Perkara Aneh
Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Asqalani dalam karyanya Nashaihul ‘Ibad (hal 42) mengutip sebuah hadis tentang keanehan yang akan menimpa umat Islam. Menurut Rasulullah SAW, jumlahnya ada enam perkara.
Pertama, masjid menjadi bangunan yang aneh. Bangunan masjid berdiri megah, dibangun dengan susah payah, dan berada di tengah-tengah perkampungan yang padat penduduknya. Namun, orang-orang di perkampungan itu enggan melaksanakan ibadah shalat di masjid.
Kedua, mushaf Alquran menjadi perkara aneh. Orang-orang berlomba-lomba mengoleksi Alquran di rumahnya. Mereka membeli Alquran dengan model terbaru, berharga mahal, namun setelah berada di rumah, Alquran hanya menjadi simbol kebanggaan.
Kitab suci ini dipajang di rak dan jarang sekali dibaca, apalagi dihayati makna dan kandungannya. Ketiga, banyak orang berlomba-lomba menghafal Alquran, tetapi sedikit sekali orang yang berlomba-lomba mengamalkan isi dan kandungannya.
Keempat, aneh sekali banyak wanita salihah yang bersuami laki-laki yang tidak taat dalam melaksanakan ajaran agama.
Kelima, aneh sekali, banyak laki-laki saleh yang beristri wanita yang tidak taat beragama.
Dan Keenam, aneh sekali, orang alim (yang memahami ilmu agama) berada di tengah-tengah masyarakat, namun masyarakat sudah enggan lagi mendengar fatwa-fatwanya. Petuah-petuahnya hanya dijadikan tontonan bukan dijadikan tuntunan.
Sementara itu, Imam Ghazali dalam karyanya Minhajul ‘Abidin (hal 16) mengutip sabda Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Haris Ibnu Umairah.
“Jika umurmu panjang, kamu akan menghadapi suatu zaman yang aneh. Pada zaman tersebut akan banyak ahli pidato yang piawai dalam menyampaikan pidatonya, namun sangat sedikit sekali dari kalangan mereka yang benar-benar ulama (memahami ilmu agama dan hatinya takut kepada Allah). Pada zaman tersebut akan banyak sekali orang yang memerlukan bantuan (banyak orang miskin), namun sangat sedikit sekali orang yang mau menolong mereka, dan pada zaman tersebut keikhlasan dalam mencari ilmu sudah sirna. Orang-orang mencari ilmu hanya mengikuti keinginan hawa nafsu belaka.”
Harits ibnu ‘Umairah merasa heran, kemudian ia bertanya,
Dan Keenam, aneh sekali, orang alim (yang memahami ilmu agama) berada di tengah-tengah masyarakat, namun masyarakat sudah enggan lagi mendengar fatwa-fatwanya. Petuah-petuahnya hanya dijadikan tontonan bukan dijadikan tuntunan.
Sementara itu, Imam Ghazali dalam karyanya Minhajul ‘Abidin (hal 16) mengutip sabda Rasulullah SAW yang disampaikan kepada Haris Ibnu Umairah.
“Jika umurmu panjang, kamu akan menghadapi suatu zaman yang aneh. Pada zaman tersebut akan banyak ahli pidato yang piawai dalam menyampaikan pidatonya, namun sangat sedikit sekali dari kalangan mereka yang benar-benar ulama (memahami ilmu agama dan hatinya takut kepada Allah). Pada zaman tersebut akan banyak sekali orang yang memerlukan bantuan (banyak orang miskin), namun sangat sedikit sekali orang yang mau menolong mereka, dan pada zaman tersebut keikhlasan dalam mencari ilmu sudah sirna. Orang-orang mencari ilmu hanya mengikuti keinginan hawa nafsu belaka.”
Harits ibnu ‘Umairah merasa heran, kemudian ia bertanya,
“Ya Rasulullah, kapan hal tersebut akan terjadi?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “Nanti
apabila ibadah shalat telah dimatikan (orang-orang tidak
mengaplikasikan nilai-nilai ibadah shalat dalam kehidupan sehari-hari),
menjamurnya suap-menyuap (jual beli hukum dan jabatan), serta
orang-orang telah rela menjual agama demi kesenangan hidup di dunia
semata. Jika keadaan tersebut sudah terjadi maka selamatkanlah dirimu.”
Mari kita perhatikan dan renungkan perkara-perkara aneh tersebut, sudahkah terjadi di sekitar kehidupan kita? Jika sudah, tak ada jalan terbaik bagi kita selain menyelamatkan diri kita masing-masing.
Caranya adalah dengan melakukan amar makruf nahi munkar, semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjalankan segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. “Umatku tak akan sesat selamanya, manakala ia benar-benar berpegang teguh kepada kitabullah dan sunah-sunahku.’’ (HR al-Hakim).
Mari kita perhatikan dan renungkan perkara-perkara aneh tersebut, sudahkah terjadi di sekitar kehidupan kita? Jika sudah, tak ada jalan terbaik bagi kita selain menyelamatkan diri kita masing-masing.
Caranya adalah dengan melakukan amar makruf nahi munkar, semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjalankan segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. “Umatku tak akan sesat selamanya, manakala ia benar-benar berpegang teguh kepada kitabullah dan sunah-sunahku.’’ (HR al-Hakim).
0 komentar:
Posting Komentar