Iman Kepada Kitabullah
Diturunkannya kitab-kitab kepada umat manusia adalah salah satu bukti
bimbingan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah sebagai
Rabb alam semesta dan Dzat Yang Maha Penyayang tidak mungkin membiarkan
umat manusia kebingungan dalam hidupnya. Oleh sebab itu Allah
menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul untuk membimbing mereka.
1. Salah Satu Rukun Iman
Iman kepada kitabullah adalah salah satu rukun Iman. Suatu ketika, malaikat Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam bentuk seorang lelaki yang bajunya sangat putih dan rambutnya
sangat hitam. Lelaki itu bertanya kepada Nabi tentang Islam. Diantara
pertanyaan yang diajukannya adalah tentang iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Yaitu
kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir baik maupun yang
buruk.” (HR. Muslim dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu) Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai
orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan
juga kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa yang mengingkari/kufur kepada Allah,
para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir maka
sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat jauh.” (QS. an-Nisaa’: 136)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rasul telah
beriman terhadap wahyu yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Masing-masing beriman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya. Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun diantara para rasul-Nya. Mereka semua
berkata, “Kami mendengar dan kami patuh. Ampunilah kami, wahai Rabb
kami. Dan kepada-Mu lah tempat kami kembali.” (QS. al-Baqarah: 285)
2. Makna Iman Kepada Kitabullah
Iman kepada Kitabullah artinya adalah kita membenarkan dengan pasti bahwa Allah ta’ala
telah menurunkan kitab-kitab kepada para rasul-Nya sebagai petunjuk
bagi hamba-hamba-Nya. Kita meyakini bahwa kitab-kitab itu merupakan
ucapan Allah (kalamullah). Mengimani kitab-kitab itu secara umum -yang
disebutkan namanya maupun tidak dan secara khusus yaitu yang disebutkan
namanya seperti al quran- (lihat Kitab at-Tauhid li ash-Shaff ats-Tsani al-’Ali) Kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelum al-Qur’an adalah Suhuf Ibrahim dan Musa, Taurat yang Allah turunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, Zabur yang diturunkan Allah kepada Nabi Dawud ‘alaihis salam, dan Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.
Kita wajib mengimani bahwa kitab-kitab tersebut adalah wahyu dari Allah
dan mengajak kepada inti ajaran yang sama dengan al-Qur’an yaitu untuk
mengesakan Allah dalam beribadah (tauhid). Semua kitab suci tersebut
sepakat dalam pokok-pokok ajaran, walaupun berbeda dalam hal
syari’at/peraturan (lihat Kitab at-Tauhid li ash-Shaff ats-Tsani al-’Ali)
3. Iman Kepada al-Qur’an
al-Qur’an al-Karim diturunkan oleh Allah kepada penutup nabi dan rasul yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah Kitabullah terakhir yang diturunkan bagi umat manusia dan menghapuskan syari’at-syari’at sebelumnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Qur’an supaya kamu menjelaskan
kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan mudah-mudahan
mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl: 44). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi
Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidaklah seorang pun
yang mendengar kenabianku dari kalangan umat ini, entah dia Yahudi atau
Nasrani, lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman terhadap ajaran yang
aku bawa melainkan kelak dia pasti termasuk penduduk neraka.” (HR. Muslim)
4. al-Qur’an Berisi Petunjuk
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan memberikan kabar
gembira bagi orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal salih
bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9). Dan yang paling penting adalah mengajarkan manusia untuk mentauhidkan Allah : Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Tidaklah
Kami mengutus seorang pun rasul sebelum engkau -wahai Muhammad-
melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan -yang
benar- selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiyaa’: 25) Sesungguhnya tadabbur/merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah,
agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah
mereka tidak merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi
Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali
perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)
5. al-Qur’an Rahmat dan Obat
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat
manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian
(yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah,
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim
selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82) Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Sesungguhnya
al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat meyakinkan yang dengannya akan
lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan
peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk menyelisihi
perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan
penyakit yang menimpanya.” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman)
6. Meraih Kemuliaan Dengan al-Qur’an
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi’ bin
Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah diantara
Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai
gubernur Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata, “Adapun
Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan
dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim)
7. Bacalah al-Qur’an!
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim). Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia akan mendapatkan satu
kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.
Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif
satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi, disahihkan oleh Syaikh al-Albani) Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada hasad kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan ilmu
oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun membacanya sepanjang
malam dan siang maka ada tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia
berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada
si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”
Dan seorang lelaki yang Allah berikan harta kepadanya maka dia pun
menghabiskan harta itu di jalan yang benar kemudian ada orang yang
berkata, “Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada
si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari)
8. al-Hadits Sebagai Penjelas al-Qur’an
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan juga ulil amri di
antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman
kepada Allah dan hari akhir.” (QS. an-Nisaa’: 59). Maimun bin Mihran berkata, “Kembali
kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya. Adapun kembali kepada
rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau
kembali kepada Sunnahnya (hadits) setelah beliau wafat.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah) Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari akhir.” (QS. al-Ahzab: 21). Mak-hul berkata, “al-Qur’an lebih membutuhkan kepada as-Sunnah dibandingkan kebutuhan as-Sunnah kepada al-Qur’an.” Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya as-Sunnah itu menafsirkan al-Qur’an dan menjelaskannya.” (lihat ad-Difa’ ‘anis Sunnah).
Wallahu a’lam bish shawab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.
0 komentar:
Posting Komentar