Ikhlas, Lebih dari Sekadar Kata-Kata
Asumsi bahwa praktek tak semudah teori, nampaknya berlaku di setiap
ilmu tak terkecuali ilmu ikhlas. Kendati kerap digaungkan sejak dini,
mulai dari bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi ikhlas nampaknya
belum menjadi karakter yang mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Sejatinya ikhlas bukan merupakan kata yang asing lagi
terdengar di telinga kita. Begitu sederhana namun memiliki makna yang
sangat dalam. Maka tidak mengherankan bagi setiap muslim jika ikhlas
merupakan satu awalan yang mutlak dilakoni dalam menjalankan setiap
ibadah dan amalannya. Jika sesuatu di awali dengan hal-hal yang baik
maka niscaya akan berakhir dengan kondisi yang baik pula. Kiranya
begitulah opini yang beredar di kalangan kita sekalian.
Sebagaimana
Rasulullah SAW pernah bersabda yang hingga kini kita dapat temui di
urutan pertama kumpulan Hadits Arba’in an-Nawawi tentang urgensi
keikhlasan sebuah niat, salah satu penggalan haditsnya berbunyi sebagai
berikut: Dari Amirul Mu’minin, Abu Hafsh Umar bin al-Khathab RA.
Berkata,
“Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
(akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan…..”.
(Riwayat dua
imam Hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin
al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari dan Abu al-Husain, Muslim bin
al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naishaburi, di dalam ketua Kitab
Shahih-nya yang merupakan kitab paling shahih yang pernah dikarang).
Berbicara
mengenai keikhlasan seseorang, tentu bukanlah perkara yang mudah. Ini
semua karena berkaitan dengan hati yang notabenenya tidak bisa diukur
dengan parameter buatan manusia manapun di muka bumi ini. Idealnya,
ikhlas bukan pelafadzan oleh lisan dan bukan pula ditunjukkan melalui
perilaku tertentu. Hingga pada akhirnya muncul pertanyaan, lantas
bagaimana ikhlas yang sesungguhnya?
Pernahkah penolakan yang kuat
tersemat begitu dominan di relung-relung hatimu sebelum engkau melakukan
sesuatu? Pernahkah terselip gerutu dan umpatan yang menyelimuti benakmu
ketika kau tengah melakukan sesuatu? Atau pernahkah engkau merasa ada
rasa menyesal tertinggal di hatimu sesaat setelah melakukan sesuatu?
Sepertinya
jawaban atas semua pertanyaan tersebut jika ditanyakan ke semua insan
di bumiNya ini akan sama, PERNAH. Ya begitu mudah dijawab, semuanya
pernah. Saya, Anda, dan kita tentu pernah mengalaminya, baik pada
pertanyaan yang pertama maupun kedua atau bahkan ketiga-tiganya. Setiap
rasa yang harusnya kita tinggalkan jauh-jauh dalam mengaplikasikan
ikhlas. Tak heran jika ikhlas yang mengakar budaya hingga saat ini hanya
sebatas kata-kata, tidak lebih.
Peringatan hati-hati ditujukan
kepada kita semua karena kondisi tersebut mengindikasikan kurangnya dan
tak menutup kemungkinan tak adanya niat ikhlas yang tersemai. Esensi
dari ikhlas yang sesungguhnya tak pernah menuntut pamrih dari setiap
perbuatan yang dilakukan. Tak pernah mengharap sanjungan dari setiap
pencapaian yang diraih. Dan yang terpenting tak pernah termotivasi
selain oleh Sang Khaliq, Allah SWT. Begitu indah memang, rangkaian
proses dan buah hasil dari ikhlas itu sendiri. Semua diprogram dalam
rangka menggapai ridhaNya.
Tentunya para pembaca paham mengenai
kata pamrih yang dimaksud. Bukan berarti setiap pekerja
tidak ikhlas karena sesudahnya selalu menuntut imbalan dalam bentuk
gaji. Ini memiliki perbedaan kontekstual yang jelas, karena di salah
satu sisi terdapat kesepakatan yang jelas di awal terkait dengan usaha
yang diberikan dan upah yang di dapat. Sedangkan di sisi lain, amalan
sosial tentunya tidak memiliki kesepakatan atas setiap hal yang mereka
berikan atau lakukan. Namun yang terpenting dan persamaannya adalah
bahwa keduanya harus di awali dengan niatan ikhlas, tidak menggerutu
ketika melakukan dan tidak menyesal setelahnya.
Diri ini pun tak
pernah luput dari kekhilafan, Rasanya sungguh malu apabila kita mengaku
sebagai pribadi muslim namun tak pernah berusaha untuk selalu ikhlas.
Maka, sudah sepatutnya saling mengingatkan sesama saudara muslim.
Kita
mulai dengan hal yang sederhana namun tak menghilangkan kedahsyatan
maknanya, Basmallah. Selalu mengawali setiap perbuatan, langkah dan
impian kita dengan menyebut AsmaNya yang begitu mulia. Semoga dalam
setiap helaan nafas kita selalu terpatri long term vision berupa ridhaNya.
Aamiin Allahumma Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar