahiliyyah menuju zaman Cahaya Terang Benderang
atas kehadiran Islam yang mengangkat derajat dan martabat kaum wanita
dari anggapan sebagai barang yang tidak berharga hingga menjadi manusia
yang punya hak dan kewajiban yang sama dengan pria dalam batas-batas
tertentu. Dan, sinilah hakikat emansipasi yang mula-mula diproklamirkan
oleh manusia pilihan-Nya, Nabi Muhammad Saw. yakni emansipasi yang benar
bukan emansipasi yang kotor yang banyak dilumuri lumpur kemaksiatan.
Dalam waktu relatif singkat, kaum wanita Islam memperoleh kemerdekaannya
sebagai manusia yang punya nilai Agama Islam datang dengan misi antara lain untuk mengangkat derajat
dan martabat kaum wanita dari jurang kehinaan yang kemudian
diposisikannya di tempat yang layak dan mulia baginya. Islam tidak akan
menempatkan kaum wanita di tempat yang hina sebagai budak yang najis.
Bukan pula di tempatkan di dalam gudang sebagai barang yang tidak
berharga sama sekali. Bukan pula di tempatkan di tempat yang tinggi
sebagai patung yang dungu untuk disanjung dan dipuja, dan diletakkan di
sudut istana sebagai hiasan kamar !
Sebagai manusia, sudah selayaknyalah kaum wanita bersyukur kepada
Allah SWT atas kehadiran risalah Islam yang telah melepaskan belenggu
perbudakan dan memerdekakan kaum wanita. Islam menghendaki kemajuan kaum
wanita dengan tujuan untuk mengangkat derajat mereka ke atas tempat
yang terhormat dan mulia. Untuk menuju tempat yang terhormat dan mulia
ini, tentu kaum wanita harus menyadari betul bahwa proses perjalanan
menuju kemuliaan diperlukan perjuangan yang tidak ringan terutama dalam
menghadapi arus globalisasi yang semakin deras.
Kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat tak dapat dipungkiri
membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan seorang mu'min. Satu
sikap yang amat bijak dalam menghadapi kondisi ini tiada lain kita mesti
perkuat akidah kita agar tidak terombang-ambing dalam arus globalisasi Layak kiranya kita mesti senantiasa waspada dalam rangka kita meniti
jalan-Nya, karena kita sadari bahwa syetan jauh-jauh telah bersumpah
untuk selalu berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah yang lurus
selama kehidupan dunia ini masih berlangsung.
Betapa sangat halus cara syetan menyesatkan manusia terutama melalui
pintu-pintu yang disukai manusia baik melalui pintu maksiat maupun pintu
taat. Siasat tahap demi tahap atau langkah demi langkah diperagakan
oleh syetan dalam menyesatkan manusia. Oleh sebab itu, berkali-kali
Allah SWT mengingatkan manusia agar tidak mengikuti langkah-langkah
syetan, sebagaimana firman-Nya:
"Dan janganlah kamu mengikuti lang-kah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu"(Al Baqarah, 2:168, 208; Al An'aam, 6:142)
Dalam ayat tersebut di atas, Allah tidak menyebutkan: "Janganlah kamu mengikuti syetan", tapi yang disebutkan adalah, "janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan",
karena begitulah siasat dan strategi yang diterapkan syetan dalam
menggoda manusia. Dan biasanya mereka membisikkannya melalui pintu
kesukaan atau kecenderungan manusia. Mereka tidak langsung menyuruh
manusia untuk merealisasikan tujuan utamanya, akan tetapi menggunakan
cara yang bertahap dengan menerapkan siasat "langkah demi langkah",
tidak beranjak kepada langkah berikutnya kecuali setelah langkah
sebelumnya sudah berjalan selama beberapa waktu sehingga telah menjadi
kebiasaan yang tidak disadari oleh orang yang melakukannya bahwa hal itu
adalah suatu dosa, karena setelah begitu keadaannya maka manusia itu
akan mudah dipindahkan syetan kepada langkah berikutnya, syetan akan
berlepas diri dari manusia setelah mencapai tujuan utamanya.
Demikian pula, strategi syetan menelanjangi wanita dilakukan tahap
demi tahap, langkah demi langkahnya mempreteli pakaian wanita dari
berhijab hingga telanjang dengan bisikkannya yang sangat halus melalui
pintu yang disukai dan dicenderunginya. Langkah pertama, syetan tidak
langsung membisikkan kepada wanita untuk menanggalkan hijabnya, walau
tujuannya adalah menanggalkan semua busananya. Ia membiarkannya tetap
berhijab, namun berusaha mengubah pemahamannya tentang hijab.
Langkah-langkah ini membuahkan hasil, tidak sedikit wanita muslimah
yang memandang hijab hanya sebagai "sarana" untuk menutupi dirinya
sehingga banyak wanita muslimah yang tidak memperdulikan
ketentuan-ketentuan syar'i dalam berbusana. Dengan demikian pengertian
hijab dan berhijab tidak lagi pada tempatnya, bahkan yang terjadi adalah
sebaliknya, tabarruj.
Menurut Al Maududi, yang dimaksud dengan tabarruj adalah, wanita yang
menampakkan keindahan baju dan perhiasannya, yang menampakkan
kecantikan wajahnya dan keindahan tubuhnya kepada laki-laki lain yang
bukan mahramnya, memperlihatkan jalannya dengan berlenggak-lenggok dan
memakai wewangian yang sangat menyengat aromanya.
Dalam kondisi semacam ini akan menjadi sangat mudah bagi syetan untuk
melanjutkan langkah-langkah berikutnya, ditambah lagi dengan banyaknya
syetan-syetan berwujud manusia yang ikut mengampanyekannya dengan terus
menerus memromosikan "mode dan model".
Syetan melanjutkan langkahnya melalui para pembantunya untuk terus
merancang dan memodivikasinya, memotong dan menipiskannya serta
menyempitkan sedikit demi sedikit, model demi model, semakin pedek,
semakin tipis dan semakin sempit. Akhirnya bertebaranlah "para wanita
yang berpakaian tapi telanjang", yaitu mereka yang berpakaian tapi
tembus pandang, berpakaian tapi menam-pakkan keindahan dan lekuk-lekuk
tubuhnya.
Benarlah apa yang pernah disabdakan Rasulullah Saw tentang penghuni neraka, melalui sabdanya :
"Dua
golongan di antara penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya;
yaitu suatu kaum yang mempunyai cambuk seperti ekor sapi yang digunakan
untuk memukul manusia. Dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
yang lalai dari ketataan terhadap Allah dan cenderung kepada maksiat,
berjalan berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti kuduk unta yang
bergoyang-goyang, mereka tidak akan masuk surga dan tidak mendapatkan
aromanya, kendati aroma surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan
sejauh sekian dan sekian" (HR. Muslim)
Selanjutnya, setelah semua ini menjadi sesuatu yang sangat biasa,
umum dan sangat memasyarakat, setelah pakaian wanita yang seperti itu
menjadi hiasan, ajang persaingan, lambang kemegahan dan kebanggaan,
syetan akan lebih menyimpangkan dengan membisikkan, bahwa busana-busana
itu tidak ada gunanya jika tidak mampu memikat kaum pria.
Dengan langkah ini, terutama wanita muda, banyak yang terbius, mereka
semakin jauh dari karakter-karakter pakaian yang seharusnya. Akibatnya,
sesuai dengan bisikan syetan pula, hanyutlah mereka dalam kubangan
model-model yang bisa memikat pria. Sudah barang tentu langkah ini pun
tidak terlepas dari taktik pengurangan, penipisan dan penyempitan
sedikit demi sedikit busana yang dikenakan.
Syetan terus-menerus menggoda manusia, semakin banyak yang dikurangi
berarti semakin menarik. Syetan berhasil mengisi pikiran wanita untuk
"bisa memikat pria". Pada langkah ini syetan membisikkan kepada para
wanita bahwa menampakkan bagian-bagian tubuh adalah cara untuk memikat
pria, semakin banyak dan semakin jelas bagian tubuh yang ditampakkan
berarti semakin menarik.
Begitulah seterusnya syetan menanggalkan pakain wanita satu persatu,
potong demi potong, dari mulai pemahaman tentang berhijab hingga
telanjang. Lengkaplah sudah perangkap syetan melalui bisikan-bisikannya
yang sangat halus sehingga para wanita banyak terjerumus ke jurang
kenistaan. Na’udzubillahi min dzalik.
Kini tiba saatnya bagi kaum wanita menyadari betul, bahwa aurat
adalah bagian atau anggota tubuh yang harus ditutup agar tidak dilihat
orang, kecuali kepada orang-orang yang tidak dilarang oleh agama untuk
melihatnya. Maka jika dikatakan oleh Nabi kita bahwa wanita itu adalah
aurat, maksudnya tidak lain adalah wanita harus tertutup dari pandangan
orang-orang yang tidak berhak, tidak dibenarkan oleh ajaran Islam untuk
memandangnya. Islam hanya membenarkan kepada wanita untuk memamerkan
diri dan perhiasannya yang seindah-indahnya kepada orang yang berhak
atas dirinya yaitu suaminya. Kini tiba saatnya pula bagi kita, khususnya
wanita-wanita beriman berkewajiban untuk mengingatkan anak-anak kita,
saudara-saudara kita yang telah terlibat dalam krisis moral yang telah
melanda kita.
Jika orang lain berupaya keras untuk merusak moral bangsa kita,
apakah kita sebagai umat yang beragama ini tidak ingin mencoba untuk
menyelamatkan generasi kita dan bangsa ini dari kerusakan yang semakin
parah? Semoga Allah SWT meridhai perjuangan kita dalam rangka ikut
menjaga kemuliaan wanita di sisi-Nya. Amin!
Walllahu a'lam bish-shawab
0 komentar:
Posting Komentar