Keagungan Tauhid (Kedudukan Tauhid di Dalam Islam) Tauhid ini adalah agama para rasul, yang Allah utus mereka untuk membawa agama tersebut. Tauhid merupakan perkara yang paling agung yang diperintahkan Allah swt karena tauhid adalah pokok (al-ashl) yang mana agama seluruhnya dibangun di atasnya. Demikian juga dengan lawannya, yaitu syirik, merupakan larangan yang terbesar yang Allah swt larang.
Ia merupakan hak Allah swt yang paling besar atas hamba-hamba-Nya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits Mu’adz bin Jabal ra. Mu’adz bin Jabal ra berkata: “Aku pernah diboncengkan Nabi saw di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku: “wahai Muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak hamba-hamba-Nya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda: “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya: “Ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang? beliau menjawab: “Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir mereka nanti bersikap pasrah.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Ia merupakan hak Allah swt yang paling besar atas hamba-hamba-Nya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits Mu’adz bin Jabal ra. Mu’adz bin Jabal ra berkata: “Aku pernah diboncengkan Nabi saw di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku: “wahai Muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya, dan apa hak hamba-hamba-Nya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Aku menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda: “Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya: “Ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang? beliau menjawab: “Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir mereka nanti bersikap pasrah.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Terpelihara atau tidaknya kemaslahatan umat sangat tergantung pada sejauh mana umat manusia berpegang teguh dengan tauhid. Apabila umat berpegang teguh pada tauhid maka kemaslahatan umat akan terpelihara, sebaliknya semakin jauh umat dari tauhid maka akan semakin jauh pula kemaslahatan dari umat ini. Oleh karenanya, Allah menjadikan tauhid sebagai inti dakwah para Rasul (zubdah da’wah ar-rusul), tujuan diutusnya mereka (ghaayah risaalatihim), dan sebagai pilar utama dakwah mereka (asas da’watihim). Tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan paling tinggi di dalam Islam. Di antara kedudukan tauhid di dalam Islam, di antaranya adalah:
a. Tauhid merupakan tujuan penciptaan manusia.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” [QS. adz-Dzariyat (51): 56] Makna “Agar mereka beribadah kepada-Ku” adalah “Agar mereka mentauhidkan-Ku”.[1] Maka apabila seseorang belum merealisasikan tauhid dalam hidupnya, maka pada hakikatnya ia belum beribadah (menyembah) Allah swt. Inilah makna sebenernya dari firman Allah swt: “Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah.” [QS. al-Kaafirun (109): 3]
b. Alam semesta berdiri di atas tauhid.
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” [QS. al-Anbiya’ (21):22]
c. Siapa yang berbuat syirik dan meninggalkan tauhid, maka akan kekal di neraka.
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS. al-Ma’idah (5): 72]
d. Allah swt tidak mengampuni dosa syirik, bila pelakunya mati sebelum bertaubat.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [QS. al-Nisa’ (4): 48]
e. Siapa yang memegang tauhid dan tidak berbuat syirik, akan masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Seorang laki-laki dari umatku dipanggil di hadapan para makhluk pada hari kiamat. Kemudian ditampakkan kepadanya 99 lembar catatan. Setiap lembarnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Apakah engkau mengingkari ini?’. Ia berkata: ‘Tidak, wahai Rabb!’ Lalu dikatakan: ‘Apakah engkau memiliki suatu kebaikan?’. Maka laki-laki itu pun tertunduk karena haibah (keagungan Allah) sambil berkata: ‘Tidak wahai Rabb!’. Maka dikatakan: ‘Tidak demikian. Karena engkau masih memiliki kebaikan di sisi Kami, dan kamu tidak akan didzolimi!’. Maka dikeluarkan untuknya sebuah bitoqoh (kartu amal) yang di dalamnya ada kesaksian ‘Asyhadu an La Ilaha illalloh wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Maka orang itu berkata: ‘Wahai Rabb, apakah artinya bitoqoh seperti ini?’. Maka dikatakan: ‘Kamu tidak akan didzolimi’. Kemudian 99 lembar catatan-catatan diletakkan dalam satu timbangan dan bitoqoh dalam timbangan yang lain, maka bitoqoh itu pun lebih berat.” [HR. Tirmidzi dan Hakim]
f. Tauhid merupakan sebab utama terhapusnya dosa-dosa.
Dari Anas bin Malik ra, ia mendengar Rasulullah saw bersabda bahwa Allah swt berfirman (dalam hadits Qudsi): “Wahai anak cucu Adam, seandainya engkau datang menemui-Ku dengan membawa kesalahan (dosa) sepenuh bumi namun dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun (tidak syirik kepada-Ku), niscaya Aku akan menemuimu dengan membawa magfiroh (ampunan) sepenuh bumi pula.” [HR. Tirmidzi]
g. Tauhid merupakan dakwah para rasul alaissalaatu wassalam.
Mereka tidak memulai dakwah terhadap kaumnya kecuali dengan tauhidullah, meskipun terdapat pada diri kaumnya berupa pelanggaran sosial maupun akhlak pada ummatnya. Hal ini dikarenakan tauhid merupakan landasan dasar daris segala sesuatu. “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku’ ”. [QS. al-Anbiyaa’ (21): 25]
h. Sesungguhnya tauhid merupakan kewajiban pertama bagi setiap mukallaf, baik dalam mempelajari, memahami, mengamalkan dan mendakwahkannya. Rasulullah saw bersabda kepada Mu’adz: “Hendaklah yang paling pertama engkau serukan adalah persaksian laa ilaha illallah”
i. Tauhid merupakan asas diterimannya semua amal seorang hamba.
“ Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [QS. Az-Zumar (39): 65] “Jika mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [QS. al-An’am (6): 88] “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [QS. al-Furqaan (25): 23]
Demikianlah bagaimana agungnya kedudukan tauhid di dalam agama ini. Akan tetapi melihat fenomena yang terjadi sekarang ini banyak di kalangan kaum muslimin, khususnya masyarakat di Indonesia, sudah sangat jauh dari tauhid. Bahkan dalam kehidupan kesehariannya banyak dilumuri kesyirikan, lawan dari tauhid, yang pada hakikatnya adalah dosa yang paling besar, perkara terbesar yang Allah swt larang. Allah swt tidak mengampuni dosa syirik dan karenanya-lah seseorang diharamkan untuk masuk ke dalam surga. Hal tersebut terjadi dimungkinkan karena kurang pahamnya mereka tentang agungnya tauhid dan bahayanya sirik, baik secara global maupun secara rinci.
Markas Dakwah HASMI JAKARTA
0 komentar:
Posting Komentar