Perbedaan Ujian dan Azab
Dalam kehidupan didunia ini dapatkah kita mengetahui perbedaan suatu
kejadian yang tidak kita ingini adalah akibat dari perbuatan kita
berbuat dosa kepada Allah atau merupakaan cobaan keimanan kita (bukan
karena dosa kepada Allah). Apakah ada azab yang ditimpakan seawaktu
masih hidup didunia akibat berbuat dosa kepada Allah?
Firman Allah swt :
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa
saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS.
An Nisaa : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah swt.
Sedangkan makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari
perbuatanmu sendiri, sebagaimana firman-Nya :
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura : 30)
As Suddiy, Hasan al Bashri, Ibnu Juraih dan Ibnu Zaid mengatakan
bahwa makna “maka dari dirimu sendiri” adalah karena dosamu. Qatadah
mengatakan bahwa makna” “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari
Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri.” Adalah akibat dosamu wahai anak Adam.
Didalam sebuah hadits disebutkan,”Demi yang jiwaku berada
ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan,
kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan
menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Tafsir al Qur’an al Azhim juz
II hal 363)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an diantaranya firman Allah swt :
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS. Al Anbiya : 35)
Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ia ini isa berupa
keburukan atau kebaikan, kesenagan atau kesengsaraan, sebagaimana
disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain :
Artinya : “Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk.” (QS. Al A’raf : 168)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” adalah
terkadang Kami menguji dengan berbagai musibah dan terkadang dengan
berbagai kenikmatan agar kami mengetahui orang-orang yang bersyukur dari
orang-orang yang kafir, orang-orang yang bersabar dari orang-orang yang
berpuus asa sebagaimana perkataan Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa
makna “Dan Kami menguji kalian” dia mengatakan Kami menguji kalian
dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan), dengan kesulitan
dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal
dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan… sedangkan
firman-Nya yang berarti “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”
adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir
al Qur’an al Azhim juz V hal 342)
Cobaan atau ujian ini juga terkadang disesuaikan dengan kadar dan
kualitas keimanan seseorang serta sebagai sarana untuk menambahkan
pahala orang yang terkena ujian ini, karena itu didalam hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan bahwa orang yang paling berat
ujiannya adalah para nabi.
Syeikh Al Mubarokhfuriy mengatakan bahwa mereka (para nabi) yang
paling berat ujian dan cobaannya karena mereka adalah orang-orang yang
merasakan kelezatan semua cobaan itu sebagaimana kebanyakan orang
merasakan lezat semua kenikmatan. Karena apabila para nabi tidak diuji
maka keimanan kepada Allah yang ada didalam diri mereka hanya akan
menjadi khayalan dan melemahkan umat didalam kesabarannya menghadapi
suatu cobaan. Hal itu juga dikarenakan orang yang paling berat cobaan
adalah yang paling kuat ketaatannya dan paling kuat didalam
mengembalikan segala urusannya kepada Allah swt. (Tuhfatul Ahwadzi juz
VI hal 185)
Cobaan atau ujian ini bisa juga disebabkan karena kesalahan atau dosa
yang dilakukan seseorang, seperti dosa seseorang yang meninggalkan
jihad dikarenakan para wanita-wanitanya, sebagaimana firman Allah swt :
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ ائْذَن لِّي وَلاَ تَفْتِنِّي أَلاَ فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُواْ
Artinya : “Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya
keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya
terjerumus dalam fitnah." (QS. At Taubah : 49)
Sesungguhnya ujian ataupun cobaan yang ditimpakan kepada orang itu
adalah ketika orang itu mengatakan pemohonan izinnya kepada Rasulullah
saw disebabkan kelemahan iman mereka untuk ikut berperang di jalan Allah
melawan pasukan Romawi dengan mencari-cari alasan kecantikan para
wanita Romawi yang bisa membuat mereka tidak tahan dan akan mempengaruhi
jihad mereka.
Dengan demikian bisa difahami bahwa cobaan atau ujian adalah lebih luas atau lebih umum daripada musibah. Dikarenakan tidaklah disebut musibah kecuali untuk sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seorang yang mendapatkannya sementara ujian atau cobaan bisa berupa kesenangan atau kesengsaraan. Dan terkadang efek dari bala’ ini lebih berat daripada musibah. Orang terkadang sanggup bertahan didalam keimanan saat mendapatkan kesulitan akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan.
Dan apapun yang diterima seorang muslim baik ia berupa ujian maupun
cobaan baik berupa kesenangan ataupun kesengsaraan, kelapangan atau
kesempitan, kekayaan atau kemiskinan maka semuanya adalah baik baginya
karena mereka adalah orang-orang yang bersyukur ketika dirimpa
kesenangan dan bersabar ketika ditimpa kesengsaraan.
Dan tidaklah suatu musibah atau ujian itu ditimpakan kepada seorang
mukmin kecuali adalah sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia
sehingga tidak ada lagi baginya siksa atas dosa itu di akhrat,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah
saw bersabda,”Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu
bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan.”
Sementara musibah atau ujian yang diberikan kepada orang-orang kafir
adalah bagian dari adzab Allah kepada mereka di dunia sementara adzab
yang lebih besar telah menantinya di akherat, sebagaimana firman-Nya :
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab
yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat),
Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah :
21)
Artinya : “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Huud : 16)
Didalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa
Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang
mukmin, diberikan kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya
pahala di akherat. Adapun orang yang kafir maka ia memakan dengan
kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di dunia sehingga ketika dia kembali
ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan pun sebagai ganjaran
baginya. “ (HR. Muslim)
Wallahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar