Selasa, 24 Januari 2012

Agama Untuk Keseharian Kita

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokaatuh
Bismillahirrohmanirrohiim, 'Audzubillaahi minasy-syaithonir rojiim,
“Inna ja’alnama ‘alal ardi zinatallaha li nabluwahum ayyuhum ahsamu’amala .” (Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. {QS. Al-Kahfi : 7}.
Wahai Ikhwaanii wa Akhwaatii rahimakumullah..
Sesungguhnya sangat banyak manusia menjadi lalai atau di lalaikan oleh berbagai “perhiasan” semu yang di anugerahkan oleh Allah swt terhadap bumi ini. Adalah tidak salah apabila kita berupaya dan berusaha mencapai kebahagiaan selama hidup di dunia, namun itu akan dapat menjadi bencana pula bagi dirinya, apabila ia ternyata malah menuhankan hal-hal yang sebenarnya dihinakan oleh Allah swt.

Banyak contoh syirik kecil yang sering terjadi dan (mungkin) kurang disadari. Misalnya halalkah melakukan informasi dan komunikasi melalui jaringan internet? Menurut Abi bisa halal, bisa juga menjadi haram, tergantung dari kita mengoptimalkannya untuk kebaikan dan kebenaran, atau untuk maksiat atau ajang ghibah? Apabila niat dan pelaksanaan kita untuk kebaikan dan kebenaran, insyaAllah berinternet itu halal adanya.

Akan tetapi ke-halal-annya bisa saja berubah seketika menjadi syirik kecil, apabila di saat dirinya sedang asyik berinternet-ria dan mendengar kumandang adzan tanda panggilan sholat, tetapi ia masih saja masyuk bersama komunikasi dan informasi yang (meski) dianggapnya baik dan benar, dengan begitu ia telah melangkah kepada syirik kecil. Dalam hal ini ia telah berlaku menuhankan internet (beserta) aksesoris “kebaikan” tersebut, ketimbang panggilan Allah swt untuk bersujud kepada-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
Bismillaahirrohmanirrohiim,
“ I’lamu annamal ayatud-dun-ya la’ibuw wa lahwuw wa zinatuw wa tafakhurum bainakum wa takasurun fil amwali wal aulad, ka masali gaisin a’jabal kuffara nabatuhu summa yahi-ju fa tarahu musfarran summa yakunu hutama, wa fil akhirati ‘azabun syadi-duw wa magfiratum minallahi wa ridwan, wa mal hayatud dunya illa mata’ul-gurur.”

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid {57}:20).

Wahai saudara-saudariku rahimakumullah…Apabila kita mau mencermati dan mengevaluasi debilitas tesebut, bisa jadi persoalan demi persoalan yang merupakan ujian dari Allah swt itu menjadi (seolah) sangat berat dan buntu solusi. Padahal tidak demikian haqq-nya, dan sungguh Allah swt sama sekali tidak zholim,”…akan tetapi merekalah yang berlaku zholim kepada diri sendiri .” (QS.30:9).

Untuk itu marilah sami’na wa atho’na kepada perintah-Nya, agar kita benar-benar mengingkari THOGHUT sebaik apapun ia (rupanya) yang tampak oleh zahir mata kita yang telanjang dan bodoh ini. DIA-pun berfirman, “Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka .” (QS.an-Nisaa’ {4}:120).

Saudara-saudariku rahimakumullah; Bisa jadi engkau temui banyak orang di sekelilingmu yang merasa sukses, dan tidak bermasalah mengikuti cara-cara Thoghut dan sungguh telah berhasil mengelabui dirinya. Begitu juga dengan sangat banyaknya orang-orang GAGAL berikut segudang permasalahannya, lantaran mereka mengikuti jejak orang-orang yang dipandangnya “berhasil” lewat ATURAN dunia, meski pun itu sesungguhnya bertentangan 180 derajat dengan aturan Allah swt Dzat yang telah menciptakannya, serta Penjamin bagi keselamatan hidup dan matinya. Naudzubillahi min dzaliq.

Ironis bukan !? Apabila seseorang mengaku beriman dan telah GAGAL “menuhankan” cara Thoghut, namun ia masih saja tetap membiarkan dirinya berada pada lingkaran setan seperti itu? Maka janganlah engkau heran apabila mendapati saudara-saudarimu yang (tampak) senantiasa melaksanakan sholat fardhu, mengeluarkan zakat, berpuasa, bahkan telah menunaikan ibadah haji atau umroh, akan tetapi ia merasakan dirinya tidak pernah tenang, atau tidak memperoleh keberkahan dari amal ibadahnya. Wallahua’lam bis-showab.

Nasihat Nabi agar kita TIDAK mendapati kesia-siaan dari amal ibadah yang (mungkin) sudah baik selama ini, insyaAllah JANGAN PERNAH memilah-milih ayat Allah swt yang dirasa paling sesuai bagi dirinya saja. Melainkan kaffah-lah kepada diin Islam yang mulia ini, sebagaimana firman-Nya; “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.al-Baqarah {2}:208)

Dengan begitu semoga Allah swt berkenan merahmati kita dengan segala kemudahan-Nya. InsyaAllah…
Laa ilaaha illallaahul ‘azhiimul haliim, laa ilaaha illallaahu robbus samaawaatii wa robbul ardhi wa robbul ‘arsyil kariim.
Barakallahu fiekum,
Wassalamu’alaykum wr.wb.
By. http://blog.bukukita.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution