Jumat, 23 November 2012

Sholatlah Sebelum Anda di Sholatkan

Keutamaan Shalat 5 Waktu Bagi Seorang Muslim

Ketika Rosullullah masih hidup, beliau amat sangat memperhatikan permasalahan ini atas para pengikutnya (umatnya). Banyak para sahabat meriwayatkan hadist yang berkaitan dengan masalah sholat 5 waktu. Berawal perintah yang langsung diberikan Allah tanpa perantaran malaikat ketika Rosullulah Muhammad SAW ber  Isra Mi’raj, dipanggil menghadap langsung oleh Allah bertemu disinggasana  Nya allah di Sidratul Muntaha, dan kelak akan menjadi penentu nasib manusia di akhirat.


Beberapa hadist yang mengetengahkan permasalahan ini seperti yang di riwayatkan oleh Abu dawud dan An  Nasa’I : “ Pemisah antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat “.

Atau dalam riwayat At-tirmidzi dikatakan : “ Pemisah antara kekufuran dengan keimanan adalah meninggalkan shalat “.

Abu Hurairah ra berkata, “ Rosullulah saw bersabda “ tidak ada bagian dalam islam bagi orang yang tidak mengerjakan shalat, dan tidak ada shalat bagi yang tidak berwudhu “.

Betapa kerasnya sabda rosullulah saw tersebut, sehingga beliau telah menghukumkan sebagai kekafiran terhadap orang yang meninggalkan shalat. Meskipun menurut sebagian ulama hokum kufur ini diberikan kepada orang yang benar-benar menolak kewajiban mendirikan shalat, tetapi bagi orang yang di dalam hatinya benar-benar memikirkan ancaman Rosullulah, takut dan benar-benar memperhatikannya, tentu hadist-hadist yang berbicara mengenai perintah melaksanakan shalat, sudah mencukupi untuk tidak menolak bahkan sampai meninggalkan kewajiban tersebut. Apalagi perintah sholat itu juga jelas nyata tertuang dalam Al- Qur’an surat al – ankabut (29 : 45 ) :“ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari alkitab dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar, dan sungguh ingat pada Allah itu lebih besar (manfaatnya) dan allah mengetahui ap ayang kamu kerjakan “.

Siapa saja yang mengingkari shalat dengan meninggalkannya, sama saja dengan mengingkari kenabian Rosullulah Muhammad SAW dan membangkang kepada Allah SWT, meskipun banyak amal kebaikan yang dilakukannya tidak akan bermanfaat bagi dirinya kelak di hadapan Allah SWT. Sebab Amal ibadah yang pertama kali dihisab adalah amalan shalat, setelah itu baru amalan lainnya. Jika Sholatnya dilaksanakan ( terlepas dari sempurna atau tidaknya) baru amalan lainnya akan diperhitungkan, tapi bila sholat tak pernah di laksanakan maka amalan lainnya akan di campakan di hadapannya.

“ Asholatu imaaduddiin….. ( sholat itu tiang agama, siapa yang mendirikannnya ia telah menegakan agamanya, siapa yang meninggalkannya ia telah meruntuhkan agamanya )“ (hadist).

Sholat di ibaratkan sebuah tiang dalam bangunan, berguna sebagai penyangga ataupun sebagai tempat di tempelkannya sesuatu. Bayangkanlah jika sebuah bangunan tanpa tiang, tentunya tak akan dapat berdiri kokoh apalagi dipasangi dinding.

Maka barang siapa yang mengingkari amal perbuatan Shalat , meski mengakui dirinya sebagai seorang muslim sama saja dengan orang munafik, karena pernyataan lisannya tidak sesuai dengan hati dan amal perbuatan, karena kesempurnaan iman terletak pada keselarasan antara hati, perkataan dan perbuatan. Sebagaimana definisi iman itu sendiri : “ Iman itu adalah sesuatu yang di yakini di dalam hati, di ikrarkan dengan lisan serta diamalkan dengan perbuatan “.

Cintanya pada nabi adalah cinta palsu, sebab orang yang mencintai sesuatu paling tidak akan melaksanakan perintah ( taat)/ mengikuti perbuatan dari orang yang di cintainya itu.” Qul inkuntum tuhibbunallah fattabi’uni yuhbib kumullooh ( katakanlah, jika kamu mencintai allah maka ikutilah aku )”.

Bahkan perbuatan yang demikian dianggap sebagai penghinaan terhadap agama islam.

Sedangkan menurut para sahabat seperti Umar R.A , Abdullah bin Mas’ud R.a, Abdullah bin Abbas R.A dan lain-lain berpendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat tanpa uzur maka ia telah kafir. Begitu pula dengan pendapat para imam seperti imam ahmad bin hambal R.A, Ishaq bin rawahah, Ibnu Mubarak yang juga berpendapat sama.

“Dari Ubaidah bin Shamit r.a berkata, “ Kekasihku rosullulah saw telah menasehatiku dengan tujuh perkara : “ Jangan menyekutukan Allah dengan sesuatu, meskipun kalian akan dipenggal, di bakar, atau disalib. Jangan meninggalkan shalat dengan sengaja, karena barang siapa meninggalkan shalat dengan sengaja sungguh ia telah keluar dari millah (agama islam ). Jangan menumpuk-numpuk kemaksiatan, karena kemaksiatan itu akan mendatangkan kemurkaan allah. Dan jangan minum khamer, karena sesungguhnya ia pangkal segala kesalahan (dosa)”.

Tidak ada istilah berislam itu cukup hanya dengan mengerjakan amalan – amalan sholeh serta menanamkan kebaikan terhadap sesama, tidak perlu melaksanakan sholat. Biasanya yang berpendapat demikian adalah manusia yang salah kaprah dalam memahami makna sholat, “ sesungguhnya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar “

Jika kita mau berpijak pada sejarah Rosullulah saw dan para sahabat, setelah perintah shalat diterima mereka tidak pernah meninggalkan kewajiban tersebut. Bahkan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun beratnya, bahkan saat dalam situasi perang sekalipun shalat tetap mereka kerjakan. Maka dalam ajaran islam ada tata cara sholat Khauf (dalam keadan perang), bahkan Rosullulah saw mengajarkan pada pengikutnya tata cara sholat dalam kondisi sakit ( shalat bebaring dan dengan isyarat anggota tubuh). Semua itu menandakan bahwa perintah sholat adalah menjadi kewajiban mutlak bagi pemeluk agam islam untuk di laksanakan dengan gerakan, tidak cukup sekedar niat saja atau meyakini kewajibannya tetapi mengingkari perbuatannya ( tidak mau melaksanakannya).

Abdullaah bin Abbas r.a suatu ketika mengalami sakit pada matanya, lalu ada orang yang menyarankan padanya “ engkau bisa sembuh, tetapi syaratnya engkau harus meninggalkan shalat “, lalu beliau menjawab “ tidak !, itu tidak dapat aku lakukan, karena aku mendengar rosullulah bersabda “ Barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia akan berjumpa dengan Allah swt dengan mendapatkan kemurkaan dari – NYA “.

Dalam satu riwayat, Nabi bersabda “ barang siapa yang menyia- nyiakan shalat maka allah akan mengajabnya dengan lima belas siksaan. Enam macam ditimpakan ketika di dunia, tiga macam siksaan ketika mati , tiga macam siksaan ketika di alam kubur dan tiga macam siksaan ketika bangkit dari kubur. 

Enam macam siksaan di dunia adalah :

1. Allah akan mencabut keberkahan umurnya.
2. Allah akan menghapus cirri-ciri keshalihan dari wajahnya.
3. Seluruh amal shalihnya tidak akan mendapat ganjaran dari Allah.
4. Allah tidak akan mengangkat do’anya ke langit ( tidak di kabulkan ).
5. seluruh makhluk di dunia akan mencercanya.
6. Dia tidak akan mendapat bagian dari do’a orang-orang shalih.

Tiga macam siksaan yang akan ditimpakan ketika mati adalah :

1. Dia akan mati dalam keadaan hina.
2. Dia akan mati dalam keadaan lapar.
3. Dia akan mati dalam keadaan haus, shingga jika diberikan air minum seluruh samudera di dunia niscaya tidak akan dapat menghilangkan rasa hausnya.

Tiga macam siksaan saat di alam kubur,
1. Allah akan menyempitkan kuburnya dan menghimpit tubuhnya sehingga tulang rusuknya saling bersilangan.
2. Api akan dinyalakan di dalam kuburnya dan ia akan di guling-gulingkan di dalamnya siang malam.
3. Allah akan memasukan ular berbisa yang bernama Syuza’ul Aqra’ kedalam kuburnya. Ular tersebut akan memukulnya untuk setiap shalat yang ditinggalkannya, dalam satu kali pukulan akan membenamkan orang tersebut sedalam tujuh puluh hasta, lalu dengan kukunya ular itu akan mencungkilnya lagi keluar dari dalam tanah dan hal itu akan berlangsung terus menerus sampai datangnya hari kiamat.

Tiga macam siksa saat di bangkitkan dari dalam kubur ,

1. Allah memerintahkan malaikat untuk menyeret orang itu hingga keneraka jahaanam dengan wajah terseret.
2. Allah akan memandangnya dengan pandangan hina sehingga rontoklah daging wajahnya.
3. Allah akan menghisabnya dengan hisab yang amat keras, tiada keringanan baginya selama-lamanya. Naudzu billahi min jalik.

Maka oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi yang mengakui islam sebagai diennya untuk sama – sama memperbaiki kwalitas dan menjaga intensitas sholatnya, serta mengajak sesama muslim terutama keluarga untuk melaksanakannya, sebelum semua terlambat dan penyesalan tak ada guna lagi.

“Wa’mur ahlaka bisholaati washthobir ‘alaiiha la nas’aluka rizqon nahnu narzuquka wal’aqibatu littaqwa “ QS Thoha : 132

(Perintahkanlah keluargamu (umatmu) mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya . Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang member rezeki kepadamu dan akibat yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa ). (QS Thoha : 132 ). 


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution