Jumat, 11 Juli 2014

Hukumnya Ramalan Nasib

Tentang Ramalan Nasib dan Hukumnya

1. Jangan mengharapkan rezeki dan keselamatan dari angka dan tanggal, karena itu mengalihkan harapan dari Tuhan.
2. Jangan tergiur dengan kekayaan yang selain dari Tuhan, karena cepat menguap dalam bentuk sakit dan derita.

3. Jangan meyakini rezeki ditentukan oleh ukuran pintu dan perhitungan karangan yang sejenisnya. Kemampuan Tuhan tidak dibatasi oleh apa pun.

4. Telah banyak orang yang salah ukuran segala sesuatunya, termasuk salah wajah :), tapi sukses.

5. Anak muda kok percaya perhitungan akal-akalan tentang jodoh dan rezeki. Udik dan udah gak jaman!

6. Ini cara saya ‘meramalkan’ MASA DEPAN Anda:
“KALAU uang Anda banyak sekali, Anda akan kaya raya.”

7. Kalau katanya ramalan itu cuma untuk menghibur diri, terus kenapa GALAU kalau diramal akan miskin dan jomblo abadi?

8. Kecerdasan, kedewasaan, rasa percaya diri dan iman Anda bisa dinilai dari sikap Anda terhadap ramalan nasib.

9. Perhatikanlah. Hanya orang minder yang percaya ramalan nasib.

10. Karena orang yang percaya ramalan nasib itu tidak cerdas, beritahu bahwa masa depannya baik. Kasihan.

11. Kalo ramalannya baik, gimana ?
Mana mungkin orang malas, pelamun kosong dan hanya cari gratisan, nasibnya baik? Not cool!

12. Orang modern seperti kita sibuk membangun nasib. Perilaku manusia gua yang tidak pernah selesai adalah takut kiamat. Not cool!

13. Hanya berharaplah kepada Tuhan.
Perbuatan menjadi peramal adalah perbuatan dosa. Tidak ada peramal kalau tidak ada orang yang datang minta diramal. Oleh karena itu, hadits nabi bukan hanya melarang praktek meramal, tetapi mendatangi peramal pun berdosa.

1. Ibadah Sholatnya Tidak Diterima 40 Hari 

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمً

Barangsiapa mendatangi peramal lalu mempercayai ucapannya, shalatnya selama empatpuluh hari tidak diterima.” (HR. Musnad Ahmad)

2. Kufur kepada Agama Islam 

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Barangsiapa mendatangi seorang dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Musnad Ahmad)

Sebab, di antara yang diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah bahwa hal-hal yang ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib,kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS. An-Naml : 65)

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ…

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri… (QS. Al-An’am : 59)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًاإِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu, kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga(malaikat) di muka dan di belakangnya . (QS. Al-Jin : 26-27)

Bahkan Rasulullah SAW sendiri tidak mengetahui hal-hal ghaib kecuali yang diberitahukan Allah kepadanya melalui wahyu, karenanya Allah berfirman kepadanya:

قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku  mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raf : 188)

Begitu juga jin, yang oleh para tukang sihir dan dukun dimintai pertolongan, mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui hal-hal gaib. Al-Qur’an menceritakan bahwa jin-jin Nabi Sulaiman AS tidak mengetahui kematian beliau.

تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ…

…Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib, tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. (QS. Saba’ : 14)

Oleh karena itu, membenarkan para dukun dan peramal yang mengaku mengetahui hal yang ghaib adalah pengingkaran terhadap ayat-ayat yang telah diturunkan Allah SWT. Jika mendatangi dan membenarkan mereka demikian buruk kedudukannya dalam agama, maka bagaimana dengan para dukun dan peramalnya sendiri? Mereka telah melepaskan diri agama dan agama berlepas diri dari mereka.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution