Apa itu hati, apa itu qalbu?
Dua Macam Qalbu:
1. Qalbu
 jismani, yaitu jantung Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di 
masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam 
ceramah-ceramah mereka. Tapi sayangnya orang kurang cermat memahami 
makna qalbu pada hadits ini.
   Abu
 Nu`aym menceritakan bahwa Rasulullah s.a.w. berkata: “Sesungguhnya di 
dalam jasad ada sebongkah daging; jika ia baik maka baiklah jasad 
seluruhnya, jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya; bongkahan 
daging itu adalah QALBU”. 
b  Hadits
 di atas jelas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (benda fisik) 
yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bongkahan
 daging mana yang kalau ia sakit atau rusak maka seluruh jasad akan 
rusak?
c  Bahasa
 Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus 
didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya 
menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke 
kiri’. Jadi, qalbu adalah jantung.   Dokter
 qalbu adalah dokter jantung?? Jantung adalah bongkahan daging yang 
kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia 
rusak maka seluruh jasad akan rusak.
2. Qalbu ruhani, yaitu hati nurani. Ada juga jenis qalbu yang kedua, sebagaimana digambarkan dalam hadits berikut:
“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”. (HR Ibnu Majah)
Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam,bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. 
Apakah
 para penjahat jantungnya hitam? Apakah para koruptor jantungnya hitam? 
Tanyakanlah kepada para dokter bedah jantung, apakah jantung orang-orang
 jahat berwarna hitam? Mereka akan katakan tak ada jantung yang 
menghitam karena kejahatan dan kemaksiatan yang dibuat. Lalu apa maksud 
hadits Nabi di atas? Qalbu yang dimaksud dalam hadits itu adalah qalbu 
ruhani. Ruh (jiwa) memiliki inti, itulah qalbu. Karena ruh (jiwa) adalah
 wujud yang tidak dapat dilihat secara visual (intangible) maka qalbu 
yang menjadi inti (sentral) ruh ini pun qalbu yang tidak kasat mata. 
Dalam bahasa Indonesia ‘qalbu ruhani’ disebut dengan ‘hatinurani’. 
Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam 
pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi ‘hati’ saja. 
Padahal ada perbedaan besar antara ‘hati’ dengan ‘hatinurani’ 
sebagaimana berbedanya ‘mata’ dengan ‘mata kaki’.
Rupanya,
 istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama 
memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, 
serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my 
heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku). Maka apabila mendengar 
perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang 
berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih 
bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral,
 iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani 
yang wujudnya ruhaniah.
Qalbu
 orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah 
ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya 
(haqîqi). Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas 
fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. Na`ûdzubillâh min 
dzâlik…
Manusia
 sering kali melakukan sesuatu atas dasar hawa nafsunya yang 
mengakibatkan perbuatan tersebut berdampak negative ditengah-tengah 
masyarakat. Untuk menghindari penyesalan diakhir perbuatan yang akan 
dilakukan, maka seyogyanya bertanyalah pada hati kecil, baik dan 
buruknya perbuatan tersebut. Oleh karena itu setiap manusia dituntut 
untuk memahami hatinya atau bahasa lain adalah “Qolbu”. 
Pengertian “Qolbu” : Menurut
 Syekh Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Ali al-Husaini al-Jurjaniy 
didalam kitabnya “at-Ta’rifat” : Qolbu adalah sifat lembutnya Ketuhanan 
yang terdapat dalam jiwa manusia.
Dalam hadis Rasulullah Saw: Dari Nu’man bin Basyir berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. Bersabda:
ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب
Artinya:
 ” Ketahuilah,sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila
 dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila 
dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk, Ketahuilah segumpal 
daging tersebut adalah “Qolbu” yaitu hati “. ( Hadis Riwayat Bukhori ).
Jika
 kita pahami secara mendalam hadis tersebut, maka hati sangat berperan 
dalam kehidupan jiwa manusia, karena hati yang bersih akan melahirkan 
jiwa yang bersih dan selalu taat serta tunduk terhadap titah dari Sang 
Ilahi Rabbi. Sebaliknya jiwa yang kotor disebabkan karena jiwa tersebut 
memiliki hati yang tidak baik dan selalu melanggar aturan yang telah 
digariskan oleh Allah Swt.
Tanda-tanda hati yang kotor atau sakit 
Fitrah
 manusia adalah suci dan bersih dalam menjalankan perintah agama,namun 
terkadang dalam perjalanan kehidupannya, manusia sering lupa dan lalai 
serta terjerumus dalam sifat-sifat “syaithoniyah”. Untuk mengenal lebih 
jauh tanda-tanda hati manusia yang telah kotor atau sakit, berikut ini 
salah satu tandanya :
Adanya sifat nifaq ( Munafik ) dalam jiwa manusia, mari kita renungkan firman Allah Swt. Dalam surat al-Baqarah :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ . يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ .فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ .
Artinya
 : ” Dan diantara manusia ada yang berkata ” kami beriman kepada Allah 
dan hari akhir “, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang2 yang 
beriman. Mereka menipu Allah dan orang2 yang beriman, padahal mereka 
hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada 
penyakit ( Nifaq ), lalu Allah menambah penyakitnya itu, dan mereka 
mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta “.  ( QS.al-Baqarah : 8-10 )
Jika
 kita perhatikan ayat-ayat tersebut, maka sifat munafik akan menjadikan 
hati manusia bertambah kotor dan rusak, karena pada dasarnya manusia 
yang memiliki sifat nifaq akan terlihat diluar dirinya manis akan tetapi
 dalam bathinnya dia memiliki sifat-sifat syaithoniyyah, apa saja 
sifat-sifat tersebut, Syekh
 az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya “al-Kassyaf”, menggambarkan hati 
yang sakit karena sifat nifaq dalam diri manusia adalah selalu condong 
untuk berbuat maksiat kepada Allah Swt. Sedangkan Syekh Abu Zahrah dalam
 kitab tafsirnya “Zahratu at-Tafasir”, bahwasanya hati akan menjadi 
keras karena sifat nifaq yang selalu menanamkan kedengkian dan selalu 
menghinakan orang2 yang beriman. Penyakit hati tersebut menurut beliau 
tidak ada obatnya, na’udzubillah.
Membersihkan hati yang kotor
Ketika
 manusia sudah mulai malas beribadah kepada Allah Swt. Maka sebaiknya 
bersegeralah beristighfar untuk mendapatkan ampunan dari Allah Swt. 
Karena ketika kita membiarkan diri kita jauh dari Allah Swt. maka hati 
sedikit demi sedikit akan kotor dan jika tidak segera di obati hati 
tersebut akan mengeras, sebagaimana di isyaratkan dalam al-Quran surat 
al-Baqarah :
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Artinya
 : ” Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti 
batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu2 itu pasti ada sungai2 yang 
airnya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu kaluarlah mata 
air daripadanya. Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada 
Allah Swt. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan “. ( 
QS.al-Baqarah : 74 )
Oleh
 karena itu untuk menghindari kerasnya hati cepatlah kembali kepada 
Allah dengan memohon ampunan dari-Nya, sebagaiman Allah perintahkan 
kepada orang2 yang beriman  :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّ هِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya
 : ” Wahai orang2 yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat 
yang semurni-murninya, mudah2an Tuhan kamu akan menghapus kesalahan2 mu 
dan memasukkan kamu kedalam surga2 yang mengalir dibawahnya sungai2, 
pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang2 yang beriman 
bersama dengannya, sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah
 kanan mereka, sambil mereka berkata, ” Ya Tuhan kami, sempurnakanlah 
untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa 
atas segala sesuatu”. (SQ.at-Tahrim:8) 
Syekh
 al-Hafidz Ibnu katsir dalam kitabnya “Tafsir al-Quran al-’Adzim”, 
menjelaskan bahwasanya seseorang yang bertobat kepada Allah Swt, dia 
sungguh menyesali dosa2 yang telah ia lakukan dan tidak akan 
mengulanginya lagi.
Perbuatan
 manusia bersumber dari hatinya, maka ketika hatinya selamat dari sifat2
 yang kotor maka perbuatan tersebut akan mencerminkan prilaku yang 
islami dan jauh dari maksiat kepada Allah Swt.
Maka
 marilah sama2 selamatkan hati kita dari sifat-sifat yang dapat 
menjerumuskan diri manusia kedalam jurang kehinaan didunia maupun 
diakherat kelak.  Karena semua 
yang kita miliki baik harta benda maupun keturunan kita tidak dapat 
menolong diri kita selamat dihari hisab nanti kecuali jiwa tersebut 
diiringi dengan hati yang bersih ( Qolbu as-Salim ), sebagaimana 
diisyaratkan oleh Allah Swt, dalam surat as-Syu’ara :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya
 : ” Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali 
orang-orang yang menghadap Allah Swt. dengan hati yang bersih”. 
(QS.as-Syu’ara: 88-89 )
Maka
 ketika hati setiap jiwa manusia bersih, prilaku dia akan baik pula. 
Ketika prilaku baik akan menghasilkan ketaatan kepada Allah Swt. 
dimanapun dia berada, dan itulah cita-cita terbesar dalam kehidupan 
ummat manusia.
Mudah-mudahan
 Allah Swt. selalu membersihkan hati kita dari sifat-sifat kotor yang 
dapat menjerumuskan jiwa dan raga kita jauh dari Allah Swt menuju kepada
 hati yang bersih dan selamat. 
Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
 12.45
12.45
 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar