Kekuatan Qalbu Pada Diri Manusia
Kalau fikiran manusia ada di otak yang terletak di
kepala, dimanakah letak hati manusia?
Allah Swt berfirman dalam, Al Qur’an Surat
Al-Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada.
“Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada”. ( QS :Al Hajj 46)
Rasulullah Saw bersabda “ Bahwa di dada manusia ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu, jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula. didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu :
Empat ruang dalam hati yang mempengaruhi jalan
hidup manusia dan tujuh tingkatan nafsu manusia menurut ajaran tasawuf.
Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin, sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia. Jika sifat buruk yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diinginkan, bahkan sebaliknya akan terjerumus ke lembah yang ditakuti tersebut. Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar, ikhlas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman sejahtera.
Hati atau Qolbu adalah bagian penting dari manusia yang tetap berfungsi sejak hidup didunia sampai terus di akhirat kelak. Fungsi hati atau Qalbu tidak berhenti atau putus akibat datangnya kematian. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak dan seluruh tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun hati akan tetap berperan di alam barzakh, di hari berbangkit sampai di hari berhisab kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita pada kehidupan yang sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah, baik di dunia maupun diakhirat. Hati yang kotor, busuk dan penuh penyakit akan membawa kita kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama hidup didunia dan di akhirat kelak.
Perhatikan do’a Nabi Ibrahim, di dalam Firman Allah Swt, dalam QS. As Syu ‘ara ayat 87-89 :
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”
Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar jangan dihinakan pada hari berbangkit, dihari yang tiada bermanfaat harta dan anak anak, pangkat dan jabatan, karib dan sanak famili, kecuali orang yang datang menghadapNya dengan hati yang bersih. Disini tergambar bahwa hati tetap memegang peranan penting sampai dihari berbangkit kelak, dikala bumi telah lenyap dan diganti dengan kehidupan lain diakhirat kelak.
Orang yang hatinya busuk, kotor penuh penyakit juga akan merasakan akibat kekotoran hatinya itu kelak di akhirat, seperti digambarkan Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 10 dan An- Naazi’aat 6-9 :
Dari beberapa keterangan diatas jelas bahwa hati tetap memegang peranan sampai dihari berbangkit kelak. Fungsi hati tidak berhenti dengan datangnya kematian. Ia tetap memegang peranan selama hidup di dunia, setelah datang kematian, di alam barzah, di hari berbangkit bahkan sampai hari berhisab kelak. Karena itu jagalah hati jangan sampai dipenuhi penyakit dan kebusukan yang akan mencelakakan kita di dunia dan akhirat kelak. Bersihkan hati dari kotoran dan penyakit, tanamkan Iman, Taqwa, Tawakkal dan berbagai sifat baik lainnya didalam hati, hingga dapat dicapai berbagai kebaikan selama hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir , dengki dan hasud, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.
“Nafsul Lawwamah”. Tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah. Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Al Qiyamah ayat 2 :
Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak terulang lagi.
“Nafsul Mulhimmah”, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam QS: Asy- Syam ayat 7-10 :
Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak dan bathil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha mengerjakan amal soleh sebanyak-banyaknya.
“Nafsul Muthmainnah”, tingkat nafsu yang keempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Al-fajr 27-31:
Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah, tidak disentuh rasa duka, sedih dan cemas.
“Nafsul Radhiyah”, orang yang mencapai tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah. Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya. Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.
“Nafsul Mardhiyah”, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud dalam salah satu hadist Qudsi :
Semua langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah, seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir as dan tidak dipahami oleh Nabi Musa as. Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah
“Nafsul Kamilah”, Nafsu ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya. Terpelihara dari perbuatan yang tercela.
Untuk meraih tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut di atas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai bertahun tahun.
Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup berbahagia didunia dan akhirat, tidak ditimpa kesedihan dan duka yang berlarut-larut. Semoga kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan hidup kekal selamanya disana.
Orang yang memperturutkan hawa nafsunya, hatinya telah mati terkunci, dan tidak peduli dengan peringatan dan nasehat yang disampaikan padanya. Bagi mereka, hal paling penting adalah memenuhi semua hasrat dan kebutuhan nafsunya.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an :
Kemudian pula Allah Swt berfirman dalan Al-Qur’an :
Baginya Allah adalah segala galanya, ia tidak segan mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk kepentingan di jalan Allah. Mereka rela mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk mencari ridha Allah. Mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk dan kemenangan dunia dan akhirat.
Hati yang rusak, penuh penyakit dan mati
Orang yang selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya hatinya akan menjadi rusak dan penuh penyakit. Jika tidak ada usaha untuk mengobati dan membersihkan nya dari penyakit, akhirnya hati akan menjadi keras membatu dan akhirnya mati.
Sebagaimana difirmankan Allah Swt :
“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS: An Nahl :108)
Orang yang hatinya telah rusak dan mati, hidup dalam kegelapan dan kekalutan. Hatinya sulit untuk menerima hidayah dan petunjuk Allah, hatinya tertutup tidak mampu menerima kebenaran. Seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada syetan dan memperturutkan hawa nafsu. Dia berada dalam kekuasaan syetan laknatullah. Di akhirat kelak ia berada dalam penderitaan abadi selama-lamanya dalam neraka jahannam
Hati yang bersih dan jernih
Orang yang mampu mengendalikan diri dari mengikuti bisikan syetan dan memperturutkan keinginan hawa nafsu, serta mampu membersihkan hatinya dari sifat-sifat tercela. Banyak ingat dan kembali kepada Allah serta mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. Hatinya menjadi bersih dan jernih, bersinar dengan cahaya Ilahi. Itulah hati Qolbun salim yang dimaksud Nabi Ibrahim dalam do’anya, yang disebutkan dalam Al-Qur’an, QS: Asy Syu'ara ayat 87-89 :
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”,
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”,
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
Hati yang bersih dan jernih memberi rasa nyaman sepanjang masa, baik di dunia maupun di akhirat. Bebas dari rasa cemas dan takut sebagai disebutkan dalam QS: Yunus ayat : 62 :
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
Merawat dan Memelihara Hati
Kita menyadari bahwa hati merupakan unsur paling penting dalam kehidupan kita yang tetap berfungsi sampai akhir zaman. Karena itu kita harus merawat dan memeliharanya dengan baik agar tidak rusak dan dipenuhi penyakit yang dapat menyengsarakan kita selama lamanya.
Hati yang bersih dan jernih adalah hati yang selalu ingat pada Allah, setiap saat melakukan komunikasi dengan Allah, sehingga selalu berada dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Matanya dibimbing oleh hatinya untuk selalu memandang kebesaran Allah, telinganya dituntun oleh hatinya untuk selalu mendengarkan nasihat dan ayat ayat Allah. Hatinya selalu terbuka untuk menerima nasihat dan ajaran kebaikan.
Beberapa cara untuk menjaga dan merawat hati agar tetap bersih dan jernih antara lain :
Wallahu a‘lam bish-showab. Semoga bermanfaat
Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin, sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia. Jika sifat buruk yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diinginkan, bahkan sebaliknya akan terjerumus ke lembah yang ditakuti tersebut. Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar, ikhlas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman sejahtera.
Hati atau Qolbu adalah bagian penting dari manusia yang tetap berfungsi sejak hidup didunia sampai terus di akhirat kelak. Fungsi hati atau Qalbu tidak berhenti atau putus akibat datangnya kematian. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak dan seluruh tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun hati akan tetap berperan di alam barzakh, di hari berbangkit sampai di hari berhisab kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita pada kehidupan yang sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah, baik di dunia maupun diakhirat. Hati yang kotor, busuk dan penuh penyakit akan membawa kita kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama hidup didunia dan di akhirat kelak.
Perhatikan do’a Nabi Ibrahim, di dalam Firman Allah Swt, dalam QS. As Syu ‘ara ayat 87-89 :
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”
Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar jangan dihinakan pada hari berbangkit, dihari yang tiada bermanfaat harta dan anak anak, pangkat dan jabatan, karib dan sanak famili, kecuali orang yang datang menghadapNya dengan hati yang bersih. Disini tergambar bahwa hati tetap memegang peranan penting sampai dihari berbangkit kelak, dikala bumi telah lenyap dan diganti dengan kehidupan lain diakhirat kelak.
Orang yang hatinya busuk, kotor penuh penyakit juga akan merasakan akibat kekotoran hatinya itu kelak di akhirat, seperti digambarkan Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 10 dan An- Naazi’aat 6-9 :
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta. ( QS:Al -Baqarah 10)
“(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan)
pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam”,
“tiupan pertama itu diiringi oleh
tiupan kedua”,
“hati manusia pada waktu itu sangat
takut”,
“pandangan tunduk”. ( QS:An Naazi’aat
6-9 )
Dari beberapa keterangan diatas jelas bahwa hati tetap memegang peranan sampai dihari berbangkit kelak. Fungsi hati tidak berhenti dengan datangnya kematian. Ia tetap memegang peranan selama hidup di dunia, setelah datang kematian, di alam barzah, di hari berbangkit bahkan sampai hari berhisab kelak. Karena itu jagalah hati jangan sampai dipenuhi penyakit dan kebusukan yang akan mencelakakan kita di dunia dan akhirat kelak. Bersihkan hati dari kotoran dan penyakit, tanamkan Iman, Taqwa, Tawakkal dan berbagai sifat baik lainnya didalam hati, hingga dapat dicapai berbagai kebaikan selama hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Tujuh Tingkatan nafsu menurut ahli tasawuf
Selama menjalani kehidupan didunia hati manusia akan mengalami perubahan dari keadaan keruh menjadi jernih melalui tujuh tingkat nafsu.
Para ahli tasawuf membagi nafsu manusia menjadi tujuh tingkatan, yaitu
“Nafsul Amarah”. Ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Yusuf ayat 53 :
Selama menjalani kehidupan didunia hati manusia akan mengalami perubahan dari keadaan keruh menjadi jernih melalui tujuh tingkat nafsu.
Para ahli tasawuf membagi nafsu manusia menjadi tujuh tingkatan, yaitu
“Nafsul Amarah”. Ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Yusuf ayat 53 :
“Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir , dengki dan hasud, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.
“Nafsul Lawwamah”. Tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah. Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Al Qiyamah ayat 2 :
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang
amat menyesali (dirinya sendiri).”
Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak terulang lagi.
“Nafsul Mulhimmah”, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam QS: Asy- Syam ayat 7-10 :
“Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya)”,
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”,
“sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu”,
“dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
“sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu”,
“dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak dan bathil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha mengerjakan amal soleh sebanyak-banyaknya.
“Nafsul Muthmainnah”, tingkat nafsu yang keempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Al-fajr 27-31:
“Hai jiwa yang tenang”,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridai-Nya”,
“Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku”,
“Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku”,
“dan masuklah ke dalam surga-Ku”.
Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah, tidak disentuh rasa duka, sedih dan cemas.
“Nafsul Radhiyah”, orang yang mencapai tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah. Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya. Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.
“Nafsul Mardhiyah”, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud dalam salah satu hadist Qudsi :
“Senantiasa
hambaku mendekatkan diri kepadaKU, dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunah,
hingga AKU cinta padanya. Maka apabila AKU telah mencintainya, jadilah AKU
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia
melihat, perkataannya yang denganya ia berkata-kata, jadilah AKU tangannya yang
dengannya ia berbuat, jadilah AKU kakinya yang dengannya ia melangkah, dan
akalnya yang dengannya ia berfikir”. (Hadist Qudsi)
Semua langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah, seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir as dan tidak dipahami oleh Nabi Musa as. Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah
“Nafsul Kamilah”, Nafsu ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya. Terpelihara dari perbuatan yang tercela.
Untuk meraih tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut di atas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai bertahun tahun.
Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup berbahagia didunia dan akhirat, tidak ditimpa kesedihan dan duka yang berlarut-larut. Semoga kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan hidup kekal selamanya disana.
Orang yang memperturutkan hawa nafsu
Orang yang mengikuti nafsul amarah, berusaha memenuhi keinginan rendahnya dengan berbagai cara. Ia sangat rakus terhadap kebutuhan syahwat, harta, makan, pujian, dan lain sebagainya. Hidupnya hanya untuk mengabdi pada pemenuhan kebutuhan nafsunya. Ia tidak peduli dengan peraturan halal atau haram, baginya memenuhi semua kebutuhan hawa nafsu nya adalah segala galanya. Syetan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan nafsunya dan memperlihatkan keindahan semua perbuatannya yang buruk. Mereka merasa adalah orang yang benar dan mendapat petunjuk. Syetan telah menipu mereka, tapi mereka tidak menyadari.
Firman Allah Swt, dalam QS: Az-Zukhruf 36-37 :
Orang yang mengikuti nafsul amarah, berusaha memenuhi keinginan rendahnya dengan berbagai cara. Ia sangat rakus terhadap kebutuhan syahwat, harta, makan, pujian, dan lain sebagainya. Hidupnya hanya untuk mengabdi pada pemenuhan kebutuhan nafsunya. Ia tidak peduli dengan peraturan halal atau haram, baginya memenuhi semua kebutuhan hawa nafsu nya adalah segala galanya. Syetan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan nafsunya dan memperlihatkan keindahan semua perbuatannya yang buruk. Mereka merasa adalah orang yang benar dan mendapat petunjuk. Syetan telah menipu mereka, tapi mereka tidak menyadari.
Firman Allah Swt, dalam QS: Az-Zukhruf 36-37 :
“Barang siapa yang berpaling dari
pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang
menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”.
“Dan sesungguhnya setan-setan itu
benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa
mereka mendapat petunjuk”.
Bagi manusia hanya ada dua pilihan, mengabdi pada kepentingan hawa nafsu atau mengabdi Pada Allah azza wa jalla. Orang yang mengabdi pada kepentingan hawa nafsu dia akan lupa kepada Allah. Sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela mengalahkan kepentingan hawa nafsunya. Dua kepentingan yang berbeda ini tidak mungkin dijadikan satu. Seseorang tidak mungkin mengabdi kepada Allah sambil memuaskan kepentingan hawa nafsunya. Kita harus memilih satu diantara dua, mengabdi pada Allah atau pada kepentingan hawa nafsu.
Bagi manusia hanya ada dua pilihan, mengabdi pada kepentingan hawa nafsu atau mengabdi Pada Allah azza wa jalla. Orang yang mengabdi pada kepentingan hawa nafsu dia akan lupa kepada Allah. Sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela mengalahkan kepentingan hawa nafsunya. Dua kepentingan yang berbeda ini tidak mungkin dijadikan satu. Seseorang tidak mungkin mengabdi kepada Allah sambil memuaskan kepentingan hawa nafsunya. Kita harus memilih satu diantara dua, mengabdi pada Allah atau pada kepentingan hawa nafsu.
Orang yang memperturutkan hawa nafsunya, hatinya telah mati terkunci, dan tidak peduli dengan peringatan dan nasehat yang disampaikan padanya. Bagi mereka, hal paling penting adalah memenuhi semua hasrat dan kebutuhan nafsunya.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan di antara mereka ada orang yang
mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka
berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi):
“Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati
hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka”. (QS: Muhammad: 16)
Orang yang mengendalikan diri
Orang yang menginginkan kemuliaan bersama Allah berusaha mengendalikan dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Mereka menghadapkan hati ndan fikirannya pada Allah, mereka berusaha patuh pada syari’at dan aturan yang telah ditetapkan Allah, mereka tidak memperturutkan keinginan hawa nafsunya.
Orang yang menginginkan kemuliaan bersama Allah berusaha mengendalikan dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Mereka menghadapkan hati ndan fikirannya pada Allah, mereka berusaha patuh pada syari’at dan aturan yang telah ditetapkan Allah, mereka tidak memperturutkan keinginan hawa nafsunya.
Kemudian pula Allah Swt berfirman dalan Al-Qur’an :
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di
atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat
itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS:
Jatsiyah: 18)
Baginya Allah adalah segala galanya, ia tidak segan mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk kepentingan di jalan Allah. Mereka rela mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk mencari ridha Allah. Mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk dan kemenangan dunia dan akhirat.
Hati yang rusak, penuh penyakit dan mati
Orang yang selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya hatinya akan menjadi rusak dan penuh penyakit. Jika tidak ada usaha untuk mengobati dan membersihkan nya dari penyakit, akhirnya hati akan menjadi keras membatu dan akhirnya mati.
Sebagaimana difirmankan Allah Swt :
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (QS: Al Baqarah: 10).
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran
mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
(QS: Al Baqarah: 7)
(QS: Al Baqarah: 7)
“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS: An Nahl :108)
Orang yang hatinya telah rusak dan mati, hidup dalam kegelapan dan kekalutan. Hatinya sulit untuk menerima hidayah dan petunjuk Allah, hatinya tertutup tidak mampu menerima kebenaran. Seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada syetan dan memperturutkan hawa nafsu. Dia berada dalam kekuasaan syetan laknatullah. Di akhirat kelak ia berada dalam penderitaan abadi selama-lamanya dalam neraka jahannam
Hati yang bersih dan jernih
Orang yang mampu mengendalikan diri dari mengikuti bisikan syetan dan memperturutkan keinginan hawa nafsu, serta mampu membersihkan hatinya dari sifat-sifat tercela. Banyak ingat dan kembali kepada Allah serta mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. Hatinya menjadi bersih dan jernih, bersinar dengan cahaya Ilahi. Itulah hati Qolbun salim yang dimaksud Nabi Ibrahim dalam do’anya, yang disebutkan dalam Al-Qur’an, QS: Asy Syu'ara ayat 87-89 :
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”,
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”,
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.
Hati yang bersih dan jernih memberi rasa nyaman sepanjang masa, baik di dunia maupun di akhirat. Bebas dari rasa cemas dan takut sebagai disebutkan dalam QS: Yunus ayat : 62 :
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
Merawat dan Memelihara Hati
Kita menyadari bahwa hati merupakan unsur paling penting dalam kehidupan kita yang tetap berfungsi sampai akhir zaman. Karena itu kita harus merawat dan memeliharanya dengan baik agar tidak rusak dan dipenuhi penyakit yang dapat menyengsarakan kita selama lamanya.
Hati yang bersih dan jernih adalah hati yang selalu ingat pada Allah, setiap saat melakukan komunikasi dengan Allah, sehingga selalu berada dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Matanya dibimbing oleh hatinya untuk selalu memandang kebesaran Allah, telinganya dituntun oleh hatinya untuk selalu mendengarkan nasihat dan ayat ayat Allah. Hatinya selalu terbuka untuk menerima nasihat dan ajaran kebaikan.
Beberapa cara untuk menjaga dan merawat hati agar tetap bersih dan jernih antara lain :
- Selalu ingat pada Allah dimanapun berada.
- Selalu memuji kebesaranNya.
- Selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah.
- Selalu bertasbih mensucikanNya.
- Selalu mohon ampun atas kekhilafan dan dosa yang dilakukan.
- Selalu mohon perlindunganNya dari godaan Syetan dan tipu daya dunia yang melalaikan.
- Selalu mohon bimbingan dan tutunan Allah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini
- Selalu membaca atau mendengarkan ayat suci Al -Qur’an dan mentadabburinya setiap hari.
- Melatih hati untuk bersifat Taqwa, tawakkal, sabar, ikhlas, jujur, amanah, ridho, kasih sayang, menahan amarah, menahan nafsu dari keinginan rendah dan lain sebagainya.
- Bersihkan hati dari penyakit kafir, musyrik, sombong, takabbur, riya, dengki, dendam, khianat, kikir, loba dan tamak, memperturutkan hawa nafsu dan lain sebagainya.
Wallahu a‘lam bish-showab. Semoga bermanfaat
Wassalamu alaikum wr,wb.
0 komentar:
Posting Komentar