Jumat, 30 November 2012

Buanglah Sifat Mentalitas Korban Dalam Dirimu

SINGKIRKANLAH MENTALITAS KORBAN

Terimalah takdir dan bergeraklah! Jangan menyerah kepada sikap mengasihani diri. Bertindak seakan-akan menjadi korban, itu bisa mengancam masa depan Anda sendiri.
Banyak sekali orang yang memiliki ‘mentalitas korban’. Mentalitas korban adalah ketika seseorang menyalahkan orang lain dan segala sesuatu apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Orang yang tidak sukses selalu melihat diri mereka sendiri sebagai ‘korban’. Tak ada yang disebabkan oleh kesalahan mereka. Mereka selalu memiliki alasan atas segala sesuatu.

Singkirkanlah segera mentalitas korban ini begitu dia muncul. Karena Anda tidak bisa mengubah kondisi, kecuali Anda menyadari kalau Anda memiliki kemampuan untuk mengubahnya!

Anda berada di dalam kondisi Anda sekarang ini karena PILIHAN YANG TELAH ANDA BUAT SENDIRI.

Jika Anda berperan sebagai korban, Anda merasa tidak pernah bisa memegang kendali atas kehidupan Anda sendiri. Anda jadi memandang hidup dari sisi apa yang akan terjadi pada Anda. Kesuksesan, Anda anggap sebagai keberuntungan. Akibatnya Anda pun malas berusaha untuk sukses. Jika Anda terus bersikap demikian, kapan keberhasilan akan menghampiri?

Bahkan bila faktanya benar sekalipun, apakah dengan menjadi korban atau menyalahkan orang atau situasi buruk, dapat memotivasi kita untuk bertambah baik? Lalu apa juga yang Anda akan peroleh dari menyalahkan orang lain dan situasi? Kecil sekali kemungkinannya, bukan?

Jadi stop berpikir dan bertindak dengan mentalitas korban, karena tidak ada gunanya sama sekali!
From Anne Ahira
-------------------------------------------------------------------------------

Berharap pada Allah tak akan pernah kecewa

 
Bismillaah...

Ketika kita berharap langsung pada manusia , kita akan menuntut janji setia, harus kita saja yang dicintainya... berharap dia saja yang akan menjadi pasangan hidup kita. Ada rasa takut yang menggelayut, ada rasa tak sanggup jika harus kehilangannya. Padahal si dia hanya manusia biasa, yang tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ia mengucap janjinya.

Lalu, ketika Janji tinggalah janji... Ternyata Allah tak meridhai, puing-puing harapan hancur berserakan, janji indah berujung perpisahan.. Rasa kecewa membuat dunia tak lagi berwarna, Kehendak-Nya sulit untuk diterima.. akhir yang terparah adalah Putus asa, membuat tak ingin lagi hidup didunia.

Maka.. Kenapa tidak memilih berharap pada Allah saja?? Seperti Fatimah yang setia dalam diamnya, berharap Allah menjadikan Ali sebagai pendamping hidupnya. Sampaikan semua rasa dan harapan kita kepada Allah dengan penuh kepasrahan, agar tak ada lagi gejolak hati yang meresahkan. Agar tiada kekhawatiran yang menyiksa ketenangan. Agar tak ada rasa takut kehilangan karena dia memang belum lah menjadi milik kita, tak ada rasa kecewa dan luka yang meradang ketika si dia yang kita damba ternyata tak berjodoh dengan kita. Karena Allah Maha Tahu siapa yang terbaik untuk dia yang kita damba dan paling Tahu siapa yang terbaik untuk kita.

Percaya saja bahwa Allah sebaik-baik Pemberi ketetapan, maka hati akan tentram menunggu keputusan-Nya.. Ketika kita mempercayakan segala urusan pada-Nya, kita akan mengerti.. apapun hasil akhirnya, memang inilah yang terbaik.

Berharap kepada Allah tak kan pernah KECEWA.. 

“…maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang yang bertawakal kepadaNya. Jika Allah menolong kamu maka, tiada seseorangpun yang bisa menghalangi kamu, dan jika ia mengecewakan kamu, maka siapakah yang dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan demikian)? dan ingatlah kepada Allah jualah hendaknya orang yang beriman itu berserah diri…” (Ali Imran : 159-160)

Author 'Afya'

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution