Sabar dalam menghadapi musibah
Sabar dalam menghadapi musibah atau
cobaan merupakan tingkatan sabar yang paling sulit. Setiap orang yang
beriman bisa saja bersabar dalam menunaikan kewajiban dan menahan diri
dari berbagai larangan, namun untuk menghadapi ujian dari Allah tak
semua mampu melakukannya.
Sabar dalam mengahapi musibah memang
sangat berat. Hanya orang-orang terpilih yang sanggup melakukannya,
seperti para utusan Allah, para nabi, para sahabat, tabi’in, dan para
ulama serta kekasih-Nya. Di antara utusan Allah yang paling terkenal
dengan kesabarannya adalah Nabi Ayub.
Nabi Ayub adalah seorang nabi yang
kaya-raya. Ia memiliki unta, lembu, domba, kuda dan keledai delam jumlah
yang sangat banyak. Tak seorang pun di Syam dapat menyaingi kekayaan
Nabi Ayub. Selain kaya, ia juga memiliki akhlak atau pekerti yang mulia.
Ia tidak pernah meninggalkan kewajiban yang diperintahkan Allah
kepadanya. Ia sangat pandai bersyukur kepada Allah dan lidahnya tidak
pernah berhenti berzikir kapan dan di mana pun. Ia juga sangat
menyayangi fakir miskin dan kaum duafa. Bahkan, Nabi Ayub memiliki meja
makan yang khusus disediakan untuk para tamunya, yaitu orang-orang
misikin dan tamu-tamu lainnya.
Melihat kesalehan Ayub tersebut, Iblis
merasa dengki. “Ayub tampaknya berhasil meraih kenikmatan di dunia dan
akhirat,” ujarnya. Iblis lalu bermaksut merusak salah satu atau kedua
nikmat yang dimiliki Ayub itu. Suatu ketika, saat ia naik ke langit
ketuju untuk mencuri dengar percakapan para malaikat, Allah Yang Maha
Agung berfirman kepadanya, “Hai, Iblis terkutuk! Bagaimana Ayub di
matamu? Apa kau dapat mengambil darinya pelajaran walau sedikit?”
Iblis menjawab, “Tuhanku, sesungguhnya
Ayub mau menyembah-Mu karena Engkau telah memberikannya kelapangan hidup
dan kesehatan. Kalaulah tidak karena hal itu dia tidak akan
menyembah-Mu. Dia sebenarnya hanya hamba kesehatan.”
Allah SWT menjawab, “Kau berdusta! Aku
Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya dia benar-benar menyembah-Ku dan
cinta kepada-Ku, walaupun dia tidak mempunyai kelapangan rezeki di
dunia. Iblis berkata, “Tuhanku, berilah aku kekuasaan untuk menggoda
Ayub. Perhatikanlah bagaimana aku membuatnya lupa kepada-Mu dan
menyibukannya untuk tidak beribadah kepada-Mu.” Maka, Allah pun
memerikan kekuasaan kepada iblis untuk dapat menghancurkan harta, anak,
dan tubuh Ayub, kecuali hati dan lidahnya.
Iblis pun kembali ke bumi dan sampai di
tepi laut, Ia lalu berteriak keras sehingga semua bangsa jin, baik
laki-laki maupun perempuian, berkumpul di sisinya. Mereka berkata, “Apa
gerangan yang telah menimpamu?”
Iblis menjawab, “Aku mendapat kesempatan
yang belum pernah kuperoleh seperti saat ini sejak aku berhasil
mengeluarkan Adam dari surga. Karena itu, bantulah aku memperdaya dan
menghancurkan Ayub.” Para jin itu setuju dan menyanggupi permintaan
Iblis. Mereka lantas pergi untuk membinasakan seluruh harta dan kekayaan
Ayub. Mereka membakar binatang ternak hingga tak ada yang tersisa.
Setelah harta Ayub habis, Iblis
mendatangi Ayub yang sedang melaksanakan shalat. Iblis menggidanya, “Apa
kau akan tetap meyembah Tuhanmu dalam keadaan seperti ini? Sesungguhnya
Tuhanmu telah menuangkan api dari langit yang memusnahkan sehingga
semuanya menjadi abu”
Nabi Ayub tidak menjawab sampai ia merampungkan shalatnya. Setelah selesai, barulah ia berkata,” Alhamdulillah,
Dia yang telah memberikan karunia kepadaku, lalu mengambilnya pula
dariku, “Nabi Ayub lalu bangkit kembali untuk memulai shalatnya. Iblis
pun pulang dengan tangan hampa dan menyesali kegagalannya.
Ujian pertama berhasil dilewati oleh nabi
Ayub. Iblis tak meyerah begitu saja. Ia menyusun rencana kedua untuk
menghancurkan kehidupan utusan Allah itu. Iblis dan anak buahnya lalu
membunuh anak-anak Ayub yang sedang menyantap makan di meja makan. Ia
kemudian mendatangi Nabi Ayub yang sedang menunaikan shalat.
“Apakah kau akan tetap menyembah
Tuhanmu?” Sesungguhnya Dia telah membunuh anak-anakmu,” Iblis menggoda.
Nabi Ayub mengacuhkannya dan tidak menjawab sedikit pun. Setelah
merampungkan ibadahnya, barulah Nabi Ayub berkata, “Hai, Iblis terkutuk!
Alhamdulillah, Dia yang telah memberi dan juga mengambilnya
dariku. Semua harta dan anakku adalah ujian untukku. Allah SWT
mengambilnya dariku sehingga akau dapat bersabar dan tetap tenang dalam
beribadah kepada-Nya.” Iblis lagi-lagi pulang dengan menelan kegagalan.
Suatu hari, Iblis datang kembali menemui
Nabi Ayub yang saat itu sedang shalat. Tatkala Ayub sujud, Iblis
meniupkan penyakit melalui hidung dan mulitnya. Singkat cerita, seluruh
tubuh Nabi Ayub terkena penyakit kulit. Begitu hebatnya penyakit itu,
sampai-sampai darah bercampur nanah dan ulat berjatuhan dari kudis
dibadannya. Karena penyakitnya itu, istri-istri dan keluarga dekat Nabi
Ayub menjauhkan diri darinya. Hanya Rahmah, salah satu istri Nabi Ayub,
yang tetap setia mendampinginya. Melihat penyakit Nabi Ayub yang
semakin hari semakin parah, penduduk kampung mengusirnya karena
khawatiran tertular. Karena diusir masyarakat, Rahmah harus menggendong
suaminya keluar dari kampung halamannya.
Pada suatu hari, Rahmah berkata kepada
Nabi Ayub, “Engkau adalah seorang nabi yang mulia, cobalah berdoa kepada
Allah supaya Dia berkenan menyembuhkanmu.” Nabi Ayub menjawab, “Berapa
lama kita hidup bahagia?” Rahmah menjawab, “Delapan Puluh Tahun.” Nabi
Ayub menjawab, “Sesungguhnya aku malu kepada Allah untuk meminta
kesembuhan-Nya, sebab waktu sedikit kita belum sebanding dengan masa
bahagia kita.”
Tatkala Nabi Ayub sudah sangat kurus dan
tak ada lagi daging yang bisa dimakan, ulat-ulat yang berada di tubuhnya
saling makan sesamanya hingga akhirnya tersisa dua ekor ulat saja.
Kedua ulat itu bermaksud memakan hati dan lidah Nabi Ayub. Saat ulat
yang satu pergi ke hati untuk memakannya dan ulat yang lain pergi ke
lidah untuk menggerogotinya, keduanya kesulitan karena hati dan lidah
Nabi Ayub senantiasa bergetar karena terus berzikir kepada Allah SWT.
Dalam sakitnay itu, dikisahkan bahwa Nabi
Ayub as sempat berdoa kepada Allah. Doa itu diabadikan dalam Al-Qur’an
yang terjemahnya sebagai berikut.
“Dan ingatlah kisah
Ayub ketika ia menyeru kepada Tuhannya, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di
antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya` :83)
Allah SWT menjawab doa Nabi Ayub,
“Hentakkanlah kakimu! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (QS. Shad :42)
Nabi Ayub mengikuti perintah ALlah. Ia
menghentakkan kakinya sehingga memacarlah air yang dingin dari dalam
tanah. Air tersebut ia gunakan untuk mandi dan minum. Berkat pertolongan
Allah, perlahan penyakit yang diderita Nabi Ayub hilang.
Allah pun kemudian mengembalikan
keluarganya, hartanya, dan sejumlah nikmat serta kebaikan yang
dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang labih banyak daripada
sebelumnya. Allah SWT lalu memuji kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi
ujian yang diberikan-Nya.
“Sesunggunya Kamu
dapati dia (Nabi Ayub) orang yang sabar. Dialah sebaik-baiknya hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad : 44)
0 komentar:
Posting Komentar