Sebatang lilin
Semoga bisa membuka mata dan fikiran, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Bahwa miskin bukan berarti tidak punya apa-apa, dan kaya
juga bukan berarti memiliki segalanya. Dengan saling berbagi, kita akan
merasakan indahnya kehidupan yang sebenarnya, dan justru akan menjadikan
rizki kehidupan menjadi berlimpah
Seorang gadis yang menyewa rumah
bersebelahan dengan rumah seorang Ibu miskin yang hidup dengan seorang
anaknya. Pada suatu malam, tiba-tiba listrik di daerah mereka mati.
Dalam kegelapan si gadis ke dapur untuk mencoba mencari beberapa batang
lilin yang disimpannya dengan bantuan cahaya handphone yang dimilikinya.
Ketika si gadis telah menemukan dan ingin menghidupkan sebatang lilin,
ia mendengar ada seseorang yang datang dan mengetuk pintu rumahnya.
Setelah gadis membuka pintu rumahnya, ternyata yang bertamu adalah anak miskin yang tinggal di sebelah rumahnya.
Dengan wajahnya yang polos, anak itu
bertanya kepada si gadis. “Kakak, apakah kakak punya lilin?”. Dengan
wajahnya yang polos dan terlihat agak sedikit khawatir. Kemudian,
terlintas sebuah fikiran dalam hati si Gadis, “Aku tidak boleh
memberikan sebatang lilin padanya, nanti pasti jadi kebiasaan!”. Lalu
dengan cepat si gadis menjawab, “Maaf dik, saya nggak punya lilin!”.
Mendengar jawaban si Gadis tersebut,
lalu anak tersebut segera menjawabnya dengan wajah polos yang dihiasi
oleh senyuman, “Saya sudah bisa menebak, Kakak pasti tidak punya lilin.
Ini, saya punya dua lilin. Satu untuk saya, satu lagi buat Kakak.
Saya merasa khawatir karena kan Kakak tinggal sendirian. Dalam keadaan
yang gelap seperti ini tanpa lilin, saya merasa khawatir jika terjadi
apa-apa”.
Melihat wajah polos dan mendengar
suaranya yang lembut, si Gadis langsung berlinang air mata. Dia segera
memeluk gadis kecil itu erat-erat.
Mungkin sebagian dari anda sudah pernah
baca kisah inspirasi ini. Tapi sebenarnya banyak sekali makna yang bisa
diambil dari kisah sebatang lilin di atas. Mengingat fakta yang sebagian
besar orang-orang saat ini memiliki kehidupan yang seakan anti sosial.
Tidak mau tahu, cuek, apatis, nggak peduli, individu, rasanya seperti
hidup hanya sendiri dan tidak memerlukan bantuan orang lain. Bukan hanya
di kota-kota besar saja, menurut saya ini sudah menjadi hal yang biasa
dalam kehidupan zaman sekarang.
Tapi, kita bisa melihat bagaimana
kepedulian dan ketulusan anak kecil di atas. Sekalipun hidup miskin, ia
mencoba memberikan sesuatu yang mungkin tidak berharga, namun sangat
berarti dalam situasi tertentu.
Harta atau kekayaan bukan bergantung
dari seberapa banyak yang kita punya. Tapi seberapa mampukah kita untuk
berbagi kepada mereka yang tidak mampu.
Seperti sebatang lilin. Ia takkan mampu memberikan cahaya yang berarti ketika terangnya lampu mengalahkan cahayanya. Tetapi ia dapat memberikan cahaya ketika anda berada dalam kegelapan.
0 komentar:
Posting Komentar