Tetangga, Menentukan Surga dan Neraka Kita
Alkisah,
Isabella Purves (85 tahun), tinggal di wilayah permukiman mewah
distrik Edinburgh, New Town, Inggris. Jenazahnya ditemukan polisi
setelah terbaring selama lima tahun. Polisi menemukan jenazah ini,
setelah seorang tetangga melaporkan kepada dewan kota mengenai tumpahan
air yang menembus langit-langit di flat-nya.
Isabella telah ditemukan membusuk bersama tumpukan surat dan koran setinggi 1 meter. Menurut
tetangganya, Purves mulai tidak tampak lagi di lingkungan sekitarnya
pada tahun 2004. Kasus sedih ini sekaligus merupakan gambaran
mengguncangkan dari terkikisnya semangat kepedulian sosial dalam
kehidupan masyarakat modern. Tak hanya yang Inggris, bahkan di sekitar
kita.
Kisah serupa terjadi di Negeri kita. Sekitar tahun 2005, masyarakat digegerkan dengan kisah Supriyono (38), yang membawa mayat anaknya dengan gerobak sampah karena tak mampu menyewa ambulan.
Awalnya,
ia meenumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor dengan
menggendong mayat anaknya, Khaerunisa (3 thn) untuk dimakamkan di
Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Namun di tengah
jalan, ia justru dipaksa turun dari kereta dan dibawa ke kantor polisi
karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan.
Di
RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang
muntaber. Ketidakmampuan membawa Khaerunisa berobat ke Puskesmas
menyebabkan putrinya menghembuskan nafas terakhir. Beginilah kisah para
korban kehidupan modern yang acuh tak acuh pada sesama.
Islam dan Tetangga
Islam
merupakan satu-satunya agama yang mengajarkan ummatnya agar selalu
menjaga hubungan baik dengan Sang Pencipta di satu sisi dan sesama
mahluk di sisi lain. Seseorang dikatakan tidak sempurna imannya jika
hanya mempunyai hubungan baik dengan Allah tapi buruk dengan sesamanya.
Demikian pula sebaliknya.
Salah
satu bentuk ajaran Islam yang mulia itu yaitu kewajiban menjaga
hubungan baik dengan tetangga. Dalam Islam, tetangga memiliki kedudukan
yang sangat agung. Rasulullah Saw adalah manusia yang sangat memuliakan
para tetangganya. Dalam kehidupan beliau, tetangga ditempatkan pada
posisi yang sangat mulia. Dalam sebuah hadits beliau brsabda:
“Malaikat Jibril alaihissalam senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan hak waris (bagi mereka).” (HR: Al-Bukhari dan Muslim)
“Malaikat Jibril alaihissalam senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan hak waris (bagi mereka).” (HR: Al-Bukhari dan Muslim)
Oleh
sebab itu, sebagai pengikutnya, kita hendaklah senantiasa berlaku baik
kepada para tetangga. Rasulullah Saw bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah ia berlaku baik kepada tetangganya.” (HR: Muslim)
Seorang
Muslim diajarkan oleh syariat Islam yang sempurna ini untuk meyakini
dan mengamalkan bahwa tetangga mempunyai hak-hak atas dirinya. Juga
harus menjalankan etika-etika terhadap tetangga dengan sempurna. Ini
didasarkan pada Firman Allah Ta’ala: ”Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat den tetangga yang jauh.” (An Nisa’:36)
Ayat
ini mengajarkan kepada kita bahwa berbuat baik kepada tetangga
merupakan perintah agama yang wajib kita jalankan. Ayat ini juga tidak
membedakan apakah tetangga itu muslim atau tidak. Bahkan haram hukumnya
bagi seorang muslim memutus hubungan dengan tetangga kafirnya, selama
mereka tidak mengganggu. Tatkala mereka sakit, dianjurkan
menjengungknya. Adapun tatkala mati maka tidak boleh berbela sungkawa.
berdasarkan hadits Ali r.a. tatkala bapaknya, Abu Thalib- meninggal
dunia.
Rasulullah Saw bersabda kepadanya : "Pergi, dan timbunlah ia".
Maka Ali tidak berbela sungakawa. (Ahmad (807), Abu Dawud (3214) dan
Nasa'i (1/110). Juga tidak dibolehkan mendatangi hari-hari raya mereka
dengan mengucapkan selamat hari raya. Karena dalam perbuatan tersebut
tersirat pengakuan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada agama
mereka. Dan tidak disangsikan lagi bahwa hari-hari raya mereka adalah
bagian dari keyakinan agama yang haram bai kita mengikutinya. Ini juga
sebagai bukti bahwa kita sebenarnya tidak setuju dengan keyakinan
mereka, tapi tanpa menyakiti mereka.
Adapun
terhadap tetangga sesama muslim, maka bukan hak sebagai tetangga saja
yang harus kita penuhi, tetapi juga sebagai sesama saudara muslim.
Seorang mukmin harus bersikap tawadhu' terhadap sesama kaum mukminin dan
merendahkan diri kepada mereka.
Adab Terhadap Tetangga
1. Tidak menyakitinya dengan ucapan atau perbuatan, karena sabda-sabda Rasulullah Saw berikut: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti tetangganya.” (Mutafaq Alaih). Kemudian sabda Rasulullah Saw: “Demi Allah, tidak beriman. Ditanyakan kepada Rasulullah Saw, Siapakah orang yang tidak beriman, wahai Rasulullah? Beliau bersabda, yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (Mutafaq Alaih).
Sabda Rasulullah Saw: “Wanita tersebut masuk neraka”. Sabda
di atas ditujukan Rasulullah Saw kepada wanita yang konon berpuasa di
siang hari dan qiyamul lail di malam hari, namun menyakiti tetangganya.
2.
Berbuat baik kepadanya dengan menolongnya jika ia meminta pertolongan,
membantunya jika ia meminta bantuan, menjenguknya jika ia sakit,
mengucapkan selamat kepadanya jika ia bahagia, menghiburnya jika ia
mendapat musibah, membantunya jika ia membutuhkan dan kebaikan-kebaikan
lainnya.
Ini semua perbuatan baik yang diperintahkan dalam firman Allah Ta’ala, tetangga dekat dan tetangga yang jauh. (An Nisa:36). Rasulullah saw bersabda: “Barangsipa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
Ini semua perbuatan baik yang diperintahkan dalam firman Allah Ta’ala, tetangga dekat dan tetangga yang jauh. (An Nisa:36). Rasulullah saw bersabda: “Barangsipa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
3. Bersikap dermawan dengan memberikan kebaikan kepadanya, karena sabda-sabda Rasulullah Saw berikut: “Hai
wanita-wanita Muslimah, janganlah seorang tetangga meremehkan
tetangganya yang lain, kendati hanya dengan ujung kuku kambing.” (Diriwayatkan Al Bukhari). Sabda Rasulullah Saw kepada Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu: “Hai Abu Dzar, jika engkau memasak kuah maka perbanyaklah airnya, kemudia berikan kepada tetanggamu.” (Diriwayatkan Al Bukhari).
Aisyah ra.a bertanya kepada Rasulullah Saw, "Aku
mempunyai dua tetangga, maka yang mana yang berhak akau beri hadiah?
Rasulullah Saw bersabda: “Kepada orang yang pintu rumahnya lebih dekat
kepadamu.” (Mutafaq Alaih)
4.
Menghormati dan menghargainya dengan tidak melarangnya meletakkan kayu
di temboknya, tidak menjual atau menyewakan apa saja yang menyatu dengan
temboknya, dan tidak mendekat ke temboknya hingga ia bermusyawarah
dengannya berdasarkan sabda-sabda Rasulullah berikut: “Salah seorang dari kalian jangan sekali-kali melarang tetangganya meletakkan kayu di dinding rumahnya.” (Mutafaq Alaih). Kemudian sabda beliau : “Barangsiapa mempunyai kebun bersama tetangga, atau mitra, maka ia tidak boleh menjualnya, hingga ia bermusyawarah dengannya.” (Mutafaq Alaih)
Itulah
beberapa adab bertetangga yang diajarkan Islam. Sungguh sangat berbeda
dengan ajaran peradaban modern yang tegak di atas materi, sehingga tidak
mengajak kepada makna yang mulia, dan tidak menyukai akhlak yang utama.
Bahkan menjadikan sebagian manusia hanya sekedar alat yang berputar
pada poros kehidupan yang tuli tanpa mengenal perasaan. Dan menjadikan
peran yang digariskan baginya, kosong dari perasaan-perasaan yang mulia
dan makna-makna kemanusiaan yang tinggi. Karena itu sungguh sangat
beruntung orang yang masih memagang ajaran Islam, terkait dengan masalah
ini, dengan baik meski hidup dalam sebuah masyarakat yang modern.
0 komentar:
Posting Komentar