Etika Berdebat
Perdebatan adalah hal yang biasa dan lumrah dalam kehidupan.
Perdebatan dapat timbul karena tak semua isi kepala manusia itu sama.
Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia dengan segala
kesempurnaannya. Allah Subhanahu wa ta’ala juga menciptakan
perbedaan-perbedaan diantara setiap manusia. Menurut saya, dengan adanya
perbedaan itulah kita diajarkan untuk saling menghargai sesama, juga
melatih kesabaran kita, apakah kita cukup berbesar hati menerima segala
perbedaan yang ada?
Justru perbedaan itulah yang akan membuat dunia ini semakin berwarna,
meski harus ada perdebatan di dalamnya. Namun sebagai manusia yang
mencoba untuk lebih baik lagi, ada baiknya kita tetap selalu berada di
koridor syariah. Berdebat secara sehat, misalnya. Tanpa panjang lebar
lagi (karena sudah terlalu panjang kali lebar saya berkata-kata), saya
coba uraikan etika berdebat dalam Islam dari beberapa sumber yang telah
saya baca. Semoga berguna bagi para debaters, baik saat berdebat/diskusi
di dunia nyata maupun dunia maya.
Dalam bahasa Arab, perdebatan dikenal dengan istilah al-mujadalah. Kata al-mujadalah seakar dengan kata al-jidal yang artinya perdebatan sengit. Pendapat lain mengartikannya dengan tali yang terikat kokoh. Dari sini, kata al-jidal
mengandung arti debat yang dilakukan dengan cara yang baik dan didasari
dalil yang kuat dan benar.
Pertama, debat harus dilakukan dengan
tertib. Artinya, berbicara dan mengeluarkan pendapat tidak tergesa-gesa.
Ada baiknya masalah yang akan diperdebatkan itu dicerna dan dipahami
dulu dengan baik. Bila sudah dipikirkan dengan matang, barulah
mengeluarkan pendapat dan gagasan yang aktual. Perlu diingat bahwa dalam
mengeluarkan opini sebisa mungkin bergantian agar diskusi tetap tertib,
menunggu dengan sabar sampai lawan debat selesai berbicara.
Kedua, gunakan bahasa yang tidak bertele-tele dalam berdebat.
Langsung saja utarakan pendapat yang berkaitan dengan masalahnya secara
singkat dan padat. Berbicara sedikit tetapi sarat makna, serta tepat dan
sesuai dengan sasaran. Hal ini untuk menghindari pembicaraan di luar
konteks. Bukankah perdebatan dalam sebuah diskusi itu bertujuan untuk
untuk mencapai yang haq dan membatalkan yang batil?
Yang ketiga adalah hal yang tidak kalah penting yaitu cara kita dalam
berbicara/mengeluarkan pendapat. Tentunya berbicara dengan kata-kata
sopan, tidak menyinggung ataupun menyudutkan orang lain. Janganlah
meremehkan dan menghinakan keberadaan lawan debat. Dengan demikian,
perdebatan akan terhindar dari pembicaraan yang bernada cercaan dan
mengundang kemarahan. “Bukanlah orang beriman, yang suka mencerca,
melaknat, berbicara kotor, dan menyakiti,” sabda Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Etika berdebat tersebut hendaknya dilakukan dengan rasa kesadaran
yang tinggi, otomatis perdebatan tidak berubah menjadi keributan seperti
yang sering kita lihat di televisi saat dewan terhormat sedang
berdiskusi. Insya Allah dengan mengedepankan ketakwaan kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala kesepakatan akan diraih dengan perdebatan yang damai
dan sehat.
0 komentar:
Posting Komentar