Nakoda Kapal Kepemimpinan Anda
”Seorang pemimpin mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya sebelum memenuhi tuntutan pribadinya sendiri.”
Kenapa
yah begitu banyak orang yang ingin menjadi pemimpin? Pertanyaan itu
jelas sekali naifnya. Semua orang juga tahu kalau jabatan tinggi sama
artinya dengan penghasilan tinggi. Fasilitas kelas atas. Dan tentu saja,
privilege alias keistimewaan yang tidak bisa diperoleh mereka yang
tidak memiliki kedudukan.
Kita memang dikendalikan oleh cara pandang seperti itu. Makanya, ketika berhasil naik tingkat menjadi ‘pemimpin’, kita menuntut orang-orang untuk melayani kita. Padahal, kualitas kepemimpinan kita diukur dari seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang-orang yang kita pimpin. Bukan malah sebaliknya. Anda sendiri bagaimana? Apakah lebih banyak berbuat untuk orang-orang yang Anda pimpin? Atau justru merekalah yang melayani Anda?
Kita memang dikendalikan oleh cara pandang seperti itu. Makanya, ketika berhasil naik tingkat menjadi ‘pemimpin’, kita menuntut orang-orang untuk melayani kita. Padahal, kualitas kepemimpinan kita diukur dari seberapa banyak hal yang bisa kita lakukan untuk orang-orang yang kita pimpin. Bukan malah sebaliknya. Anda sendiri bagaimana? Apakah lebih banyak berbuat untuk orang-orang yang Anda pimpin? Atau justru merekalah yang melayani Anda?
Pada
tanggal 14 Januari 2012, kapal pesiar Costa Concordia tenggelam. Dalam
peristiwa tenggelamnya kapal mewah berpenumpang 4,000 orang itu perhatian
khalayak tertuju pada sebuah fakta yang sangat menarik, yaitu; Kapten
kapal menyelamatkan dirinya sendiri sambil membiarkan para penumpang
kalang kabut berjuang sendirian dalam kepanikan. Berbeda sekali dengan
Kapten kapal Titanic yang tenggelam tanggal 14 April 1912. Sang kapten
memilih untuk ‘tinggal’ didalam kapal bersama para penumpang yang tidak
berhasil diselamatkannya. Kita, baru saja bercermin pada 2 pribadi yang
memiliki posisi sama pentingnya sebagai pemimpin. Dan kita melihat 2
karakter yang bertolak belakang. Perusahaan atau team kerja yang kita
pimpin, tidak ubahnya seperti sebuah kapal dimana kita adalah kaptennya.
Ketika situasi perusahaan atau team kerja Anda sedang menghadapi
tantangan besar, apa yang Anda lakukan? Tinggal dan berjuang bersama
orang-orang yang Anda pimpin? Ataukah cepat-cepat menyelamatkan diri
sendiri? Sebelum menjawabnya, ada baiknya untuk selalu kita ingat
bahwa; seorang pemimpin mengutamakan kepentingan orang-orang yang dipimpinnya sebelum memenuhi tuntutan pribadinya sendiri.
Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar meningkatkan kualitas
kepemimpinan, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (Natln"), berikut ini:
1. Kapalmu adalah hidup dan matimu. Terkesan
agak vulgar, memang. Namun begitulah kenyataannya. Ditengah samudera
raya, hidup kita benar-benar bergantung kepada kondisi kapal. Jika kapal
bagus, maka peluang kita untuk bisa sampai di tujuan sangat besar.
Sebaliknya jika kondisi kapal kita buruk. Mungkin kita akan tenggelam
ditelan lautan. Team kerja kita, adalah hidup kita. Hanya jika berhasil
membangun team yang solid dan berkinerja baik kita bisa menyelamatkan
karir kita. Kualitas seluruh anggota team itulah yang membangun
reputasi kita sebagai kapten kapal sebuah gugus tugas. Jika reputasi
kekaptenan kita baik, maka baiklah pula masa depan kepemimpinan kita.
Namun, jika untuk kapal yang saat ini kita pimpin saja kita tidak bisa
menakodainya dengan baik; mengapa top management harus percaya bahwa
kita mampu menjadi kapten bagi kapal yang lebih besar dari itu? Maka
masa depan karir kepemimpinan kita sangat ditentukan oleh kemampuan
kita menakodai team yang ‘saat ini’ kita pimpin. Bukan oleh angan-angan
kosong untuk memimpin team lain. So, fokuslah untuk membaguskan
kepemimpinan kita di team ini. Karena team kerja yang kini kita pimpin
itu adalah hidup dan mati kita sendiri.
2. Jika kapal bocor, perbaikilah. Jika
kapal bocor, sebagian besar orang langsung berlari mencari-cari
sekoci. Lalu berlompatan naik dan melarikan diri. Tak masalah jika
orang lain berperilaku begitu. Kenapa? Karena mereka hanyalah penumpang
di kapal kita. Pelanggan kita, misalnya. Jika memang kapal kita tidak
bagus, mengapa mereka mesti bertahan bersama kita? Tetapi kita, adalah
kaptennya. Percayalah, karir kapten kapal Costa Concordia itu akan
berakhir tepat ketika pengadilan bisa membuktikan jika dia melarikan
diri dari kapalnya yang tengah karam. Karir kepemimpinan Anda juga agar
berakhir, begitu para pengambil keputusan mengetahui bahwa dimasa
lalu; Anda pernah melarikan diri dari kapal bocor yang Anda nakodai. Kapal
bocor tidak selalu harus berupa likuidasi, atau dibubarkannya sebuah
team kerja. Kebocoran itu bisa berupa ‘buruknya’ kinerja team kita.
Atau kacau balaunya kerjasama dan kekompakan diantara mereka. Atau,
keberadaan orang-orang yang susah diatur didalamnya. Sebagai pemimpin,
kitalah yang bertanggungjawab untuk membereskannya. Ada banyak pemimpin
yang gerah karena merasa tidak bisa mengatasi anak buahnya. Lalu
meminta dipindahkan ke team lain yang dia kira akan lebih mudah
menanganinya. Salah besar. Seorang kapten kapal yang pernah melarikan
diri dari kapalnya, akan mengulangi perilakunya dikapal berikutnya. Dan
seorang pemimpin yang pernah melarikan diri dari tanggungjawabnya,
akan melakukan hal yang sama pada team lain yang dipimpinnya. Maka jika
kapal Anda bocor, perbaikilah. Bukan mencari kapal lain untuk
melarikan diri.
3. Menjaga keselamatan anak buah kapalmu.
Izinkan saya bercerita tentang Kapten Billy Tyne yang menakodai kapal
penangkap ikan Andrea Gail, dalam film The Perfect Storm. Bersama kru
profesionalnya mereka bertekad untuk menjelajahi wilayah yang tidak
pernah terjamah. Susah. Namun disana banyak sekali ikannya. Setelah
kapal diisi penuh oleh hasil tangkapan yang melimpah, mereka terjebak
dalam sebuah badai yang benar-benar ‘sempurna’. Apa yang dilakukan
kapten Billy Tyne? Sepanjang sisa waktu yang masih dimilikinya, dia
berupaya keras untuk menyelamatkan anak buahnya. Kita masih sering
mendengar atasan yang membiarkan anak buahnya terpuruk sendirian
sementara mereka sendiri terus menerus membangun citra positif
dihadapan atasannya yang lebih tinggi. Reputasi Billy Tine adalah
seorang kapten kapal yang berdedikasi tinggi, bertanggungjawab dan
piawai. Dia tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk
mengukuhkan kualitas kepemimpinannya. Dia hanya butuh untuk terus
membuktikan kepada dirinya sendiri dan orang-orang yang dipimpinnya
bahwa; selama orang-orang itu menjadi tanggungjawabnya, dia bersedia
melakukan apa saja untuk menjaga dan merawat serta menyelamatkan
mereka. Jika kita masih mengkhawatirkan penilaian buruk dari orang lain
atas kesalahan, kelemahan, atau kekurangan anak buah kita, maka
mungkin kita tidak memiliki cukup reputasi atas kualitas kepemimpinan
kita sendiri. Maka keberanian untuk menyelamatkan anak buah adalah
salah satu indikasi kualitas kepemimpinan kita.
4. Mampukan anak buah kapalmu. Memang
sudah menjadi tanggungjawab atasan untuk melindungi dan menjaga anak
buahnya. Namun, tidak berarti bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh
anak buah harus ditolelir. Lantas, dimana batasannya? Tanggungjawab.
Itulah yang tidak bisa kita pindahtangankan kepada bawahan. Namun,
keterampilan dan kemampuan menangani tugas-tugas sulit mesti berani kita
wariskan kepada mereka. Kelihatannya masih banyak pemimpin yang ingin
agar ‘kesaktiannya’ tetap menjadi rahasia pribadinya. Makanya, jarang
ada pemimpin yang mau mengajari, mendidik, membimbing, dan mengembangkan bawahannya.
Yang penting kerjaan beres. Bukan karena saya berprofesi sebagai
seorang trainer sehingga saya berani menghimbau Anda untuk memberikan
training-training berkualitas kepada anak buah Anda. Toh ketika posisi
saya bukan trainer pun saya selalu berupaya untuk melakukannya. Jika
Anda sanggup melakukannya sendiri, silakan lakukan. Atau mendayagunakan
staf senior dalam team. Atau latih mereka untuk bisa saling
mengembangkan. Sebagai pemimpinnya, ada kalanya kita memang harus berani
meminta pengambil keputusan menyediakan budget untuk training-training
yang berkualitas. Namun, jika budget itu sudah Anda dapatkan;
tanggungjawab Anda berikutnya adalah memilih jenis pelatihan dan
trainernya yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu,
sebagai pemimpin Anda menjalankan tugas untuk memampukan orang-orang
yang Anda pimpin.
5. Berlayarlah ke laut yang bergelombang.
Sudah berapa kali orang bijak mengingatkan kita bahwa pelaut ulung
tidak lahir di laut tenang? Janganlah kita berbangga hati dulu hanya
karena selama memimpin tidak pernah mengalami masalah yang berat. Jika
semuanya berjalan mulus dan baik-baik saja, belum tentu itu karena kita
handal menjadi nakoda kapal kepemimpinan kita. Mungkin sebenarnya
karena kita tidak pernah merasakan bagaimana mengarungi samudera yang
bergelombang. Ketika anak buah kita menyulitkan. Ketika ada yang
menentang kebijakan yang kita tentukan. Ketika ada yang memprotes nota
kedisiplinan yang kita tegakkan. Ketika ada anak buah yang
bertanya;”Siapa lu? Berani menyuruh gua yang sudah pengalaman puluhan
tahun disini?” Ketika semua orang tidak lagi memiliki semangat juang
karena sudah selama bertahun-tahun berada dalam keterpurukkan. Ketika
ditantang bagaimana bisnis unit yang rugi terus ini bisa diperbaiki.
Ketika anak buah Anda mengadu kepada atasan yang lebih tinggi. Ketika
berseliweran surat kaleng. Anda pernah mengalami hal-hal seperti itu?
Jika belum, maka janganlah buru-buru memuji kehandalan diri sendiri
dalam memimpin team. Karena pelaut ulung, tidak lahir di laut tenang.
Jika Anda sedang menjalani ganasnya gelombang itu, maka teguhkan hatimu
menjalaninya. Tahu kenapa? Karena tidak ada pemimpin ulung yang lahir
dari kerumunan penurut atau masalah yang mudah diatasi.
Mungkin
ada orang yang merasa jika artikel ini tidak cocok bagi dirinya karena
saat membacanya, dia belum memiliki anak buah. Mungkin sekarang posisi
Anda seperti anak buah kapal. Mengerjakan segala sesuatu, atas
petunjuk atau perintah atasan. Keliru. Jika Anda mengira prinsip
kepemimpinan ini hanya cocok untuk mereka yang sudah mempunyai anak
buah. Kenapa? Karena seperti bait-bait kalimat yang bisa Anda baca
dalam buku “Natural Intelligence Leadership” (NatIn™), kita
tidak bisa lari dari fakta bahwa; setiap orang adalah pemimpin. Setiap
pemimpin akan dimintai pertanggunjawaban. Apakah dia memimpin dengan
baik. Ataukah dia memimpin dengan buruk. Maka, kepada setiap pribadi,
artikel ini kami dedikasikan….
Kepemimpinan
itu tidak terkait langsung dengan jabatan. Faktanya, ada pejabat yang
bukan pemimpin, dan ada pemimpin yang tidak menjabat, bukan?
0 komentar:
Posting Komentar