Mari menjadi orang-orang yang merawat Indonesia, dimulai dari merawat diri sendiri.
Ketika kita berbicara tentang kaum perempuan, pastilah kita akan
membicarakan masa depan generasi sebuah bangsa. Kenapa bisa dikatakan
seperti itu? Karena tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa kaum perempuan
menjadi madrasah pertama bagi seorang anak. Dialah yang akan
menentukan ke arah mana si anak yang dididik dan arahkan. Perempuan
merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan generasi sebuah
bangsa. Perempuan menjadi penentu utama baik dan buruknya generasi
sebuah bangsa di masa depan.
Tetapi, apabila kita kontekskan di
Indonesia, kondisi perempuan-perempuan di negeri ini luar biasa tragis
dan memilukan. Bagaimana tidak? Banyak perempuan yang lebih suka
mengejar karirnya daripada mengurus anak-anaknya di rumah. Tetapi di
sini, saya tidak sertamerta mencaci sekaligus membatasi kaum perempuan
untuk tidak berpartisipasi dalam meniti karirnya. Saya hanya
menyayangkan para kaum perempuan yang sibuk meniti karirnya, kemudian
untuk urusan anak-anak dan rumah tangga biar diurus oleh pembantunya,
tanpa mempedulikan sama sekali. Intinya, terima jadi saja.
Tidak
berhenti di sini saja, tetapi juga saat ini banyak kaum perempuan yang
seharusnya menjadi teladan bagi orang lain, terutama putra-putrinya,
malah dengan sadar ataupun tidak justru memberikan kehancuran bagi
bangsa ini. Banyak kaum perempuan yang dengan sengaja menggunakan
pakaian ketat seraya mengumbar aurat. Mereka cenderung menganut budaya
Barat dan meninggalkan budaya Timur sebagai identitas negeri kita.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa negeri kita ini merupakan negeri dengan
mayoritas penduduknya muslim. Maka, tidak salah kita tinjau hal ini
dalam ajaran Islam. Di sana, Allah Swt telah berfirman, “Hai Nabi,
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Qs. al-Ahzab:59)
Selain
itu, banyak perempuan pengusung feminisme yang cenderung menggambarkan
bahwa kaum perempuan telah disinggirkan oleh kaum laki-laki. Dan, kini
saatnya perempuan mengangkat martabatnya dengan mempunyai posisi
seimbang dengan laki-laki. Dalam hemat saya, orang-orang seperti ini
tidak paham akan peran dirinya dan tidak memahami makna dirinya
dilahirkan oleh perempuan. Mereka adalah orang-orang yang
termakan/budak dari ajaran kaum Eropa.
Tentu, belum hilang dari
ingatan kita tentang salah satu kebijakan dari salah satu Menteri
Kesehatan tentang pembagian kondom massal kepada masyarakat. Pembagian
itu dimulai dari kaum muda yang merupakan kaum intelektual. Hal ini
seperti menjadi pelegalan tindakan asusila oleh Pemerintah.
Apabila
kembali menelisik para kaum perempuan yang menjadi pendahulu kita,
seperti R.A.Kartini, Nyai Ahmad Dahlan, Cut Nyak Dien, dll. Maka, akan
banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sana. Tentang bagaimana kaum
perempuan Indonesia seharusnya.
Dalam konteks kekinian, salah
satu tauladan kaum perempuan bisa didapati dari salah satu anggota DPR
RI yang saat ini sudah tiada. Beliau adalah Ustadzah Yoyoh Yusroh.
Bagaimana beliau yang mempunyai agenda super padat, tetapi tidak pernah
melupakan peran dan tugas utamanya sebagai seorang ibu rumah tangga.
Beliau mendidik 10 putra-putrinya dan melayani Ustadz Budiyanto sebagai
suaminya.
Bahkan, keluarga ini, baik Ayah, Bunda dan Anak-anaknya
menjadi hafizh al-Qur’an semuanya. Beliau, secara publik menjadi salah
satu Anggota Dewan telah berusaha keras untuk mengegolkan UU Pornografi
demi menjaga moral bangsa. Sungguh Luar biasa dan sangat jarang kita
temukan orang-orang seperti ini. Walaupun mungkin, beliau pasti
memiliki kekurangan karena tiada manusia yang sempurna.
Perempuan
yang baik dan ideal adalah perempuan yang dapat menjadi madrasah utama
bagi keluarga, terutama bagi putra-putrinya yang akan menjadi generasi
penerus bangsa. Istri sekaligus manajer rumah tangga yang dapat menjadi
partner yang baik bagi suami. Perempuan rumahan itu baik, tapi dapat
melahirkan dan mengelola 4-7 putra-putri menjadi orang yang luar biasa.
Tetapi akan lebih luar biasa ketika perempuan itu bekerja tetapi tidak
melupakan peran dan tugas utamanya dalam rumah tangga.
Saya hanya
mengajak kepada kaum perempuan untuk sadar akan posisinya dan segera
belaja untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu juga dengan
penulis. Karena orang baik adalah orang yang selalu menjadi pembelajar
dan pengajar di manapun dia berada. Mungkin, untuk menjadi
pribadi seperti Ustadzah Yoyoh tidaklah mudah. Dan, sangat tidak etis
ketika membandingkan diri dengan beliau. Tapi, untuk belajar dari
teladan selayak beliau sangatlah diperbolehkan.
0 komentar:
Posting Komentar