Jumat, 14 Februari 2014

Menghadapi Musibah Atau Cobaan

Sabar dalam menghadapi musibah

Sabar dalam menghadapi musibah atau cobaan merupakan tingkatan sabar yang paling sulit. Setiap orang yang beriman bisa saja bersabar dalam menunaikan kewajiban dan menahan diri dari berbagai larangan, namun untuk menghadapi ujian dari Allah tak semua mampu melakukannya.


Sabar dalam mengahapi musibah memang sangat berat. Hanya orang-orang terpilih yang sanggup melakukannya, seperti para utusan Allah, para nabi, para sahabat, tabi’in, dan para ulama serta kekasih-Nya. Di antara utusan Allah yang paling terkenal dengan kesabarannya adalah Nabi Ayub.

Nabi Ayub adalah seorang nabi yang kaya-raya. Ia memiliki unta, lembu, domba, kuda dan keledai delam jumlah yang sangat banyak. Tak seorang pun di Syam dapat menyaingi kekayaan Nabi Ayub. Selain kaya, ia juga memiliki akhlak atau pekerti yang mulia. Ia tidak pernah meninggalkan kewajiban yang diperintahkan Allah kepadanya. Ia sangat pandai bersyukur kepada Allah dan lidahnya tidak pernah berhenti berzikir kapan dan di mana pun. Ia juga sangat menyayangi fakir miskin dan kaum duafa. Bahkan, Nabi Ayub memiliki meja makan yang khusus disediakan untuk para tamunya, yaitu orang-orang misikin dan tamu-tamu lainnya.

Melihat kesalehan Ayub tersebut, Iblis merasa dengki. “Ayub tampaknya berhasil meraih kenikmatan di dunia dan akhirat,” ujarnya. Iblis lalu bermaksut merusak salah satu atau kedua nikmat yang dimiliki Ayub itu. Suatu ketika, saat ia naik ke langit ketuju untuk mencuri dengar percakapan para malaikat, Allah Yang Maha Agung berfirman kepadanya, “Hai, Iblis terkutuk! Bagaimana Ayub di matamu? Apa kau dapat mengambil darinya pelajaran walau sedikit?”

Iblis menjawab, “Tuhanku, sesungguhnya Ayub mau menyembah-Mu karena Engkau telah memberikannya kelapangan hidup dan kesehatan. Kalaulah tidak karena hal itu dia tidak akan menyembah-Mu. Dia sebenarnya hanya hamba kesehatan.”

Allah SWT menjawab, “Kau berdusta! Aku Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya dia benar-benar menyembah-Ku dan cinta kepada-Ku, walaupun dia tidak mempunyai kelapangan rezeki di dunia. Iblis berkata, “Tuhanku, berilah aku kekuasaan untuk menggoda Ayub. Perhatikanlah bagaimana aku membuatnya lupa kepada-Mu dan menyibukannya untuk tidak beribadah kepada-Mu.” Maka, Allah pun memerikan kekuasaan kepada iblis untuk dapat menghancurkan harta, anak, dan tubuh Ayub, kecuali hati dan lidahnya.

Iblis pun kembali ke bumi dan sampai di tepi laut, Ia lalu berteriak keras sehingga semua bangsa jin, baik laki-laki maupun perempuian, berkumpul di sisinya. Mereka berkata, “Apa gerangan yang telah menimpamu?”

Iblis menjawab, “Aku mendapat kesempatan yang belum pernah kuperoleh seperti saat ini sejak aku berhasil mengeluarkan Adam dari surga. Karena itu, bantulah aku memperdaya dan menghancurkan Ayub.” Para jin itu setuju dan menyanggupi permintaan Iblis. Mereka lantas pergi untuk membinasakan seluruh harta dan kekayaan Ayub. Mereka membakar binatang ternak hingga tak ada yang tersisa.

Setelah harta Ayub habis, Iblis mendatangi Ayub yang sedang melaksanakan shalat. Iblis menggidanya, “Apa kau akan tetap meyembah Tuhanmu dalam keadaan seperti ini? Sesungguhnya Tuhanmu telah menuangkan api dari langit yang memusnahkan sehingga semuanya menjadi abu”

Nabi Ayub tidak menjawab sampai ia merampungkan shalatnya. Setelah selesai, barulah ia berkata,” Alhamdulillah, Dia yang telah memberikan karunia kepadaku, lalu mengambilnya pula dariku, “Nabi Ayub lalu bangkit kembali untuk memulai shalatnya. Iblis pun pulang dengan tangan hampa dan menyesali kegagalannya.

Ujian pertama berhasil dilewati oleh nabi Ayub. Iblis tak meyerah begitu saja. Ia menyusun rencana kedua untuk menghancurkan kehidupan utusan Allah itu. Iblis dan anak buahnya lalu membunuh anak-anak Ayub yang sedang menyantap makan di meja makan. Ia kemudian mendatangi Nabi Ayub yang sedang menunaikan shalat.

“Apakah kau akan tetap menyembah Tuhanmu?” Sesungguhnya Dia telah membunuh anak-anakmu,” Iblis menggoda. Nabi Ayub mengacuhkannya dan tidak menjawab sedikit pun. Setelah merampungkan ibadahnya, barulah Nabi Ayub berkata, “Hai, Iblis terkutuk! Alhamdulillah, Dia yang telah memberi dan juga mengambilnya dariku. Semua harta dan anakku adalah ujian untukku. Allah SWT mengambilnya dariku sehingga akau dapat bersabar dan tetap tenang dalam beribadah kepada-Nya.” Iblis lagi-lagi pulang dengan menelan kegagalan.

Suatu hari, Iblis datang kembali menemui Nabi Ayub yang saat itu sedang shalat. Tatkala Ayub sujud, Iblis meniupkan penyakit melalui hidung dan mulitnya. Singkat cerita, seluruh tubuh Nabi Ayub terkena penyakit kulit. Begitu hebatnya penyakit itu, sampai-sampai darah bercampur nanah dan ulat berjatuhan dari kudis dibadannya. Karena penyakitnya itu, istri-istri  dan keluarga dekat Nabi Ayub menjauhkan diri darinya. Hanya Rahmah, salah satu istri Nabi Ayub, yang tetap setia mendampinginya. Melihat penyakit Nabi Ayub yang semakin hari semakin parah, penduduk kampung mengusirnya karena khawatiran tertular. Karena diusir masyarakat, Rahmah harus menggendong suaminya keluar dari kampung halamannya.

Pada suatu hari, Rahmah berkata kepada Nabi Ayub, “Engkau adalah seorang nabi yang mulia, cobalah berdoa kepada Allah supaya Dia berkenan menyembuhkanmu.” Nabi Ayub menjawab, “Berapa lama kita hidup bahagia?” Rahmah menjawab, “Delapan Puluh Tahun.” Nabi Ayub menjawab, “Sesungguhnya aku malu kepada Allah untuk meminta kesembuhan-Nya, sebab waktu sedikit kita belum sebanding dengan masa bahagia kita.”

Tatkala Nabi Ayub sudah sangat kurus dan tak ada lagi daging yang bisa dimakan, ulat-ulat yang berada di tubuhnya saling makan sesamanya hingga akhirnya tersisa dua ekor ulat saja. Kedua ulat itu bermaksud memakan hati dan lidah Nabi Ayub. Saat ulat yang satu pergi ke hati untuk memakannya dan ulat yang lain pergi ke lidah untuk menggerogotinya, keduanya kesulitan karena hati dan lidah Nabi Ayub senantiasa bergetar karena terus berzikir kepada Allah SWT.

Dalam sakitnay itu, dikisahkan bahwa Nabi Ayub as sempat berdoa kepada Allah. Doa itu diabadikan dalam Al-Qur’an yang terjemahnya sebagai berikut.

Dan ingatlah kisah Ayub ketika ia menyeru kepada Tuhannya, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya` :83)

Allah SWT menjawab doa Nabi Ayub,

“Hentakkanlah kakimu! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (QS. Shad :42)

Nabi Ayub mengikuti perintah ALlah. Ia menghentakkan kakinya sehingga memacarlah air yang dingin dari dalam tanah. Air tersebut ia gunakan untuk mandi dan minum. Berkat pertolongan Allah, perlahan penyakit yang diderita Nabi Ayub hilang.

Allah pun kemudian mengembalikan keluarganya, hartanya, dan sejumlah nikmat serta kebaikan yang dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang labih banyak daripada sebelumnya. Allah SWT lalu memuji kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi ujian yang diberikan-Nya.

“Sesunggunya Kamu dapati dia (Nabi Ayub) orang yang sabar. Dialah sebaik-baiknya hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad : 44)



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution