Dapatkah Rizki Datang Sendiri Hanya Dengan Berdoa?
Akhirnya mereka sepakat untuk menjalankan rencananya masing-masing.
Nelayan pertama akan pergi ke pantai terdekat untuk membeli bekal.
Sedangkan nelayan kedua akan berdoa agar Tuhan mengirim bekal kepadanya.
Pada suatu hari ada 2 nelayan yang sepakat pergi mencari ikan
bersama-sama. Mereka berharap dengan mencari ikan dengan saling bekerja
sama bisa mendapat ikan lebih banyak. Ini karena terakhir-terakhir para
nelayan sering pulang melaut dengan tangan hampa.
Maka dengan perahu-perahu masing, mereka berangkat ke laut. Karena
mencari ikan bukanlah dilakukan di waktu yang singkat, maka mereka
membawa cukup bekal.
Namun memang sepertinya ikan-ikan pada sembunyi atau melakukan
migrasi entah ke mana. Sehingga setelah beberapa hari mereka berdua
tetap tidak mendapat ikan. Padahal bekalnya sudah hampir habis.
Nelayan pertama mengusulkan untuk pulang saja, karena bekal hampir
habis. Atau setidaknya pergi ke pantai terdekat untuk membeli bekal.
Tapi nelayan kedua menolak, karena jaringnya sudah disebar. Menunggu
beberapa saat mungkin ada ikan yang bisa didapat oleh jaringnya.
“Lalu bagaimana kamu bisa mendapat bekal, kalau tidak berusaha?” tanya nelayan pertama.
“Berdoa. Saya akan berdoa agar Tuhan mengirim bekal ke saya,” jawab nelayan kedua.
“Gila kamu. Mana bisa dengan berdoa saja, Tuhan akan mengirim bekal ke kita,” sergah nelayan pertama.
“Saya percaya Tuhan akan mendengar doa saya,” balas nelayan kedua.
Akhirnya mereka sepakat untuk menjalankan rencananya masing-masing.
Nelayan pertama akan pergi ke pantai terdekat untuk membeli bekal.
Sedangkan nelayan kedua akan berdoa agar Tuhan mengirim bekal kepadanya.
Akhirnya setelah beberapa lama, nelayan pertama kembali ke lokasi nelayan kedua.
“Bagaimana? Apakah Tuhan telah mengirim bekal padamu,” ejek nelayan pertama.
“Belum,” jawab nelayan kedua kalem.
“Kasihan kamu. Nih saya bagi 2 bekal yang tadi saya beli. Ini untukmu,” kata nelayan pertama.
Tiba-tiba nelayan kedua berseru, “Alhamdulillah, Engkau kabulkan doaku ya Tuhan. Engkau kirim aku bekal.”
Hehehe. Ini sebenarnya cerita yang ada di sebuah status seorang
teman. Tentu sebuah cerita khayalan. Tapi memang menarik dan
menggelitik. Membuat saya merenung apakah memang bisa mendapat rezeki
hanya dengan berdoa? Bukankah harusnya dengan usaha dan diiringi dengan
doa. Apakah cukup dengan berdoa kita bisa mendapat rezeki?
Namun beberapa hari lalu saya membaca sebuah kisah yang ada di buku
‘Kisah-Kisah Allah’. Buku karangan Ahmad Mir Khalaf Zadeh dan Qasim Mir
Khalaf Zadeh sangat menarik. Karena kisa yang diceritakan adalah kisah
nyata. Sumber buku ini adalah pengalaman seseorang, al Qur’an dan
Hadits. Cerita ini ada di zaman Nabi Daud.
Syahdan ada seorang ahli ibadah yang percaya bahwa rezeki bisa
diturunkan hanya dengan berdoa. Tentu saja banyak orang mencibir. Karena
semua orang harus bekerja untuk mencari rezeki. Bahkan nabi Daud
sendiri bekerja menanam sendiri untuk mendapat roti.
Akhirnya ada seekor sapi masuk ke rumah ahli ibadah itu.
“Alhamdulillah, Engkau kirim rezeki padaku,” kata ahli ibadah. Maka ahli
ibadah itu menyembelihnya dan memasaknya untuk dinikmati.
Beberapa hari kemudian ada orang masuk ke rumah ahli ibadah dan
marah-marah. Ternyata dia adalah pemilik asli dari sapi yang masuk ke
rumah ahli ibadah itu. Ganti rugi, teriak-teriak pemiliknya. Tidak, itu
rezeki yang diturunkan Tuhan padaku, jawab ahli ibadah.
Karena mereka tidak saling mengalah, akhirnya mereka sepakat membawa
masalah ini ke nabi Daud. Orang yang dikenal adil. Maka mereka
menceritakan masing-masing kisahnya. Setelah Nabi Daud mendengar semua
cerita dan argumentasi mereka masing-masing, maka nabi Daud berdoa untuk
diberi wahyu tentang kasus ini.
Akhirnya wahyu itu datang dan nabi Musa berkata pada pemilik sapi
supaya mengikhlaskan saja. Karena dibandingkan kekayaan yang dimilikinya
tidak sebanding. Lebih baik diikhlaskan daripada malapetaka yang lebih
besar bila tidak memberikan sapi itu secara ikhlas.
Karena ini keputusan nabi Daud yang adil, yang tentunya berdasar
wahyu Tuhan yang diturunkan, maka pemilik sapi menerima keputusan ini.
Namun beberapa hari kemudian pemilik sapi membuat onar dan membuat
tuduhan pada ahli ibadah. Orang-orang berkumpul karena termakan teriakan
pemilik sapi ini.
Karena kegaduhan ini nabi Daud datang. Akhirnya orang-orang tahu
permasalahan ini dan menanyakan kenapa keputusan seerti itu diambil.
Akhirnya nabi Daud bercerita bahwa sebenarnya semua kekayaan pemilik
sapi adalah miliknya ahli ibadah.
Semua yang hadir bingung. Bagaimana bisa?
Ternyata pemilik sapi ini dulunya adalah budak dari ayah ahli ibadah.
Dalam sebuah perjalanan, budak ini membunuh majikanya dengan pedang
pendek. Setelah membunuh pedang pendeknya ini ditanam di bawah sebuah
pohon besar. Dengan kekayaan majikannya ini pemilik sapi itu menjadi
kaya raya.
Orang-orang ini serasa tidak percaya dan menuju ke pohon yang
dikatakan nabi Daud. Maka mereka beramai-ramai menggali di bawah pohon
itu. Dan benarlah, ada sebuah pedang pendek. Maka nabi Daud
memerintahkan ahli ibadah itu untuk membunuh pemilik sapi sebagai
balasan atas kejahatannya. Lalu ahli ibadah itu membunuh pemilik sapi
dan menguasai semua kekayaan pemilik sapi.
Ya, ini peristiswa di masa lalu, dimana utusan Tuhan ada dan bisa
berkomunikasi langsung dengan Tuhan. Kalau sekarang, akan susah
membuktikan hal-hal seperti demikian.
Maka seharusnya kita tetap tidak meninggalkan doa selama mencari
rezeki. Berusaha harus. Dan lebih baik lagi diiringi dengan doa.
Selanjutnya hasilnya kita serahkan pada Tuhan.
0 komentar:
Posting Komentar