Rabu, 31 Desember 2014

Tak Ada Waktu Lagi

Meningkatkan Motivasi dengan Mengingat Mati

Betapa banyak dari manusia saat ini yang lupa dan seolah mereka akan hidup selamanya. Sehingga mereka bermalas-malasan untuk melakukan amal, pelit dalam berinfaq, dan cinta harta dunia. Ini semua dikarenakan lalainya manusia dari kematian.
Padahal sering sekali kita mendengar berita kematian seseorang, tak peduli apakah anak-anak maupun orang tua, Jika sudah ajalnya, mereka pasti meninggalkan dunia untuk selamanya. Hal ini senada dengan firman Alloh:  

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, ken-datipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa`: 78).


Suatu hari Sahabat Umar bin Khattab duduk bersama Rosululloh. Kemudian datanglah seorang sahabat Anshar. Seraya memberi salam ia berkata:  

“Wahai Rosululloh, mu’min yang seperti apa yang paling utama?”. Beliau menjawab :”Yang paling baik akhlaknya”. Sahabat itu bertanya lagi: “Mu’min seperti apakah yang paling cerdas?” 

Beliau menjawab: 

“Muslim yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas”(Diriwayatkan Imam al-Qurtubi dalam al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umuri al-Akhirah dan dihasankan oleh Al-Albani).


Nabi menyebut orang  yang ingat kematian dan mempersiapkannya itu sebagai orang cerdas, sebab orang seperti itu mengetahui hakikat hidup, dan menghindar dari tipuan-tipuan kehidupan. 


Dalam sebuah hadits lainnya, Rosululloh SAW bersabda:  

“Perbanyaklah olehmu mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelazatan, yaitu kematian.” (HR. Turmudzi).


Hadis Nabi SAW tersebut merupakan nasihat sekaligus peringatan. Bahwasannya mengingat mati itu perintah, sebab orang yang teringat kematian dengan sebenarnya pasti dirinya akan termotivasi untuk mengurangi sifat-sifat tamaknya terhadap dunia dan menghalanginya untuk berangan-angan yang tak berujung. Hadis itu juga peringatan bahwa, betap sakarotul maut itu sungguh ujian yang dahsyat dan dapat memutus segala kelezatan yang selama ini kita rasakan dalam kehidupan dunia. Tentang dahsyatnya sakarotul maut, mari kita simak firman Alloh SWT berikut ini: 

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluar-kanlah nyawamu”. (QS. Al-An’am: 93).


Begitulah bagaiman maut itu menjemput orang dzalim. Seperti kulit terkelupas secara pelan-pelan dari ujung kaki hingga kepala. 



Introspeksi

Setelah kita mengingat bahwa kematian dapat datang kapan saja, mari kita sejenak introspeksi dan menghisab (hitung) amal kita. Apakah selama ini kita sudah banyak beramal kebaikan atau justeru keburukan yang kita lakukan. Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadapi kematian? Dan apakah kita yakin kebaikan kita diterima oleh Alloh, atau justru amal baik kita sia-sia bagai debu yang beterbangan?



Segeralah beramal.

Ya.. tak ada waktu lagi bagi kita untuk berleha-leha dan bermalas-malasan dalam berbuat kebaikan. Dan sebenarnya hal ini pernah dikatakan oleh Ibn Umar: 

Jikalau engkau berpetang-petang, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu petang – yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sihat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu.” (HR. Bukhari). 




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution