Kamis, 13 Agustus 2015

Sesempit itukah Kacamatamu

Tak Perlu Menghakimiku dari Masa Laluku, Aku Sudah Tak di Sana

apapun kesalahan itu, aku memilih untuk tetap bahagia

Hidupku itu sama sepertimu, tersusun dari banyak lembaran seperti buku. Setiap lembarannya punya kisah tersendiri, baik kisah yang baik maupun yang buruk. Kurasa, kamu pun seperti itu, tidak hidup langsung hanya di hari ini saja.



"Tolong, jangan pandang aku dari masa laluku. Aku sudah tak hidup disana. Aku sudah berjuang untuk meninggalkan masa laluku..."

1. Dulu masa laluku memang kelam, lalu mengapa? Kurasa kamu pun pasti punya masa lalu.
Tak perlu menilaiku dari apa yang ada di belakangku Dulu, masa laluku memang kelam dan penuh kesalahan. Lalu mengapa? Kurasa hidup tak hanya bergantung pada masa lalu.


Dulu masa laluku memang penuh kesalahan. Lalu mengapa? Tiap orang kan bisa menyesal dan memperbaiki kesalahannya asal ia sadar.


Dulu aku menyia-nyiakan banyak hal baik. Lalu mengapa? Toh, sekarang aku sudah sadar dan berusaha untuk memperbaiki diri.


Sesempit itukah kacamatamu, menilai seutuhnya diriku hanya dari hari yang lalu?

2. Lalu kalau ada kesalahan di masa lalu, memang aku tak bisa menyesal dan menebusnya?
Aku manusia yang punya hati dan bisa menyesal atas kesalahanku Aku tak ingin menjadi orang yang munafk. Kuakui, aku memang dulu hidup dalam kesalahan, lalu apa aku tak pantas bertobat di matamu? Tuhan memberiku kesempatan hidup di masa ini, dan mungkin di masa depan, karena Tuhan amat menyayangiku. Tuhan ingin aku memperbaiki hidupku. Itu saja.


Aku menyadari bahwa Tuhan Sang Pencipta, sangat menyayangiku. Tuhan pasti tak ingin aku menyia-nyiakan sisa hari yang kumiliki.

3. Tak penting kamu memandangku seburuk masa laluku. Ada Sang Pencipta yang melihat jauh ke dalam hatiku.

Aku tak perlu penilaian yang penuh penghakiman darimu Aku sama sekali tak perlu penilaian buruk darimu. Aku sudah menyadari hidupku sepenuhnya, dan sudah memutuskan untuk meninggalkan masa laluku. Tak penting pengakuan darimu. Sama seperti diriku, kamu juga hanya manusia yang tak bisa mengukur kedalaman hati.


Biar Tuhan yang menciptakanku saja yang melihat ketulusan hatiku untuk memperbaiki hidupku. Karena di akhir nanti, kita, semua manusia, akan mempertanggungjawabkan hidup ini langsung kepada-Nya.

4. Ini hidupku, yang kuperlukan adalah hidup sebaik-baiknya di masa ini, untuk masa depan yang baik.

Aku memperbaiki hidupku, untuk diriku sendiri. Bukan demi penilaianmu.

Aku meninggalkan masa laluku bukan agar mendapat sanjungan darimu, ataupun orang lain di luar sana. Aku memperbaiki hidupku, karena ku tahu masa depanku bergantung dengan kebaikan yang kulakukan di hari ini.


Aku mencintai hidupku, dan bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyiapkan kebahagiaan di masa depanku sendiri. Sudah, tak perlu menghakimi hidupku, urus saja dirimu. Kurasa kamu juga pernah melakukan kesalahan.


Tak ada orang yang hidup tanpa masa lalu, bukan?

5. Aku masih punya hari yang cerah di depan sana. Dan tak peduli jika kamu masih memandangku dari masa laluku. Hidup hanya sekali, aku pilih untuk berbahagia.

Penilaian buruk itu tak perlu membebaniku, toh aku yang menjalani hidupku Tuhan itu adil dan Tuhan memandang ketulusan hati seseorang. Aku memilih untuk berbahagia di kehidupan baruku. Tak peduli dengan komentar-komentar negatif yang mungkin keluar dari mulutmu.


Aku sudah memutuskan untuk berbenah diri, dan melangkah di lembaran yang bersih. Kutegaskan sekali lagi padamu, ini hidupku. Aku memilih untuk memperbaiki diriku dalam kebahagiaan, dengan perasaan yang bahagia tentunya!


Aku masih punya masa depan. Dari pada sibuk menghakimi, bukankah lebih baik kita sama-sama sibuk menata masa depan masing-masing?


Tak ada jaminan, jika kamu sibuk menghakimiku, masa depanmu jauh lebih cerah dariku. Kuharap kamu sadar akan hal ini... :)


Sonya Margareth Rutnaully Aritonang

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution