Hari Valentine = Kasih Sayang?
Hiasan bernuansa merah jambu terpasang dimana-mana, dengan ukiran-ukiran
berbentuk hati, memperingati hari yang kata mereka adalah hari kasih sayang.
Setiap tanggal 14 februari, para remaja bermai-ramai memperingati hari kasih
sayang yang mereka sebut hari valentine, bahkan para remaja muslim tak jarang
turut memperingati hari tersebut. apa sebenarnya hari valentine? Pantaskan kita
sebagai remaja muslim mengekor untuk merayakannya?
Felix
Siauw dalam bukunya “Udah Putusin Aja!” menceritakan asal- usul perayaan
valentine, perayaan ini berasal dari bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban
Barat yang hidup dengan suatu adat, yaitu menjadikan kepuasan fisik badaniah
sebagai tujuan hidup mereka. Money, drink and sex, itulah setali tiga uang
dalam kehidupan mereka. Bila kita perhatikan mitologi Yunani-Romawi, akan kita
dapatkan cara pandang ini dalam cerita-cerita mereka. Ada dewa yang
berselingkuh, ada dewa yang diselingkuhi. Bahkan ada dewa yang memilih menikah
dengan dewa lainnya dalam bentuk hewan. Begitulah mitologi mereka yang dipenuhi
dengan kepuasan badaniah. Bahkan karya-karya yang diciptakan para seniman pada
zaman Yunani-Romawi penuh dengan eksploitasi kaum wanita seperti patung-patung
juga lukisan-lukisan wanita tanpa busana.
Sebelum
hari kasih sayang mendunia sebagai hari valentine, orang-orang Romawi telah
mengenal perayaan “Festival Lupercalia”, yaitu suatu perayaan yang dirayakan
setiap tanggal 13-15 Februari untuk dipersembahkan kepada Lupercus sang Dewa
Kesehatan dan Kesuburan dan Juno Februa yang merupakan Dewi Pernikahan dan
Kesuburan. Lupercua adalah Dewa Kesuburan Seksual Romawi yang diilustrasikan
sebagai manusia berkaki dan berkepala kambing atau setara dengan Pan dalam
mitologi Yunani. Pan inilah yang juga menjelma menjadi Baphomet-dalam tradisi
pemuja setan Yahudi, Dewa Kesuburan yang menjadi lambing regenerative lelaki
dan wanita sekaligus lambing seks. Adapun Juno Februa, Dewi Penikahan dan
kesuburan yang dilukiskan memakai mantel dari kulit kambing-ciri
kesuburan-adalah istri dari pemimpin para dewa, Jupiter. Dalam mitologi Yunani,
Juno dikenal sebagai Hera yang menuikah dengan Zeus pada bulan Gamelion yang
terletak antara pertengahan Januari dan pertengahan Februari.
Dalam
suatu legenda, diceritakan bahwa Pan mempunyai affair dengan Dewi Kecantikan
dan Dewi Cinta Aphrodite (dikenal juga dengan nama Venus), dengan Eros (dikenal
sebagai cupid) yang digambarkan sebagai anak kecil tampan bersayap yang membawa
panah cinta-anak dari Aphrodite yang menjadi pengamat dan promotor. Menurut
legenda yang lain lagi, bahkan Aphortide sangat tertarik pada ketampanan
anaknya sendiri sehingga melakukan hubungan badan dengan anaknya. Begitu juga
dengan perayaan “Festival Lupercalia”, perayaan itu dilakukan untuk meneladani
semangat Pan, Juno, Venus juga Cupid yang semuanya bermuara pada nafsu.
Perayaan
tersebut dimulai dengan menuliskan nama-nama perawan di sebuah kertas dan
ditempatkan pada tempat yang terpisah, kemudian para lelaki mengambilnya
bergantian secara acak. Siapa yang terpilih maka ia akan menjadi partner untuk
melakukan hubungan haram sepanjang malam dan berlanjut hingga tahun berikutnya.
Begitulah kebiasaan mereka yang telah menjadi kebudayaan dan dilangsungkan
berabad-abad, mereka yang menuhankan nafsu telah menganggap halal hubungan
badan yang dilaknat Allah SWT.
Setelah
kaum Kristian berkuasa, sekira 494 M, Paus Gelasius I mengakulturasi Festival
Lupercalia ini menjadi “Festival Penyucian Bunda Maria” sebagai pengganti penyembahan
terhadap Lupercalia. Namun, esensi perayaan ini tetap sama, penh nafsu dan
keburukan. Pernah pula gereja menjadikan 14 Februari dengan mencangkokkan tokoh
Saint Valentine yang berjuang demi cinta hingga manjdi martir pada 14 Februari,
hingga hari kematiannya diperingati sebagai hari perjuangan cinta, Valentine
Day.
Dari
kisah di atas, kita telah tahu bahwa hari valentine tersebut dirayakan sebagai
peringatan untuk dewa-dewa para kaum yahudi dan tokoh umat nasrani. Rasanya
tidak pantas para remaja muslim mengikuti apa yang mereka lakukan, karena
Rasulullah telah bersabda bahwa seseorang yang mengikuti atau menyerupai
kebiasaan suatu kaum berarti ia termasuk dalam golongan mereka.
Sudah
sangat jelas bahwa valentine adalah hari perayaan mengumbar nafsu. Di tanah
air, perayaan valentine tidak jauh berbeda dengan perayaan kaum yahudi nasrani
masa itu. Para remaja menggandeng pasangan-pasangan mereka pada malam valentine
itu, saling tukar coklat, dari beberapa sumber mengatakan bahwa hotel-hotel dan
penginapan penuh pada malam itu, bahkan penjualan kondom meningkat drastis dari
biasanya. Para remaja sesungguhnya tengah menjadi obyek komersil para
kapitalis, sayangnya tidak banyak yang menyadarinya. Yang sangat disayangkan
para generasi muda islam yang seharusnya berjuang menegakkan syari’at-syariat
agama justru berlari mencampakkanya dan memilih untuk ikut membangun kebudayaan
agama lain. Na’udzubillah….
Maka
sebagai generasi muda muslim hendaknya kita saling mengingatkan teman-teman
kita untuk menjauhi perayaan-perayaan yang tidak pernah disyari’atkan oleh
Allah, bahkan sangat dibenci oleh Allah. wallahua’lam.
Sumber
: Udah Putusin Aja! (Felix Y Siauw)
0 komentar:
Posting Komentar