Memaknai Sebuah Ujian
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.” Al Quran Surat Al Baqarah 286. Cukup dengan sepenggal
ayat itu, kita bisa mempercayai Allah terhadap ujian yang dilimpahkan
kepada kita sebagai hambanya.
Manusia adalah makhluk ciptaan
Allah yang memiliki derajat tertinggi di antara ciptaan yang lainnya.
Oleh karena itu, menjadi manusia yang sesuai dengan kedudukannya
sangatlah sulit. Menjalani kehidupan di dunia dengan berbagai ujian agar
memiliki keteguhan hati adalah kewajiban manusia. Sebagai mahkluk yang
di gadang-gadang menjadi pusat peradaban di seluruh semesta, manusia
dituntut untuk kuat dalam menghadapi segala macam lika-liku kehidupan.
Allah Subhannahu wa ta’ala bertutur dalam Alquran Surah Al-Ankabut ayat 2-3 yang artinya berbunyi:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.“
Saya, Anda, Kita
adalah manusia yang diciptakan tidak hanya semata-mata untuk menikmati
berbagai keindahan dan keberlimpahan alam. Melainkan untuk melaksakan
tugas yang wajib yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala.
Selain beribadah, untuk menguatkan keimanan manusia, Allah menciptakan
suatu mekanisme pengujian dalam berbagai macam bentuk dan fungsi. Ujian
yang diberikan Allah kepada manusia tidak seperti ujian yang diterapkan
dalam pemerintahan di negeri kita tercinta ini.
Ujian yang
dimaksud itu adalah ujian berupa musibah atau rezeki yang diberikan-Nya
untuk hambanya. Musibah dan rezeki merupakan suatu perwujudan upaya
Allah dalam memantau seberapa keimanan hamba-Nya. Perspektif ujian yang
diberikan Allah sangat luas. Ujian tersebut datang di kala manusia yang
mulai melupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan segala
kekuasaannya Allah memberikan manusia ujian yang sesuai dengan kemampuan
dan kesanggupan mereka sendiri.
Allah maha mengetahui kondisi
hambanya. Mulai dari sehat wal afiat hingga sakit. Jika manusia memiliki
kesanggupan dalam menghadapi ujian yang diberikan, Allah akan dengan
senang hati memberikan apa yang mereka butuhkan.
Apabila manusia
sendiri menganggap ujian yang diberikan Allah terlalu berat untuknya dan
memilih bergantung pada keputusasaan, Allah menyamai mereka dengan kaum
kafir yang sudah tertulis namanya di dalam neraka. Maka dari itu, dalam
menghadapi ujian tersebut manusia dituntut untuk tetap terus
bertawakkal dan menjauhi keputusasaan. Keputusasaan tersebut timbul dari
rasa di dalam hati yang dimanfaatkan oleh setan untuk menggoda manusia
untuk menyerah akan keadaan. Dampak dari rasa keputusasaan tersebut
adalah frustasi.
Sesuai dengan arti dalam bahasa latin frustatio ,
frustasi merupakan bentuk rasa kekecewaan individu yang diakibatkan
oleh terhalangnya dalam pencapaian tujuan tertentu. Yang harus selalu
diingat bahwa Allah memberikan ujian sesuai dengan kesanggupan hambanya
dalam menghadapinya. Untuk menghindari keputusasaan yang berujung
frustasi, mulai sekarang kita harus belajar untuk kuat. Kuat dalam
artian mental.
Membuat diri sendiri senantiasa bersyukur akan
setiap pemberian Allah baik itu musibah atau rezeki merupakan hal yang
diyakini dapat menguatkan keimanan seorang manusia. Manusia yang sudah
terbiasa untuk bersyukur akan pemberian Allah biasanya akan lebih
menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya sendiri. Mereka
senantiasa lebih tenang dalam bertindak.
Bisa kita bandingkan
betapa tingkat kesulitan yang Allah berikan dalam berbagai ujian kepada
masing-masing hambanya. Untuk orang yang bergelimpangan harta, Allah
memberikan ujian berupa harta yang dilimpahkan kepadanya. Bagaimana cara
dia untuk mensyukurinya dan meningkatkan ibadah untuk-NYA dan tidak
melupakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Sebagian lainnya Allah
memberikan ujian berupa kemiskinan. Apakah dengan kondisinya itu dia
akan tetap mengingat Allah dalam setiap kehidupannya atau tidak ?
Ujian
tersebut dimaksudkan Allah bukan semata-mata menyulitkan hambanya.
Allah ingin melihat seberapa kuat kita sebagai hambanya untuk terus
beristiqamah berada di jalan-Nya. Tidak hanya itu, ujian tersebut
menjadi sebuah tiket untuk kita terus berbuat baik sesuai perintah
Allah.
Apakah bisa dibandingkan tingkat kesulitan ujian yang
diberikan Allah dengan ujian yang manusia terapkan demi mendapatkan
nilai? Tidak sama sekali, ujian Allah tidak bisa dibandingkan dengan
ujian yang diberikan manusia tersebut. Alasannya, keduanya memiliki
perbedaan kesulitan yang sangat terlihat. Allah membuat ujian tersebut
untuk membuat hambanya menguatkan imannya, sedangkan ujian yang manusia
terapkan tersebut esensinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan
berupa nilai.
Kembali kepada esensi ujian yang diberikannya. Allah
tidak semata-mata ingin membuat hamba-hambanya menderita dengan ujian
yang dia berikan. Analoginya, Allah hanya ingin men-testing kadar
keimanan manusia, agar dia bisa membedakan yang mana hamba yang
benar-benar bertawakkal kepadanya dan mana yang bermodal kedustaan
belaka.
Sekarang prioritas utama kita sebagai seorang manusia yang
melakukan peghambaan kepada tuhan semesta alam Allah Subhannahu wa
ta’ala adalah bersyukur akan segala yang Dia berikan kepada kita. Ujian
tersebut seakan menjadi latihan untuk kita untuk menaiki peringkat yang
lebih tinggi dalam kehidupan.
Adapun Allah telah memberitahukan
seluruh manusia apabila kesulitan dalam menghadapi ujian yaitu pada
Alquran Surah Al-Baqarah ayat 45:
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan shalat; dan sesungguhnya shalat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah semata”.
Sekali
lagi, untuk memaknai ujian yang diberikan Allah itu memang perlu.
Setiap ujian yang diberikan Allah kepada hambanya adalah mutlak untuk
melihat seberapa kadar keimanan hambanya.
Cara untuk menghadapi ujian
tersebut adalah dengan meminta pertolongan-Nya dengan bersabar dan taat
dalam beribadah. Semoga kita selalu menjadi hambanya yang selalu
bersyukur atas ujian yang Dia berikan.
0 komentar:
Posting Komentar