Jagalah Allah maka Allah pasti menjagamu
Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas dia berkata :
“Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah, lalu beliau bersabda :
“Wahai anak kecil sesungguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata, jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkanmu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan shohih).
“Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah, lalu beliau bersabda :
“Wahai anak kecil sesungguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata, jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkanmu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan shohih).
Di dalam riwayat selain Tirmidzi :
“Jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu, kenalilah Allah di kala senang maka Dia akan mengenalmu di kala susah. Ketahuilah sesungguhnya apa yang tidak menimpamu maka dia tidak akan menimpamu dan apa yang akan menimpamu pasti dia akan menimpamu (tidak akan meleset). Dan ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
“Jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu, kenalilah Allah di kala senang maka Dia akan mengenalmu di kala susah. Ketahuilah sesungguhnya apa yang tidak menimpamu maka dia tidak akan menimpamu dan apa yang akan menimpamu pasti dia akan menimpamu (tidak akan meleset). Dan ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
Takhrij Hadits
Hadits shohih, hadits ini memiliki 7 jalan dan lafadznya
berbeda-beda. Dan yang paling baik adalahiwayat Hanasy ash-Shon’ani dari
Ibnu Abbas, dia berkata :
“Dahulu aku pernah dibelakang Rasululllah ……”
Riwayat ini dikeluarkan oleh Tirmidzi 2635 bersama Tuhfatul Ahwadzi dan ini lafadz beliau, Ahmad 1/293, Ibnu Wahab dalam Al-Qodr 28, Abu Ya’la dalam musnadnya 2556, Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum Wal Laila 327 dan Thobrani dalam Do’a 42 dari jalan Laits bin Sa’ad dari Qois bin Hajjaj dari Ibnu Abbas.
“Dahulu aku pernah dibelakang Rasululllah ……”
Riwayat ini dikeluarkan oleh Tirmidzi 2635 bersama Tuhfatul Ahwadzi dan ini lafadz beliau, Ahmad 1/293, Ibnu Wahab dalam Al-Qodr 28, Abu Ya’la dalam musnadnya 2556, Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum Wal Laila 327 dan Thobrani dalam Do’a 42 dari jalan Laits bin Sa’ad dari Qois bin Hajjaj dari Ibnu Abbas.
Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali mengatakan : Isnadnya shohih dan perowi-perowinya tsiqoh.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad 1/203&207, Baihaqi dalam
Asma’ Wa Sifat hal 97, Lalikai dalam Syarh Ushulu I’tiqod Ahli Sunnah
Wal Jama’ah 1094&1095 dari jalan lain dari Qois bin al-Hajjaj. Dan
juga dikuatkan oleh Yazid bin Abi Habib dari Hanasy, dan ini dikeluarkan
oleh al-Ajuri dalam Syari’ah hal 198)
Syaikh Salim mengatakan : “Isnadnya shohih, meskipun sebagian
jalan-jalannya yang lain tidak luput dari kelemahan tapi pegangannya
adalah yang telah di sebut di atas. Wallahu a’lam.1 1. Shohih kitabul
Adzkar wa dhoifuhu Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilaly 2/999-1000.
Kedudukan Hadits
Ibnu Rojab berkata : “Hadits ini mengandung wasiat yang berharga dan
kaidah-kaidah umum tentang hal-hal penting dalam agama, sampai-sampai
sebagian Ulama mengatakan ‘ketika aku merenungi hadits ini aku sangat
tertarik sekali dan hampir-hampir aku gemetar.’ Maka sangat disayangkan
jika ada yang tidak tahu dan tidak memahami makna hadits ini.”
Penjelasan Hadits
Nabi bersabda :
“Jagalah Allah maka Allah pasti menjagamu”.
Maknanya adalah jagalah perintah-perintah, larangan-larangan dan
batasan-batasan serta hak-hak Allah yaitu dengan menjalankan apa yang
Allah dan Rasul-Nya perintahkan serta menjauhi apa yang di larang.
Barangsiapa yang melaksanakan hal itu maka Allah telah memujinya dalam
firman-Nya :
“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang
selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan
hati yang bertaubat.” (QS.Qoof: 32-33)
Termasuk hal yang penting untuk di jaga adalah sholat sebagaimana firman Allah ta’ala :
“Jagalah segala sholatmu dan sholat wustho (shalat ashar).” (QS. Al-Baqoroh : 238)
Allah sangat memuji orang yang menjaga sholatnya:
“Dan orang yang selalu menjaga sholat mereka.” (QS. Al-Ma’arij : 34)
Allah juga memerintahkan untuk menjaga sumpah:
“Dan jagalah sumpahmu” (QS. Al-Maidah : 89)
Dan memerintahkan untuk menjaga kemaluan :
“Dan orang laki-laki dan orang perempuan yang menjaga kemaluan-kemaluan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 35).
“Dan orang laki-laki dan orang perempuan yang menjaga kemaluan-kemaluan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 35).
Sabda Nabi : “Maka pasti Allah menjagamu” maknanya adalah barangsiapa
yang menjaga perintah-perintah Allah serta menjalankan
kewajiban-kewajiban dan meninggalkan yang dilarang maka pasti Allah
menjaganya, karena balasan itu tergantung dari perbuatannya.
Allah berfirman :
“Jika kalian menolong Allah maka pasti Allah menolong kalian” (QS. Muhammad : 7).
Penjagaan Allah kepada hamba-Nya di dunia ini berupa penjagaan
terhadap kebaikan dan kemaslahatan dunia, badan, harta serta
keluarganya.
Allah berfirman :
“Sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh” (QS. Al-Kahfi : 82).
Imam Ibnu Katsir berkata (tentang tafsir ayat tersebut) : “Di dalam
ayat ini terdapat dalil bahwa orang yang sholih itu keturunannya akan di
jaga oleh Allah. Barokah ibadahnya akan meliputi mereka di dunia dan di
akhirat. Dan dengan syafaatnya di hari akhir kelak mereka akan di
angkat derajatnya di surga untuk menyejukkan pandangan orang tua mereka,
sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, Said bin
Jubair mengatakan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat di atas dengan
ucapan beliau : Mereka berdua di jaga dengan sebab kesholehan kedua
orang tua mereka.” 2 2. Tafsir Ibnu Katsir 3/134.
Barangsiapa yang menjaga Allah pasti Allah menjaganya dari segala mara bahaya. Sebagaimana perkataan salaf :
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia telah menjaga dirinya, dan barangsiapa yang tidak bertakwa maka dia telah menelantarkan dirinya sendiri sedang Allah tidak butuh kepadanya.”
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia telah menjaga dirinya, dan barangsiapa yang tidak bertakwa maka dia telah menelantarkan dirinya sendiri sedang Allah tidak butuh kepadanya.”
Diantara penjagaan Allah yang amat menakjubkan adalah penjagaan-Nya
bagi seseorang yang bertakwa dari binatang buas. Bahkan binatang buas
tersebut menjadi penjaganya seperti yang terjadi pada Safinah pembantu
Rasulullah ketika perahunya pecah dan dia terdampar di sebuah pulau.
Lalu dia melihat seekor harimau tapi harimau tersebut malah menunjukinya
jalan keluar hingga harimau itu berhenti seraya bersuara (meraung)
seakan-akan dia mengucapkan selamat berpisah dan akhirnya harimau itupun
kembali ketempatnya semula. 3 3. Diriwayatkan oleh Tabrani dalam
“Al-Mu’jam Al-Kabir” dengan sanad yang hasan lihat juga “Jami’ulum Wal
Hikam” hal 468 oleh Ibnu Rajab.
Penjagaan Allah bagi hamba-Nya juga berupa penjagaan terhadap agama
dan keimanannya dari segala syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat
yang diharamkan hingga dia bertemu Allah dalam keadaan diridhoi-Nya.
Oleh karena itu Nabi berdoa agar di jaga oleh Allah ta’ala :
“Ya Allah, jika engkau mewafatkan diriku maka ampunilah aku, dan jika
engkau membiarkan diriku hidup maka jagalah aku sebagaimana engkau
menjaga orang-orang yang sholeh.”. HR. Bukhari 8/169.
Nabi Yusuf di jaga oleh Allah dari fitnah yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan, Allah berfirman :
“Demikianlah kami palingkan dia dari kejelekan dan kekejian,
sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas” (QS. Yusuf : 24)
Kebersamaan Allah Dengan Hambanya yang Bertakwa
Nabi bersabda :
“Jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu.”
Barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah dalam diri dan keluarganya serta istiqomah di atas al-Quran dan Sunnah, maka Allah pasti bersamanya. Arti kebersamaan ini bukan seperti yang diyakini orang-orang wihdatul wujud (Manunggaling Kawulo Gusti) dari kalangan extrim sufi yang meyakini Allah bersatu dalam diri makhluk-Nya atau hamba-Nya yang sholeh -Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan-. Ini bukan dari Islam bahkan ini adalah aqidah orang-orang Nashara tentang Isa q. Sesungguhnya Allah bersemayam di atas Arsy-Nya di atas langit ketujuh :
“Allah yang Maha Penyayang bersemayam di atas Arsy” (QS. Thoha : 5)
Allah bersama dengan hamba-Nya dengan penglihatan, pendengaran, pengawasan atau pertolongan-Nya,-pent. dalam setiap keadaan. Allah akan memberinya petunjuk dan taufik, melindungi, menolong dan menjaganya. Allah ta’ala berfirman :
Barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah dalam diri dan keluarganya serta istiqomah di atas al-Quran dan Sunnah, maka Allah pasti bersamanya. Arti kebersamaan ini bukan seperti yang diyakini orang-orang wihdatul wujud (Manunggaling Kawulo Gusti) dari kalangan extrim sufi yang meyakini Allah bersatu dalam diri makhluk-Nya atau hamba-Nya yang sholeh -Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan-. Ini bukan dari Islam bahkan ini adalah aqidah orang-orang Nashara tentang Isa q. Sesungguhnya Allah bersemayam di atas Arsy-Nya di atas langit ketujuh :
“Allah yang Maha Penyayang bersemayam di atas Arsy” (QS. Thoha : 5)
Allah bersama dengan hamba-Nya dengan penglihatan, pendengaran, pengawasan atau pertolongan-Nya,-pent. dalam setiap keadaan. Allah akan memberinya petunjuk dan taufik, melindungi, menolong dan menjaganya. Allah ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl : 128).
Dan Allah berfiman kepada Musa dan Harun :
“Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian. Aku mendengar dan melihat” (QS. Thoha : 46).
Allah juga berfirman menceritakan tentang Musa :
“Sesungguhnya Rabbku bersamaku Dialah yang memberiku petunjuk” (QS. Asy-Syu’ara : 62).
Dan Nabi Muhammad pernah berkata kepada Abu Bakar :
“Janganlah kau bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS. At-Taubah : 40).
Inilah kebersamaan Allah yang khusus (bagi hamba-hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa-pent) yang berupa pertolongan, penjagaan dan
bantuan seperti yang dijelaskan oleh para Ulama. Hal ini berlainan
dengan kebersamaan-Nya secara umum (bagi semua makhluk-Nya yang kafir
atau yang mukmin yang berupa pengawasan dan pendengaran serta
penglihatan-pent) seperti dalam firman-Nya :
“Tiada pembicaraanahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya” (QS. Al-Mujaadilah : 7)
Dan firman-Nya :
“Tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah padahal Allah beserta mereka” (QS. An-Nisaa : 108).
Kebersamaan ini berupa pengetahuan Allah, pengawasan-Nya terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan ini mengandung ancaman.
Hukum Minta Pertolongan
Nabi bersabda :
“Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah”. Yang di maksud
dengan meminta di sini adalah berdo’a dan do’a itu adalah ibadah.
Allah ta’ala berfirman :
Allah ta’ala berfirman :
“Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya” (QS. An-Nisaa : 32)
Allah ta’ala mengancam orang sombong yang tidak mau berdo’a kepada-Nya.
“Dan Robb kalian berfirman : Berdo’alah kepadaku maka pasti aku akan
kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah kepada-Ku
maka pasti mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina.”
(QS. Al-Mukmin : 60)
Maka wajib bagi seorang Muslim untuk dia tidak meminta/berdo’a kepada
selain Allah dalam hal-hal yang tidak sanggup untuk melakukannya
kecuali Allah. Barangsiapa yang meminta/berdo’a kepada selain Allah maka
dia terjerumus kedalam kesyirikan yang Allah telah melarang hamba-Nya
darinya. Allah berfirman :
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdo’a kepada
selain Allah yang tidak bisa memperkenankan do’anya sampai hari kiamat”
(QS. Al-Ahqof : 5).
Ibnuajab berkata: “Ketahuilah bahwa meminta kepada Allah adalah suatu
yang wajib dilakukan. Karena meminta itu mengandung arti merendahkan
diri, tunduk serta mengharapkan dan membutuhkan dari sang peminta
(hamba). Dan hal tersebut juga mengandung pengakuan akan kemampuan yang
di minta (Allah) untuk menghilangkan kesusahan dan mendatangkan
kemanfaatan. Tidak ada yang patut untuk seorang Muslim itu merendahkan
diri dan mengharapkan kecuali kepada Allah saja. Dan inilah hakikat
ibadah. Jamiul ulum wal hikam hal. 181
Adapun meminta manusia dalam perkara-perkara dunia yang mereka
sanggup melakukannya maka hal ini (sebenarnya tidak dibolehkan kecuali
pada waktu darurat-pent). Banyak hadits-hadits yang mencela meminta
kepada manusia dan menganjurkan untuk bersikap memelihara diri dari
meminta-minta. Nabi pernah bersabda : “Wahai Qobishoh, sesungguhnya
meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam salah satu dari tiga hal,
yaitu :
1. Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara manusia lalu) dia
menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta hingga dia
mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta.
2. Seseorang yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh
baginya untuk meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menopang
hidupnya.
3. Seseorang yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang
cerdik dari kaumnya berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang
sangat maka boleh bagi orang ini untuk meminta sampai dia mendapatkan
hal yang bisa menopang hidupnya.
Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk memakan harta yang haram” (HR Muslim)
Hadits di atas ini menunjukkan akan haramnya meminta-minta dan hal
tersebut tidak dibolehkan kecuali karena terpaksa seperti yang
disebutkan dalam hadits atau yang semisalnya.
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang memelihara diri mereka dari meminta-minta kepada manusia. Allah ta’ala berfirman :
“Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di
jalan Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi ; orang yang
tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari
meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka
tidak meminta kepada orang secara mendesak.” (QS. Al-Baqoroh : 273)
Nash-nash tentang hal ini banyak sekali, sebagiannya mengharamkan
(seperti hadits di atas) dan sebagiannya lagi memakruhkan, semisal
seorang meminta kebutuhan pribadinya kepada sahabatnya seperti
kendaraan, bejana, pensil dll. Nabi pernah membaiat sekelompok dari
sahabatnya untuk mereka tidak meminta kepada manusia sesuatupun
(diantaranya Abu Bakr, Abu Dzar dan Tsauban). Pernah salah satu dari
mereka suatu ketika jatuh cemeti atau tali kendali untanya, maka diapun
tidak mau meminta seseorang untuk mengembalikan kepadanya. Maka sebagian
Ulama ketika mengomentari hadits di atas berkata : “Didalamnya ada
penjelasan bolehnya berpegang dengan keumuman (hadits) karena mereka
dilarang meminta (secara umum) dan didalamnya juga terdapat anjuran
untuk memelihara diri dari meminta-minta walaupun sesuatu yang kecil”
Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah Saja
Nabi bersabda :
Nabi bersabda :
“Apabila engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah.”
Seorang hamba meskipun memiliki kedudukan, kehormatan dan kekuasaan
dia masih lemah dan fakir (membutuhkan) untuk mendapat manfaat dan untuk
terhindar dari kemudharatan. Oleh karena itu wajib baginya meminta
pertolongan kepada Allah saja untuk mendapatkan kebaikan dunia dan
akhirat. Barangsiapa yang di tolong Allah maka dialah yang beruntung dan
di beri petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak di tolong Allah dan
dibiarkan saja maka dia orang yang merugi dan gagal. Oleh karena itu
besar sekali kedudukan ucapan (laa haula wala quwwata illa billahi).
Ucapan tersebut adalah harta karun dari surga sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah. Karena ucapan tersebut mengandung pengakuan
bahwa tidak ada daya kekuatan bagi seorang hamba untuk berbuat kecuali
dengan pertolongan Allah ta’ala.
Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk meminta pertolongan
hanya kepada Allah saja baik dalam menjalankan ketaatan atau
meninggalkan kemaksiatan atau dalam bersabar atas semua yang menimpanya
dan dalam istiqomah (di atas agama-Nya) hingga dia bertemu Allah di hari
yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak keturunan. Allah ta’ala
berfirman :
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah : 5).
Nabi bersabda :
“Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau lemah” (HR. Muslim 5/521)
“Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau lemah” (HR. Muslim 5/521)
Iman Kepada Qodo’ dan Qodar
Nabi bersabda :
“Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkamu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta”
“Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memadharatkanmu maka mereka tidak bisa memadharatkamu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta”
Di dalam hadits Rasulullah inilah terdapat penjelasan tentang Qodho’
dan Qodar, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengimaninya. Allah
ta’ala mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan hamba-Nya berupa
kebaikan dan kejelekan dengan terperinci dan ilmunya tidak didahului
oleh ketidak tahuan. Dan Allah maha mengetahui apa yang menimpa seorang
hamba dari kebaikan (atau musibah) dan dia telah menuliskannya di lauhul
mahfudz.
Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda :
“Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya : Tulislah (takdir semua makhluk ini -pent), maka sejak itupun berjalan takdir Allah hingga hari kiamat” (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294)
Nabi bersabda:
“Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda :
“Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya : Tulislah (takdir semua makhluk ini -pent), maka sejak itupun berjalan takdir Allah hingga hari kiamat” (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294)
Seorang hamba tidak akan di timpa oleh sesuatu pun dari kebaikan dan
musibah melainkan yang telah Allah takdirkan baginya. Barangsiapa yang
akan Allah beri kebaikan maka tidak ada seorang pun dari penghuni langit
dan bumi yang bisa menghalangi kebaikan tersebut, meskipun mereka
bersatu-padu. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al-Qur’an :
“Katakanlah : tidak ada yang menimpa kami melainkan yang telah Allah tuliskan untuk kami” (QS. At-Taubah : 51).
Dan Allah berfirman :
“Katakanlah : sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang
yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ketempat
mereka terbunuh” (QS. Ali-Imran : 154).
Oleh karena itulah Nabi bersabda :
“Telah di angkat pena dan telah kering tinta”.
Ibnu Rojab berkata :
“Ini adalah kinayah/perumpamaan kan berlalunya/berjalannya semua takdir dari waktu yang lampau. Karena sebuah buku yang telah selesai penulisannya dan telah di angkat pena serta berlalu lama maka tinta pena yang di buat menulis itupun kering begitu pula yang dibuat menulis di kitab tersebut. Ini adalah seindah-indahnya perumpamaan/kinayah”. Jami’ul Ulum Wal Hikam hal. 182
“Ini adalah kinayah/perumpamaan kan berlalunya/berjalannya semua takdir dari waktu yang lampau. Karena sebuah buku yang telah selesai penulisannya dan telah di angkat pena serta berlalu lama maka tinta pena yang di buat menulis itupun kering begitu pula yang dibuat menulis di kitab tersebut. Ini adalah seindah-indahnya perumpamaan/kinayah”. Jami’ul Ulum Wal Hikam hal. 182
Kenalilah Allah di Kala Senang Maka Allah Akan Mengenalimu di Kala Susah.
Ini adalah kata-kata mutiara Nabi yang selayaknya untuk diingat dan
disebarkan. Didalamnya ada seruan untuk selalu ingat kepada Allah di
kala senang, aman, sehat, dan kaya serta gagah perkasa. Mengingat-Nya
adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya serta dengan melaksanakan yang sunnah/nafilah.
Barangsiapa yang ingat Allah di kala bahagia maka Allah pasti akan
mengenalinya di kala kesempitan, kemiskinan, kesusahan dan di saat dia
berduka cita serta menderita. Berapa banyak kesusahan di dunia ini yang
menimpa seorang muslim, akan tetapi jika Allah mengenalinya maka Allah
akan membantu dan menguatkannya di atas kebenaran dan menolongnya.
Sesungguhnya Nabi Muhammad selalu mengenal Rabb-Nya di kala senang
dan bahagia hingga Allah pun mengenali/menolong beliau di kala di gua
(tsaur), di perang Badar & Ahzab. Dialah yang menolong Nabi-Nya dan
meninggikan benderanya. Demikian pula dengan Nabi Yunus q beliau selalu
mengenali Rabbnya di kala suka cita maka Allah pun mengenalinya di kala
di dalam perut ikan dan Allahlah yang menyelamatkannya.
Kemenangan Bersama Kesabaran
Nabi bersabda :
“Ketahuilah bahwasanya kemenangan itu bersama kesabaran”.
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah ta’ala :
“Berapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang
banyak dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar”
(QS. Al-Baqarah : 249)
Dan firman-Nya :
“Jika ada diantara kalian seribu orang maka mereka akan mengalahkan
2000 (pasukan musuh) dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang
yang bersabar” (QS. Al-Anfal : 66)
Sabar adalah perangai mulia yang selalu dibutuhkan oleh seorang
muslim hingga dia dapat melaksanakan perintah Allah. Bencana yang
ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya juga membutuhkan kesabaran.
Begitu pula gangguan-gangguan danintangan-rintangan yang dihadapi oleh
seorang muslim dalam perjalanan dakwahnya memerlukan kesabaran.
Meninggalkan nafsu syahwat dan larangan-larangan Allah sangat
membutuhkan kesabaran. Karena hawa nafsu itu selalu menggoda manusia
akan tetapi yang bisa selamat hanyalah yang di jaga oleh Allah ta’ala.
Menjaga keta’atan kepada Allah membutuhkan kesabaran dan demikian juga
dengan memerangi musuh-musuh Allah sangat menbutuhkan kesabaran. Karena
jihad didalamnya banyak onak dan duri. Bersabar dalam menghadapi mereka
merupakan sebab kemenangan seperti yang di jelaskan oleh Rasulullah.
Kemenangan yang dijanjikan oleh Rasulullah ini mencakup 2 bentuk jihad,
seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rajab :
“Kemenangan itu mencakup 2 bentuk jihad, Jihad melawan musuh yang
dhohir/nampak dan jihad melawan musuh yang batin/tidak nampak (yaitu
hawa nafsu). Barang siapa yang bersabar menghadapi keduanya maka dia
akan mendapat kemenangan dan pertolongan. Dan barang siapa yang tidak
bersabar menghadapi keduanya maka dia akan kalah dan menjadi tawanan
atau terbunuh.” (Jami’ul Ulum wal Hikam 186)
Kelapangan Datang Setelah Kesempitan
Nabi bersabda :
“Sesungguhnya kelapangan datang setelah kesempitan.”
Musibah, fitnah, ujian dan cobaan kadang menghujani diri seorang
muslim, semakin lama terkadang semakin bertambah dan seolah-olah dunia
terasa sempit baginya. Maka kesedihan dan kesusahan pun menghimpitnya,
tapi apabila dia bersabar dan mengharapkan pahala Allah atas musibah
tersebut serta dia meyakini bahwa semua ini telah ditaqdirkan dan
ditentukan oleh Allah dan dia tidak putus asa akan pertolongan/rahmat
Allah maka dia akan mendapatkan pertolongan, pengampunan danahmat Allah.
Dan akan datang kelapangan padanya. Dan dibalik musibah itu sebenarnya
banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa dipetiknya. Allah ta’ala
berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan macam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan
Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS.
Al-Baqarah : 214).
Rasulullah pada waktu perang Ahzab ditimpa dan diuji dengan berbagai
macam ujian,asa takut, lapar, dingin dan kesulitan akan tetapi mereka
para sahabat bersama beliau selalu tegar menghadapi semua itu seperti
tegarnya gunung batu yang kokoh. Lalu datanglah pertolongan Allah.
Kemudahan Pasti Datang Setelah Kesulitan
Nabi bersabda :
“Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan.”
Hal ini juga tercantum dalam firman-Nya :
“Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan” (QS. Ath-Tholaq : 7)
Dan firman-Nya :
“Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan” (QS. Asy-Syarhu : 5-6)
Sesungguhnya kesulitan, kesedihan, kesempitan dan musibah-musibah itu
akan menjadikan seorang muslim suci dan bersih dari kotoran-kotoran
(dosa dan noda) dan akan menjadikan hatinya selalu bergantung kepada
Allah dan semakin bertambah ketergantungan ini seiring dahsyatnya
musibah dan cobaan. Seorang Muslim akan selalu merendahkan dirinya
kepada Allah dengan niat yang ikhlas. Dan inilah sebab dihilangkannya
kesulitan. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i pernah mengatakan :
Bersabarlah, karena kelapangan itu akan datang secepatnya
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala perkaranya maka dia akan bahagia
Barangsiapa yang selalu menyerahkan diri kepada Allah maka dia tidak akan ditimpa bencana
Dan barangsiapa yang mengharap kepada Allah dia akan mendapatkan harapannya
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala perkaranya maka dia akan bahagia
Barangsiapa yang selalu menyerahkan diri kepada Allah maka dia tidak akan ditimpa bencana
Dan barangsiapa yang mengharap kepada Allah dia akan mendapatkan harapannya
Di dalam hadits di atas Rasulullah menekankan bahwa kemudahan tidak
akan kekal abadi selama dia mau bersabar dan mengharap pahala serta
yakin bahwa semua itu telah ditaqdirkan oleh Allah ta’ala dan tidak ada
tempat untuk melarikan diri darinya, lalu diapun tetap istiqomah di atas
agama-Nya.
Pelajaran-Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari Hadits
1. Diharapkan bagi seorang guru untuk memusatkan perhatian murid
sebelum dimulainya pelajaran. Hal ini diambil dari sabda beliau : “Wahai
anak kecil, aku ingin mengajarimu beberapa kata”
2. Anjuran untuk mendidik dan mengajari anak-anak ilmu agama
3. Anjuran untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dalam
hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Rasululllah
menggunakan kesempatan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain
dengan memberikan wasiat berharga bagi Ibnu Abbas yang membonceng di
belakang beliau.
4. Anjuran untuk bersifat jantan dan berani tapi dengan memakai akal
pikiran dan mengerahkan daya upaya. Barangsiapa yang meyakini bahwa
madharat dan manfaat itu hanya di tangan Allah dan bahwasanya yang
menimpa dirinya dari manfaat dan madharat itu dari taqdir Allah maka hal
ini semua akan menjadikannya gagah berani.
0 komentar:
Posting Komentar