Tujuan Tuhan Menciptakan Manusia
Tujuan
diciptakannya manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan
manusia di arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi.
Dan hal itu hanya bisa dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri
terhadap jalan yang terbaik dan menempuh cara ibadah kepada-Nya.
Menurut
Al-Qur'an, alam semesta tidak diciptakan sia-sia; bahkan tiap-tiap
bagian dan elemennya diciptakan untuk tujuan tertentu. Banyak sekali
ayat Al-Qur'an yang menyinggung persoalan mengenai tujuan penciptaan
alam dan manusia, antara lain:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.' (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.' (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).
Dua
ayat ini mendesak manusia untuk berpikir dan mengingatkannya bahwa
observasi tanpa pemikiran tidaklah mampu mengantarkan dia kepada maksud.
Di ayat lain Allah Swt berfirman:
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
Artinya:
Dia berkata, 'Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi petunjuk.' (QS. Thaha [20]: 50).
Dia berkata, 'Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi petunjuk.' (QS. Thaha [20]: 50).
Terkait
pembahasan kita sekarang, ada dua pokok penting yang perlu kita
perhatikan bersama dari dalam ayat ini dan juga ayat-ayat yang serupa
dengannya; pertama adalah Allah Swt memberikan apa saja yang dibutuhkan
secara primer kepada tiap-tiap sesuatu, dan pokok kedua adalah segala
sesuatu telah diberi petunjuk oleh Allah Swt sekiranya ia menggunakan
seluruh potensinya untuk melestarikan hidup dan mencapai puncak tujuan
yang seyogianya.
Tujuan Manusia Diciptakan
Al-Qur'an secara khusus mensinyalir tujuan dari penciptaan manusia:
Al-Qur'an secara khusus mensinyalir tujuan dari penciptaan manusia:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Artinya:
Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).
Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
Artinya:
Apakah manusia mengira bahwa dia akan ditinggalkan begitu saja. (QS. Al-Qiyamah [75]: 36).
Apakah manusia mengira bahwa dia akan ditinggalkan begitu saja. (QS. Al-Qiyamah [75]: 36).
Ayat ini menunjukkan berapa hal:
1- Manusia tidak diciptakan secara sia-sia, melainkan dengan tujuan tertentu.
2- Manusia tidak dilepaskan begitu saja, melainkan dia diberi petunjuk, dituntun dan senantiasa diawasi.
3- Tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah sumber keberadaan dia sendiri, yaitu Tuhan alam semesta.
Sebagian ayat Al-Qur'an mengungkapkan rahasia penciptaan secara lebih detil dan terperinci, antara lain:
1- Ilmu dan makrifat.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Artinya:
Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula, perintah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).
Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula, perintah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).
Ayat
ini menyebutkan kesadaran manusia akan ilmu dan kekuasaan Tuhan yang
tidak terbatas (yakni, makrifat tentang Tuhan yang akan membentuk
dimensi ilmu kesempurnaan manusia) sebagai tujuan dari penciptaan.
2- Ujian.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Artinya:
Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian siapakah yang lebih di antara kalian amalnya? Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian siapakah yang lebih di antara kalian amalnya? Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Maksud
dari ujian Tuhan bukanlah penyingkapan rahasia-rahasia yang
tersembunyi, melainkan adalah menyediakan sarana dan prasarana untuk
mengembangkan potensi serta mengantarkannya kepada realitas. Hal itu
karena manusia adalah makhluk yang berikhtiar dan kesempurnaannya
bersifat pilihan intensional. Tuhan menguji manusia dengan menyediakan
semua syarat dan prasyarat untuk memilih jalan yang baik atau buruk
baginya, agar dengan itu potensi-potensi dirinya terealisasi dan dia
dapat memilih jalan yang benar.
3- Ibadah.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).
Berdasarkan
ayat ini, tujuan utama penciptaan manusia adalah ibadah kepada Allah
Swt, dan dalam hal ini ada berapa hal yang perlu diperhatikan:
1-
Menurut pandangan dunia Al-Qur'an, setiap gerakan dan perbuatan positif
yang dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt adalah
ibadah. Ibadah tidak terbatas pada ritual-ritual khusus seperti doa dan
munajat. Seluruh aktifitas ilmiah, ekonomi, politik, sosial dan
lain-lain apabila seirama dengan sistem norma Ilahi dan bermotivasi
Ilahi adalah ibadah, untuk itu manusia bisa senantiasa beraroma Ilahi,
menyempurnakan diri dan mendekatkannya kepada Allah Swt dalam segala
keadaan, seperti makan, minum, tidur, mati dan hidup:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya:
Katakanlah, 'sesungguhnya shalatku, manasikku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah Tuhan semesta alam.' (QS. Al-An'am [6]: 162).
Katakanlah, 'sesungguhnya shalatku, manasikku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah Tuhan semesta alam.' (QS. Al-An'am [6]: 162).
Namun,
perlu digarisbawahi juga bahwa ibadah dalam terminologinya yang khusus;
yakni ritual-ritual dan manasik tertentu seperti shalat, mempunyai
kedudukan yang sangat istimewa dan penting.
2-
Urgensitas perhatian terhadap filsafat ibadah tinggi sekali. Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, 'Sungguh Allah Swt telah
menciptakan makhluk-makhluk-Nya padahal Dia tidak butuh kepada ketaatan
mereka dan tidak rugi karena kedurhakaan mereka; karena memang
kedurhakaan para pendosa sama sekali tidak membahayakan Dia, dan
sebaliknya ketaatan orang-orang yang patuh sama sekali tidak memberi
keuntungan kepada-Nya.'
Ibadah
mempunyai dampak-dampak yang positif bagi kehidupan manusia, baik di
alam sini maupun sana. Hikmah-hikmah ibadah antara lain adalah: tuntutan
fitrah, jalan menuju penyingkapan diri dan kebebasannya dari kehampaan,
terbang ke angkasa metafisik dan meninggalkan sangkar fisik, mencapai
keyakinan, kemenangan ruh atas badan, kesehatan dan ketenangan jiwa,
kekuasaan atas diri dan potensi-potensinya, pendekatan diri kepada
Tuhan, basis etika, keimanan, undang-undang dan sosial, pembinaan naluri
cinta kebaikan, pembangunan, pendidikan, dan lain sebagainya.
4- Rahmat Ilahi
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 118 – 119).
Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 118 – 119).
Jika
diteliti lebih dalam, tujuan-tujuan itu tidak saling bertentangan,
sebagian darinya merupakan tujuan pengantar bagi tujuan yang
selanjutnya, yakni ada tujuan awal, tujuan menengah, dan tujuan akhir. Karena
itu, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, tujuan diciptakannya
manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan manusia di
arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu hanya bisa
dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri terhadap jalan yang
terbaik dan menempuh cara ibadah kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar