Meningkatkan Motivasi dengan Mengingat Mati
Betapa
banyak dari manusia saat ini yang lupa dan seolah mereka akan hidup
selamanya. Sehingga mereka bermalas-malasan untuk melakukan amal, pelit
dalam berinfaq, dan cinta harta dunia. Ini semua dikarenakan lalainya
manusia dari kematian.
Padahal sering sekali kita mendengar berita
kematian seseorang, tak peduli apakah anak-anak maupun orang tua, Jika
sudah ajalnya, mereka pasti meninggalkan dunia untuk selamanya. Hal ini
senada dengan firman Alloh:
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, ken-datipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa`: 78).
Suatu
hari Sahabat Umar bin Khattab duduk bersama Rosululloh. Kemudian
datanglah seorang sahabat Anshar. Seraya memberi salam ia berkata:
“Wahai Rosululloh, mu’min yang seperti apa yang paling utama?”. Beliau menjawab :”Yang paling baik akhlaknya”. Sahabat itu bertanya lagi: “Mu’min seperti apakah yang paling cerdas?”
Beliau menjawab:
“Muslim yang paling cerdas adalah yang paling banyak
mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah
kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas”(Diriwayatkan Imam
al-Qurtubi dalam al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umuri al-Akhirah dan dihasankan oleh Al-Albani).
Nabi
menyebut orang yang ingat kematian dan mempersiapkannya itu sebagai
orang cerdas, sebab orang seperti itu mengetahui hakikat hidup, dan
menghindar dari tipuan-tipuan kehidupan.
Dalam sebuah hadits lainnya, Rosululloh SAW bersabda:
“Perbanyaklah olehmu mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelazatan, yaitu kematian.” (HR. Turmudzi).
Hadis
Nabi SAW tersebut merupakan nasihat sekaligus peringatan. Bahwasannya
mengingat mati itu perintah, sebab orang yang teringat kematian dengan
sebenarnya pasti dirinya akan termotivasi untuk mengurangi sifat-sifat
tamaknya terhadap dunia dan menghalanginya untuk berangan-angan yang tak
berujung. Hadis itu juga peringatan bahwa, betap sakarotul maut itu
sungguh ujian yang dahsyat dan dapat memutus segala kelezatan yang
selama ini kita rasakan dalam kehidupan dunia. Tentang dahsyatnya
sakarotul maut, mari kita simak firman Alloh SWT berikut ini:
“Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim
berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata), ‘Keluar-kanlah nyawamu”. (QS. Al-An’am: 93).
Begitulah bagaiman maut itu menjemput orang dzalim. Seperti kulit terkelupas secara pelan-pelan dari ujung kaki hingga kepala.
Introspeksi
Setelah
kita mengingat bahwa kematian dapat datang kapan saja, mari kita
sejenak introspeksi dan menghisab (hitung) amal kita. Apakah selama ini
kita sudah banyak beramal kebaikan atau justeru keburukan yang kita
lakukan. Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadapi kematian? Dan apakah
kita yakin kebaikan kita diterima oleh Alloh, atau justru amal baik
kita sia-sia bagai debu yang beterbangan?
Segeralah beramal.
Ya..
tak ada waktu lagi bagi kita untuk berleha-leha dan bermalas-malasan
dalam berbuat kebaikan. Dan sebenarnya hal ini pernah dikatakan oleh Ibn
Umar:
“Jikalau
engkau berpetang-petang, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu
pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan
waktu petang – yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera
mungkin. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sihat untuk
mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih
hidup guna bekal kematianmu.” (HR. Bukhari).
0 komentar:
Posting Komentar