Tujuh Butir Mutiara Kehidupan
Terkadang dalam menghadapi hidup dan kehidupan ini, orang seakan tak
mempunyai pegangan, apa lagi bila sedang mengalami tekanan dari
berbagai sisi, atau sedang mengalami cobaan, ujiaan, musibah dan lain
sebagainya. Bahkan karena beratnya tekanan tersebut sampai Tuhanpun
menjadi tertuduh!
Bisa saja Tuhan dianggap atau dikatakan tidak adil, kenapa? Ya,
karena yang mendapat ujian atau cobaan kok saya, bukan dia. Kok kami,
bukan mereka, kok negara kita, bukan negera mereka dan seterusnya. Nah
pertanyaan-pertanyaan demikian nyaris muncul di saat-saat musibah atau
cobaan datang.
Tujuh butir mutiara kehidupan:
Pertama: Allah tidak akan membiarkan umat yang beriman terus menerus
dalam keadaan yang mereka alami( Al Imron : 179) Ayat ini mengajarkan
hidup yang optimis, apapun yang terjadi, apapun ujiannya. Mengapa? Ya
karena Allah akan memberikan jalan keluarnya, betapapun berat tantangan
hidup ini.
Hidup memang seperti gerak gelombang yang naik turun atau sperti roda
pedati yang terus berputar, suka atau tidak suka, suatu saat kita
berada di atas, suatu saat kita berada di bawah. Di saat di atas kita
bersyukur, saat di bawah kita bersabar sambil terus berjuang agar
kembali di atas, begitu seterusnya.
Kadang memang, terasa pertolongan Allah begitu lama, pedahal terasa
himpitan hidup begitu keras menekan, hingga diri kadang-kadang bertanya,
kapan pertolongan Allah datang? Apa lagi kalau melihatnya dari sisi
suatu bangsa, ini lebih lama lagi, coba saja lihat bagaimana bangsa kita
membebesakan diri dari masa penjajahan Belanda dan Jepang, tak kurang
dari 350 tahun, baru kita bisa merdeka! Faktanya kita baru merdeka 65
Tahun! Lebih lama di jajahnya dibanding merdekanya.
Begitu juga perjuang bangsa Palestina sekarang ini, sejak tahun1948
Palestina di jajah Israel, sampai saat ini, mereka, rakyat Palestina,
banyak yang hidup di pengusian-pengunsian. Kapan pertolongan Allah
datang? Ya terserah Allah, Allah lebih mengetahui apa yang akan Dia
kerjakan dan kapan Dia memberi pertolongan pada suatu bangsa atau pada
suatu diri ketika mengalami ujian atau cobaan. Tugas setiap pribadi
adalah terus menerus berjuang memperbaiki hidupnya dari hari ke hari,
itulah sikap optimis dari kandungan ayat di atas.
Kedua: Allah menjamin kemenangan bagi orang yang berjihad dalam
agamaNya. Kalau dia gugur Allah akan memasukannya ke dalam syurga( HR
Bukhori ) Dalam sabada nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori ini ada kata jihad, yang sering diartikan salah oleh kaum
orientalis dan oleh orang-orang yang entah apa alasannya sangat membenci
Islam atau takut kepada Islam (phobia terhadap Islam) Jihad diartikan
perang!
Padahal kata jihad berarti berjuang sungguh-sungguh. Jadi siapapun
yang berjihad atau berjuang sungguh-sungguh akan mendapatkan hasilnya.
Seperti pepatan bahasa arab: “Man jadda wajada” siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil! Ya tak ada sebuah keberhasilan apapun
namanya, yang tidak diperjuangkan sungguh-sungguh.
Tak ada kesuksesan dari hasil bertopang dagu atau berleha-leha,
contoh sederhana saja, mana ada orang yang sukses menulis tanpa
mengetik, tanpa berpikir, tanpa berjuang, tanpa membaca, tanpa menambah
wawasan, tanpa dialog atau diskusi dan lain sebagainya. Itu baru menulis
biasa, belum membuat buku, novel, apa lagi sebuah karya ilmiah, wah itu
lebih repot lagi, lebih harus bersungguh-sungguh mencari datanya.
Nah kembali ke hadist di atas, siapapun yang berjihad atau berjuang
sungguh-sungguh demi agamanya, bila dia gugur, akan dimasukan ke dalam
syurga, asal niatnya mencari ridho Allah, bukan karena yang lainnya.
Jadi jihad bukan hanya dalam peperangan, apa lagi untuk kasus Indonesia,
negara yang damai ini, loh mau perang sma siapa? Kalau ada penjajah
lagi, atau Belanda dan Jepang datang lagi untuk menjajah kita, misalnya,
ayo mari sama-sama berjuang, sama-sama berjihad melawan penjajah dalam
bentuk apapun!
Ketiga: Jika kamu mati tidak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kamu
dilahirkan?( Syaripudin Zuhri ) Loh kok Syaripudin Zuhri? Iya itu nama
penulis, Motto hidup itu original, kata-kata lahir bertahun-tahun lalu,
tepatnya setelah menjalani hidup di negara orang, Rusia.
Dengan kata-kata tersebut, penulis ingin mengajak anda semua, mari
kita berbuat sesuatu, betapapun kecilnya perbuatan tersebut. Kalau mau
menulis, ya menulislah, walau hanya satu kalimat sekalipun. Kalau mau
berdakwa, ya sampaikan walau hanya satu ayat.Pokoknya, apapun yang anda
bisa kerjakan, kerjakanlah!
Aduh gimana nanti kata orang? Loh mengapa? Mengapa takut dengan
penilaian atau kritikan orang lain? Bukanah malah bagus dikritik orang
lain, bukankah orang lain baik hati telah mengkriktik kita, menunjukkan
kesalahan kita, jangan-jangan malah kebodohan kita sendiri, justru
diketahui oleh orang lain.
Bukankah pepatah mengatakan: Semut di sebrang lautan kelihatan, gajah
di pelupuk mata tak nampak!” Normal toh, kalau yang kelihatan orang
lain justru memang kesaalhan kita, sebagimana kita sering melihat
kesalahan orang dibandingkan kebaikkannya? Walau memang kritikan orang lain terkadang kasar, bahkan vulgar! Loh kenapa takut? katakan: “Siapa takut?” Ibarat perjuangan, kita itu belum diapa-apakan oleh pengkritik kita,
oleh”musuh” kita, baru kata-kata saja, belum sampai digantung, di
pancung, di tembak, di bunuh, di cincang, di salib, di penjara, di buang
dan lain sebagainya, seperti para tokoh-tokoh pembawa kebenaran! Jadi
mengapa takut di kritik terhadap perbuatan atau tulisan kita? Mari
tinggal sesuatu untuk kehidupan, apa lagi sarananya sekaang begitu
banyak.
Kita boleh mati, usia manusia hanya pendek sekali, tapi kata-kata,
pemikirannya, karyanya bisa”mengabadi” Lihat saja para tokoh dunia,
mereka sudah tak ada di sunia, ada yang sudah ribuan tahun lalu mati,
tapi karyanya masih di baca orang, karyanya mereka masih ada! Jadi, jika
anda mati tidak meninggal apa-apa, maka buat apa anda dilahirkan? Pertanyaan itu diajukan juga buat penulis sendiri! Mari kita berbuat
sesuatu untuk hidup dan kehidupan ini, kita diciptakan olehNya bukan
tanpa tujuan, bukan sesuatu yang sia-sia, ingat, kita adalah Khalifah di
muka bumi!
Keempat: Mulai sekarang Aku akan melakukan karya besar. Berjuang
terus rohku, berjuang teruslah diriku!( Kahlil Gibran) Nah ini kata-kata
” Sang Nabi ” Sebuah karya Khalil Gibran yang tak akan dilupakan
sejarah hidup manusia.
Kahlil Gibran, dengan kata-katanya itu seakan
memompa spirit hidup kita, ayo buat sebuah karya besar, ayo terus
berjuang, berjuanglah terus wahai para diri, jangan menyerah, jangan
mundur, jangan berpangku tangan, jangan berleha-leha saja! Kapan
mulianya? Sekarang ini, hari ini, saat ini juga, detik ini juga, ayo
berbuat sesuatu! Untuk sesuatu kabaikan jangan di tunda-tunda, kalau berbuat jahat
silahkan tunda selamanya. Ayo berbuat sesuatu yang positif, mulai
sekarang! Coba lihat kata Gibran itu, mulai sekarang! Jangan besok
besok, sekarang juga, hari ini juga, saat ini juga, detik ini juga! Loh
apa yang saya perbuat? Aduh gimana sih? Berbuat saja masih bertanya? Kan bisa mengetik, bisa
menulis, bisa menelpon, bisa membantu orang lain, bisa berdzikir, bisa
berdoa, bisa kuliah, bisa sekolah, bisa belajar apa saja dan dimana
saja, mau melukis, mau menari, mengukir, berdagang kecil-kecilan, jadi
pemulung, sopir, atau apa saja, yang penting berbuat dulu, kerjakan
dulu, hasilnya nanti, berproses dulu.
Jangan lupa, ribuan kilometer perjalanan dimulai dari satu langkah,
ribuan bahkan jutaan judul buku di mulai satu kata, ribuan ayat Qur’an
dimulai dari Iqro, bacalah! Banyak misal lainya untuk berbuat sesuatu.
Jangan ragu untuk melangkah walau satu langkah, jangan ragu menulis,
walau hanya satu kalimat, jangan ragu menyampaikan dakwah walau hanya
satu ayat begitu seterusnya. Kapan mulianya? Aduh… kok di tanya lagi ?
Ya mulai sekarang! Sudah, jangan di tanya lagi, jangan di tunda-tunda
lagi, perbuatlah yang anda bisa dan mampu!
Kelima: Manislah setitik embun yang dikumpulkan oleh tangan sendiri(
Muhammad Iqbal ) Tokoh dari Pakistan ini juga telah memberikan semangat
kemandirian yang luar biasa, jangan tergantung pada apa dan siapapun.
Ayo kumpulkan “embun” dari tanganmu sendiri! Embun di situ punya arti yang sangat luas, bisa karya, pekerjaan,
buku, novel, kreasi dan lain sebagainya. Ya, mungkin anda juga mengalami
sendiri, ketika, misalnya karya anda sendiri, karya tulis anda sendiri,
atau artikel anda sendiri, bukan hasill copas, dibaca orang, ada rasa
bahagia di hati.
Apapun namanya kalau hasil karya atau keringat sendiri terasa lebih
nikmat, rumah sendiri yang dibangun sekian tahun secara bertahap, bila
sudah selesai terasa lebih nikmat tinggal di dalamnnya. Komputer butut
hasil kejuaran menulis akan terasa sejarahnya, di banding laptop baru
dikasih bos, misalnya. Ibu-ibu ketika menyajikan makanan hasil masakan
sendiri, lebih terasa nikmatnya, dibandingkan beli diwarung, walau yang
satu ini relatif.
Yang jelas maksud Iqbal adalah berbuatlah sesuatu, yang sesuatu itu
adalah buatan sendiri, karya sendiri, bukan buatan orang lain atau karya
orang lain, apa lagi karya orang lain, yang diakui karya sendiri, akh
itu sih plagiat! Orang yang mengakui karya orang lain menjadi karyanya
sendiri, sudah membohongi dirinya sendiri, orang lain tak tahu, tapi
hatinya sendiri tak bisa dibohongi, apa lagi Tuhan! Makanya benar sekali
kata Iqbal:” Manislah embun yang di kumpulkan tangan sendiri!”
Keenam: Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian( M Natsir ).
Kata-kata ini sangat cocok buat para perantau ke manapun dia pergi.
Jangan takut wahai para perantau, kau tidak sendirian, ada Tuhan
bersamamu! Biasakan para perantau, baik yang mencari kerja, kuliah, sekolah dan
lain sebagainya yang harus meninggalkan kampung halamannya ke daerah,
kota atau negara lain! Yang mungkin saja ketika tiba di tempat yang
dituju, apa lagi ke luar negeri, yang beda semuanya, ya bahasanya,
kulturnya, kebiasaanya, adat istiadatnya dan lain sebagainya dan cap
baru yang otomatis diterimanya yaitu orang asing! Nah sebagai orang asing di suatu daerah, kota atau negeri, terasa
merasa sendirian, tak ada sanak keluarga, teman dan handai tolan, nah di
saat itulah kata-kata M Natsir ini begitu memberi semangat dan
motivasi, jangan takut, Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian!
Nah saya tambah kata-kata tersebut : Di sini ada Tuhan, di sana ada
Tuhan, di mana-mana ada Tuhan, mengapa takut dan ragu? Inilah modal sang perantau hidup di tempat asing, hidup sebagai orang
asing. Perantau yang memegang pedoman hidup ini, tak akan takut hidup
di manapun jua! Apa lagi kalau mempunyai kesadaran tinggi bahwa
Dimanapun berada tetap bumi Allah! Loh iya, di manapun kita berada, kita
tatap berada di bumi Allah juga, jadi mengapa mesti takut? Kan Dia Maha
Memberikan Pertolongan pada hambaNya yang beriman.
Ketujuh: Apa yang diberikan Allah Sekarang ini padamu, itulah yang
terbaik buatmu! Kata ini saya dengar dari penceramah kondang beberapa
tahun lalu, ini sebuah pernyataan yang sangat menarik yang perlu menjadi
bahan renungan kita semua.
Dengan mutiara ketujuh ini seakan kita dibuat untuk menjadi manusia
yang pandai bersyukur pada apapun yang sedang kita kerjakan saat ini,
atau apapun yang sedang kita jalani selama ini, atau sendainya kita
pindah-pindah pekerjaanpun, kita tetap merasa yang terbaik, walau bahkan
pekerjaan yang sedang kita jalani sekarang, mungkin dianggap “sebelah
mata” atau direndahkan oleh orang lain.
Jadi apapun kita saat ini, itulah yang terbaik menurut Allah untuk
kita, tak berlaku buat pekerjaan yang tak diridhoi Allah atau sesuatu
yang berbau maksiat! Kalau yang maksiat atau yang tak halal, malah itu
yang terburuk menurut Allah untuk mereka! Jadilah orang yang pandai bersyukur, orang yang pandai bersyukur akan
merasakan apapun yang baik saat ini, itulah yang terbaik menurut Allah
untuknya. Dia akan bersyukur walau misalnya hanya punya mobil butut,
karena ada orang yang hanya punya motor, yang punya motorpun bersyukur,
karena ada orang yang punya kendaraan hanya sepeda, yang punya sepedapun
bersyukur, karena ada orang yang sepedapun tak punya, yang tak punya
sepadapun masih bersyukur karena masih sehat, yang sehatpun masih
bersyukur walau tak punya apa-apa, karena ada orang yang sakit, yang
sakitpun masih bersyukur karena ada orang sakit kemarin sekarang sudah
meninggal! Demikian, semoga dengan tujuh butir mutiara kehidupan yang sudah saya
paparkan di atas, kita tidak lagi menuduh Tuhan yang bukan-bukan, apa
lagi menududh Tuhan dengan hal-hal yang di luar batas keimanan, walapun
Tuhan tidak akan pernah marah diprotes oleh makhlukNya.
Jangankan diprotes, tak diakui oleh ciptaanNya-pun, Dia tak marah dan
tetap menyayangi ummatNya, dengan tetap memberikan rezeki, walau pada
orang kapir sekalipun atau tetap memberikan rezki walau kepada orang
yang athies, yang tak mengakui keberadaanNya.
Nah coba, kalau kepada orang-orang kapir atau orang athies saja Tuhan
sayang kok, masa kepada orang yang beriman Tuhan murka? Kalau Tuhan
memberikan cobaan atau ujain, dengan musibah, itu bukan Tuhan murka,
tapi tanda kasih sayang Tuhan pada orang beriman, makanya di uji dan
dicoba, benar tidak imannya? Benar tidak pengakuan keimanannya? Wah,
lain waktu kita bahas yang satu ini.
Sekian, terima kasih atas perhatinnya.
0 komentar:
Posting Komentar