Kotak-kotak renungan untuk orang-orang yang pelit
Hmm...khutbah hari ini dengan
tema mengeluarkan harta di jalan Allah, tiba-tiba mengingatkanku pada
sebuah ideologi. Ideologi yang cocok untuk dipasangkan pada
orang-orang yang pelit, kikir, penumpuk harta. Pernahkah kita berpikir,
mengapa orang yang biasanya sedang sehat wal-afiat, masih muda, dsb,
tiba2 saja jatuh sakit? Fakta yang sangat unik tersebut membuatku
berpikir, jangan-jangan pemuda tersebut kikir dan tidak mau
menyumbangkan hartanya di jalan Allah. Mengapa saya ambil contoh
pemuda? Karena yang namanya pemuda tidak rentan sakit seperti orang
yang sudah tua.
Kadang kita berpikir, apakah ini cobaan dari Allah. Kalau memang cobaan, mungkin kita akan cepat sembuh. Tapi kalau gak sembuh-sembuh, biasanya ada hal yang aneh dibalik semua itu. Akhirnya sang pemuda sakitnya bertambah parah, dan akhirnya masuk ke rumah sakit, dan mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar.
Well, ini memang cuma perumpamaan dan ideologi yang ada dalam pikiranku. Tapi, tak jarang kita jumpai di sekitar kita, bukan? Kadang ketika kita sedang menikmati apa yang Allah berikan pada kita, namun kita lupa bersyukur dan akhirnya yang terjadi malah bencana dan malapetaka, yang jauh lebih merugikan daripada memberikan sebagian harta kita.
Pernahkah kita berpikir, mengapa ada orang yang tiap kali memegang suatu benda, benda tersebut jadi rusak, dan akhirnya harus mengganti benda tersebut. Kalau kita berpikir orang ini ceroboh, banyak kok orang ceroboh, tapi ceroboh mereka kadang tidak seberapa, dan tidak menghasilkan kerugian. Beda dengan orang yang satu ini. Istilahnya, dia adalah orang yang sial, yang kena sial tanpa pernah dia sadari, kok bisa saya kena sial. Ternyata, hal yang terjadi padanya juga karena hal yang sama. Pelit kepada Allah.
Hmm, mungkin saya memang belum nikah yah, jadi belum tau bagaimana rasanya jadi seperti yang satu ini. Tapi, berdasarkan kajian dari salah satu ustadz, ada cerita menarik tentang orang-orang yang pelit. Mungkin saking pelitnya, dia tidak mau mengeluarkan sedikit pun duitnya. Pada suatu hari, datanglah mertuanya, untuk meminta kepada dia duit. Yang namanya mertua, ada yang minta baik-baik, ada juga yang langsung nagih. Akhirnya apa, kita terpaksa mengeluarkan duit. Istilahnya kita tidak dipancing untuk bersedekah, tapi dengan cara ditombak. Kalau masih bisa ikhlas Alhamdulillah. Kalau gak, sudah rugi, gak dapat amal lagi. Naudzubillahi min dzalik.
Karena itulah, mari kita membuka pemikiran kita, dan membuka uluran tangan kita bersama, untuk menyumbangkan dan menolong mereka yang memiliki kesusahan disekitar kita. Sungguh, jika kita tidak mau dan pelit kepada Allah, niscaya satu dari hal-hal diatas akan terjadi pada anda. Mungkin tidak sama, tapi minimal serupa. Mengapa mesti begitu pelit? Ketika Allah menjanjikan balasan yang lebih sebagaimana dalam firmanNya“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18). Juga dalam sebuah hadits shahih,“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi). Bayangkanlah, apakah anda tidak mau mendapat kedudukan sebagai hamba yang paling baik?
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
Akhir kata, Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
(Notes ana sendiri)
Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150363529029461
Kadang kita berpikir, apakah ini cobaan dari Allah. Kalau memang cobaan, mungkin kita akan cepat sembuh. Tapi kalau gak sembuh-sembuh, biasanya ada hal yang aneh dibalik semua itu. Akhirnya sang pemuda sakitnya bertambah parah, dan akhirnya masuk ke rumah sakit, dan mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar.
Well, ini memang cuma perumpamaan dan ideologi yang ada dalam pikiranku. Tapi, tak jarang kita jumpai di sekitar kita, bukan? Kadang ketika kita sedang menikmati apa yang Allah berikan pada kita, namun kita lupa bersyukur dan akhirnya yang terjadi malah bencana dan malapetaka, yang jauh lebih merugikan daripada memberikan sebagian harta kita.
Pernahkah kita berpikir, mengapa ada orang yang tiap kali memegang suatu benda, benda tersebut jadi rusak, dan akhirnya harus mengganti benda tersebut. Kalau kita berpikir orang ini ceroboh, banyak kok orang ceroboh, tapi ceroboh mereka kadang tidak seberapa, dan tidak menghasilkan kerugian. Beda dengan orang yang satu ini. Istilahnya, dia adalah orang yang sial, yang kena sial tanpa pernah dia sadari, kok bisa saya kena sial. Ternyata, hal yang terjadi padanya juga karena hal yang sama. Pelit kepada Allah.
Hmm, mungkin saya memang belum nikah yah, jadi belum tau bagaimana rasanya jadi seperti yang satu ini. Tapi, berdasarkan kajian dari salah satu ustadz, ada cerita menarik tentang orang-orang yang pelit. Mungkin saking pelitnya, dia tidak mau mengeluarkan sedikit pun duitnya. Pada suatu hari, datanglah mertuanya, untuk meminta kepada dia duit. Yang namanya mertua, ada yang minta baik-baik, ada juga yang langsung nagih. Akhirnya apa, kita terpaksa mengeluarkan duit. Istilahnya kita tidak dipancing untuk bersedekah, tapi dengan cara ditombak. Kalau masih bisa ikhlas Alhamdulillah. Kalau gak, sudah rugi, gak dapat amal lagi. Naudzubillahi min dzalik.
Karena itulah, mari kita membuka pemikiran kita, dan membuka uluran tangan kita bersama, untuk menyumbangkan dan menolong mereka yang memiliki kesusahan disekitar kita. Sungguh, jika kita tidak mau dan pelit kepada Allah, niscaya satu dari hal-hal diatas akan terjadi pada anda. Mungkin tidak sama, tapi minimal serupa. Mengapa mesti begitu pelit? Ketika Allah menjanjikan balasan yang lebih sebagaimana dalam firmanNya“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18). Juga dalam sebuah hadits shahih,“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi). Bayangkanlah, apakah anda tidak mau mendapat kedudukan sebagai hamba yang paling baik?
Padahal ada banyak sekali fungsi dari sedekah, mari coba kita jabarkan satu per satu :
1. Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)
2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang
ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir.
Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:
“Seorang
yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu
sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan
oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)
3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”
4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan
dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala
yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
“Orang
memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan
dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah,
kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan
orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu
shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari
pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan
dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”
7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)
8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai
para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam
jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)
9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:
“Perumpamaan
orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang
memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga
selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia
merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung
jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada
kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan
setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha
melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
“Sesungguhnya
Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian
Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun
tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan
sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya,
Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)
Akhir kata, Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
(Notes ana sendiri)
Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150363529029461
0 komentar:
Posting Komentar