Selasa, 27 November 2012

Sunnah Obat Membersihkan Kotoran Hati

Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa Dalam Islam)

Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu ialah Hati.” (HR.Al-Bukhari)


Penyucian jiwa adalah masalah yang sangat penting dalam Islam, bahkan merupakan salah satu tujuan utama diutusnya Nabi kita Muhammmad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Lihat kitab Manhajul Anbiya’ fii Tazkiyatin Nufuus, hal. 21)

Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam banyak ayat Al Qur-an, di antaranya firman Allah Ta’ala,

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, dan menyucikan(diri)mu, dan mengajarkan kepadamu Al kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” (Qs Al Baqarah: 151)

Juga firman-Nya,

Allah SWT berfirman: “…dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaanNya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya.” (QS.Asy-Syams : 7-10).

Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa penyucian jiwa yang sebenarnya hanyalah dapat dicapai dengan memahami dan mengamalkan wahyu Allah Ta’ala yang terjamin kebenarannya, iaitu Al Qur’an dan sunnah yang shahih (benar).

Oleh karena itulah, menurut manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, untuk mencapai kebersihan hati dan kesucian jiwa tidak ada metode atau cara-cara khusus selain dari mempelajari dan mengamalkan syariat Islam secara keseluruhan. (Lihat kitab Manhajul Anbiya’ fii Tazkiyatin Nufuus, hal. 59). 

Oleh karena itulah, maka orang yang paling bersih hatinya dan paling suci jiwanya adalah orang yang paling banyak memahami dan mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan membaca dan memahami kitab-kitab para ulama yang berisi ilmu yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah adalah satu-satunya obat untuk membersihkan kotoran hati dan jiwa manusia. Imam Ibnul Jauzi mengatakan di sela-sela sanggahan beliau terhadap sebagian ahli tasawuf yang mengatakan bahwa ilmu tentang syariat Islam tidak diperlukan untuk mencapai kebersihan hati dan kesucian jiwa,
“Ketahuilah bahwa hati manusia tidak mungkin terus dalam keadaan bersih, akan tetapi suatu saat mesti akan bernoda karena dosa dan maksiat, maka pada waktu itu dibutuhkan pembersih hati dan pembersih hati itu adalah menelaah kitab-kitab ilmu agama untuk memahami dan mengamalkannya.” (Kitab Talbisu Ibliis, hal.398).
Berbagai Penyucian dan pembersihan diri dari segala keburukan serta mengangkatnya ke tingkat moralitas yang luhur merupakan tugas penting para Rasul yang memang diutus untuk membawa misi demikian. Sebagian besar hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun diabdikan untuk misi yang sama karena moralitas yang luhur merupakan salah satu pokok dasar untuk memulai kehidupan secara islami.
Wudhu termasuk penyucian diri Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:”Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (At-Taubah:108).

Shalat sebagai sarana penyucian diri
Shalat berfungsi menyucikan diri dan anggota badan dari perbuatan keji dan mungkar. Firman Allah:”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar”. (Al-Ankabut:45). Sebab dalam shalat terdapat tiga perangai, yaitu ikhlas, rasa takut, dan dzikir kepada Allah. Ikhlas menyuruh kpeda kebaikan, rasa takuit mencegah diri diri dari kemungkaran, dan dzikir kepada Allah membuat cerdas jiwa.

Puasa sebagai sarana penyucian dan pembersihan diri
Firman Allah:”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (Al-Baqoroh:183). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan bahwa puasa merupakan salah satu sebab pemberian ampunan, pembebasan dari neraka, dan masuk surga. Puasa adalah perisai, obat dan benteng dari hawa nafsu. Sebab puasa dapat mengagungkan jiwa, menindas dan memenjarakan hawa nafsu. Sehingga jiwa benar-benar terang dan tenteram. Muara kebahagiaan dan kesengsaraan adalah hati. Hati hanya akan merasa bahagia dengan ikhlas beribadah kepada Allah SWT. Ia hanya akan merasa tenang dengan zikir dan menaati Allah SWT. Seorang hamba sepatutnya berusaha melembutkan dan menyucikan  jiwanya sesuai ketentuan Allah SWT dalam kitabNya dan Sunnah RasulNya. Allah SWT menganugerahkan kemudahan kepada hambaNya dalam menyusuri jalan kebaikan serta memalingkannya dari kemungkaran. Memperhatikan hal-hal yang bisa membersihkan jiwa dan melembutkan hati agar selalu patuh pada syariat Allah merupakan salah satu faktor kebaikan yang paling agung di dunia dan akhirat.
Penyucian jiwa lebih penting bagi para penuntut ilmu dibanding ilmu-ilmu tentang ibadah yang lain. Sebagaimana pentingnya air bagi ikan dan udara bagi manusia. Hal ini karena ilmu penyucian jiwa bisa digunakan untuk : Pertama, memperbaiki hati. Ada yang mengatakan , “Hati yang baik akan mudah menyerap ilmu, sebagaimana tanah yang subur akan mudah ditanami.” Kedua, agar mereka memperbarui taubat kepada Allah setiap pagi dan sore. Sebagaimana ulama salaf mengatakan, “barangsiapa yang tidak bertaubat pada pagi dan sore, ia termasuk orang yang zalim” ketiga, agar penuntut ilmu tidak patah semangat terhadap cobaan yang menimpanya. Misalnya, ada orang yang sangat cerdas dan giat dalam menuntut ilmu syar’i, namun karena keistimewaan ini, ia dirasuki sifat sombong atau riya’ sehingga menyebabkan celaka. Seperti dalam kisah tiga orang yang dipanggang pertama kali dalam api neraka, disebabkan perbuatan hatinya.

“Berbagai fitnah akan dihadapkan pada hati bagaikan tikar yang dibentangkan helai demi helai. Mana saja hati yang termakan oleh fitnah tersebut akan ditempeli oleh bintik hitam, dan hati yang tidak tergoda oleh fitnah itu akan ditempeli oleh bintik putih, sehingga ada dua macam hati: hati yang hitam legam bagai cangkir jubung yang miring, yang tidak mengetahui kebaikan dan tidak menolak kemungkaran, ia hanya menurutkan hawa nafsunya dan hati yang putih bersih yang tidak tergoda oleh fitnah selama masih ada langit dan bumi.” (HR.Muslim)

Dari uraian diatas bisa diambil kesimpulan, jalan meraih kebahagiaan ialah dengan memperhatikan, memperbaiki, dan mengobati penyakit-penyakit hati supaya selalu menaati Rabb-Nya. Karena orang yang beruntung ialah orang yang mendapat pertolongan dan petunjuk-Nya sesuai dalam kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya.   



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution