Senin, 02 November 2015

Rezeki

Menjemput Rizki

“Dan tidak satu pun makhluk yang bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Huud [11]: 6).

Setiap manusia sudah ditetapkan rezekinya masing-masing. Jangan takut tidak kebagian rezeki dari Allah. Karena sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap makhluk yang bernyawa. Orang yang beriman kepada Allah tentu tidak akan pernah mengeluh tentang apa yang ia peroleh. Sekalipun yang didapatkannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Karena ia yakin bahwa Allah telah menetapkan rezeki baginya.

   Sekalipun rezeki itu telah ditetapkan bagi setiap makhluk yang bernyawa, manusia tidak boleh tinggal duduk diam dengan mengharap rezeki datang begitu saja. Manusia juga harus berikhtiar untuk menjemput rezeki yang telah ditetapkan Allah tersebut. Karena rezeki itu bukan seperti hujan yang turun dari langit begitu saja tanpa disertai ikhtiar. Apa yang kita tabur, tentu kelak kitapun akan menuainya. Allah Maha Pengasih. Ia tidak akan pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Apa yang diusahakan manusia tentu ia pun akan mendapatkan imbalan yang setimpal.

Begitu pula dengan rezeki. Orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh tentu akan mendapatkan rezeki yang lebih baik daripada orang yang hanya duduk diam tanpa melakukan apa pun yang dapat mendatangkan rezeki. Perusahaan-perusahaan yang berdiri megah diawali dengan peluh. Manusia biasanya hanya melihat segala sesuatu dari luar saja. Ia tidak melihat bagaimana seorang pengusaha yang sukses mengalami jatuh-bangun sehingga mendapatkan apa yang telah ia usahakan.

Ada cerita menarik dari salah seorang penjual bubur ayam yang pernah saya temui. Pada kaca gerobaknya tertera tulisan ‘MENJEMPUT REZEKI’. Penjual bubur ayam ini tampaknya menyadari bahwa yang dilakukannya bukanlah dalam rangka mencari rezeki. Tetapi yang dilakukannya adalah menjemput rezeki yang telah ditetapkan Allah SWT baginya. Manusia tidak perlu memaksakan diri dalam mengejar rezeki-Nya. Tetapi juga bukan berarti ia tidak berusaha uintuk berikhtiar menjemput rezeki-Nya. Ikhlaskan diri dalam setiap ikhtiar yang dilakukan.

Setiap manusia memiliki cara yang berbeda-beda dalam menjemput rezeki. Tinggal bagaimana cara manusia itu sendiri untuk mengetahui potensinya dan menjemput rezeki yang telah ditetapkan untuknya. Seorang yang ahli dalam meracik makanan tentu sangat baik jika ia menjemput rezekinya dengan cara mendirikan usaha rumah makan. Seorang yang mahir dalam membuat suatu kerajinan tangan, membuat souvenir misalnya, bukan tidak mungkin ia akan menuai sukses dengan usahanya tersebut.

Orang yang merasa bahwa dirinya jauh dari rezeki adalah orang-orang yang pesimis. Keimanan mereka masih perlu dipertanyakan. Allah telah menetapkan rezeki bagi masing-masing hambanya sebelum ia keluar dari rahim ibunya. Bahkan pada saat empat bulan didalam kandungan rezeki seorang hamba sudah ditetapkan Allah SWT. Manusia tidak perlu takut akan rezeki yang telah ditetapkan Allah SWT untuknya. Sesunguhnya Allah SWT Maha Pengasih. Ia tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang berikhtiar menjemput rezekinya dengan mengaharap ridha-Nya.

Selain itu banyak cara yang bisa mengundang rezeki yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan cara silaturrahmi. Silaturrahmi merupakan salah satu cara yang sangat mudah dilakukan tapi sangat baik manfaatnya. Semakin banyak relasi yang dimiliki maka peluang untuk memperoleh rezeki semakin terbuka lebar. Hal ini bukan berarti kita berharap menengadahkan tangan kepada orang lain untuk mau memberikan sebagian rezeki mereka kepada kita. Tapi mempermudah jalan kita untuk memperoleh masukan dari mereka yang memiliki pengalaman yang berbeda dalam usahanya masing-masing. Misal seseorang yang sedang mencari pekerjaan mendapatkan kemudahan tentang informasi lowongan pekerjaan karena memiliki banyak kenalan yang bisa membantunya.

Setiap manusia pasti mempunyai keinginan yang terbaik bagi dirinya. Namun keinginan tersebut harus disertai dengan ikhtiar. Dengan adanya ikhtiar, maka Allah SWT akan memudahkan untuk mencapainya. Sebaliknya, kemalasan akan membawa manusia kepada keterbelakangan. Malas bukan merupakan alasan untuk menghindar dari suatu kewajiban. Setiap orang diberikan pilihan, tinggal bagaimana ia memilih yang terbaik bagi kehidupannya. Jika yang dipilih bisa membawa dirinya pada kemelaratan, itu merupakan pilihannya. Tapi manusia yang memiliki akal pikiran tentu akan memilih sesuatu yang dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik.

Milikilah rasa optimis, karena optimisme akan mempermudah pencapaian cita-cita dan keinginan. Orang yang optimis tidak pernah mengenal kata putus asa. Karena Allah SWT melarang hambaNya sikap berputus asa (Q.S. Yusuf [12]: 87). Setiap kali ia ditimpa cobaan ia selalu mengevaluasi diri (muhasabah) agar bisa lebih baik lagi di masa mendatang. Orang yang optimis tidak pernah takut akan bagian rezeki yang diperolehnya. Ia percaya bahwa Allah telah menetapkan rezeki baginya. Ia pun yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang berikhtiar untuk menjemput rezeki dari-Nya.

Ikhtiar juga perlu diiringi dengan doa. Dua hal tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Memohon kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam menjemput rezeki dari-Nya. Namun, sebagian manusia enggan berdoa. Ironisnya mereka berharap memperoleh rezeki yang banyak dari-Nya, padahal Allah berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran” (Q.S. Al Baqarah [2]: 186).

Selain itu, seorang hamba sudah seharusnya untuk menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya agar doa yang kita panjatkan mendapat perhatian dari-Nya. Gunakan waktu-waktu mustajabnya doa dalam berdoa kepada Allah SWT. Seperti pada waktu sepertiga malam terakhir, diantara iqamat dan adzan, dan pada saat sujud dalam sholat. Adukan apa yang menjadi permasalahan hanya kepada Allah SWT. Agungkan Dia dalam setiap doa yang dipanjatkan. Bermohonlah kepada-Nya dengan penuh rasa harap dan cemas (Q.S. Al-Anbiyaa’ [21] : 90)

Manfaatkan sebaik-baiknya apa yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita. Jika Dia telah memberikan rezeki kepada hamba-Nya, tunaikanlah kewajiban untuk mengeluarkan sebagiannya bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan. Jangan sampai kufur terhadap nikmat-Nya yang telah dikaruniakan. Bersihkanlah harta yang dititipkan itu dengan cara mengeluarkan zakat. Bersedekah kepada orang lain tidak akan mengurangi bagian dari rezeki yang diperoleh. Tetapi justru bisa menjadi tabungan kelak, baik di dunia maupun di akhirat. (Q.S. Al-An’aam [6] : 160).

Rezeki yang telah dititipkan sebaiknya disikapi dengan bijak dalam pengelolaannya. Harta yang hanya disimpan tidak akan pernah beranak pinak menjadi banyak. Untuk itu perlu keahlian dalam mengaturnya. Mempergunakannya dengan memprioritaskan kebutuhan yang paling utama. Orang yang tidak punya pengaturan yang baik terhadap harta yang dimiliki, maka ia akan selalu merasa kurang dengan apa yang telah diperolehnya walaupun ia memiliki harta yang banyak. Tetapi bagi yang mengerti bagaimana mengelola rezeki dengan baik maka ia akan selau merasa cukup dengan apa yang telah diperolehnya. Bahkan mungkin ia merasa lebih.

Yakinlah bahwa bagian rezeki yang telah ditetapkan Allah SWT kepada hambanya tidak akan berkurang sedikitpun. Jemputlah rezeki yang telah ditetapkan Allah SWT dengan hati yang ikhlas. Jangan pernah mengeluh dari apa yang telah diberikan Allah SWT. Berusaha untuk senantiasa merasa cukup dan tetap terus berikhtiar untuk meraih ridhanya.




Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution