Menyikapi Ujian Kehidupan dengan Iman
Setiap orang yang hidup di dunia ini menyadari bahwa untuk mencapai
tujuan hidupnya tidaklah semudah dan semulus yang dibayangkan. Ia harus
melalui berbagai macam rintangan dan ujian. Hidup tanpa ujian adalah
mustahil. Sebab, kehidupan sendiri adalah ujian.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”, Quran Surat Al-Mulk ayat dua.
Samsoe Bassaroedin, staf khusus pembina Masjid Salman ITB dalam
kajian Ifthar senin (4/3) di Selasar Hijau menjelaskan, ujian kehidupan
umumnya ada dua, yaitu berhasil atau gagal. Tidak perlu dicari, ujian
kehidupan pasti akan dialami setiap orang. Ujian ini akan dijumpai di
berbagai aspek kehidupan.
Ia mencontohkan, secara sedehana misalnya miskin atau kaya. Kemudian
dari segi kesehatan yaitu sehat atau sakit. Lalu dari segi keluarga
yaitu sakinah atau broken home. Dari segi pendidikan yaitu lulus
ujian atau gagal. Begitu juga dengan perdagangan, yaitu mendapat
keuntungan atau rugi, bahkan bangkrut.
“Itu semua tidak bisa kita hindari dan pasti akan dialami. Tinggal
bagaimana kita merespon ujian tersebut. Kalau kita merespon tanpa iman,
bisa dipastikan ketika gagal akan berkeluh kesah dan ketika berhasil
kita akan mementingkan diri sendiri,” ungkap Samsoe.
Samsoe memaparkan lebih jauh, berkeluh kesah itu bentuknya macam-macam. Yang paling umum yaitu kufur nikmat, kibir, riya, atau ujub.
Pada dasarnya orang sombong itu karena kegagalan. Misalnya Firaun dan
Korun, pada satu sisi mereka berhasil tapi disisi lain mereka gagal
dalam membina hubungan dengan manusia. Mereka gagal membina pemerintahan
yang adil, gagal membina perusahaan yang bermartabat, gagal membina
keluarga yang baik dan lain-lain.
Sukses dan gagal jika tidak dibarengi iman itu berbahaya. Ketika
sukses tanpa dibrengi iman misalnya bisa menimbulkan kesombongan,
memuja-muja diri sendiri, bahkan kufur nikmat. Namun jika ujian
itu dibarengi iman, ketika berhasil orang akan bersyukur dan ketiga
gagal orang akan bersabar. Syukur dan sabar itu dua cakrawala hidup.
“Orang beriman menurut Rasulullah itu ajaib, ketika berhasil dia
bersyukur dan ketika gagal dia bersabar. Hanya dengan iman kita dapat
merespon ujian hidup dengan tepat. Kemudian Iman dapat terinternalisasi
dalam diri manusia melalui dzikir. Hanya dengan berzikir maka hati akan
tenang,” tambah Samsoe.
Manusia-manusia pilihan Allah, seperti para Nabi dan Rasul pun
menghadapi ujian dalam perjalanan hidupnya. Ada yang diuji untuk
menyembelih putranya, seperti Nabi Ibrahim as. Nabi Zakariya as diuji
sekian puluh tahun membangun rumah tangga tapi tidak dikaruniai anak.
Allah SWT baru mengabulkan doa Nabi Zakaria as ketika memasuki usia
senja, maka lahirlah Nabi Yahya as.
Ada yang diuji dengan penyakit selama berpuluh-puluh tahun seperti
Nabi Ayyub as. Sedangkan Nabi Nuh as diuji dengan respons negatif
kaumnya dan hanya sedikit sekali dari mereka yang beriman. Padahal Nabi
Nuh as telah berdakwah selama 950 tahun. Termasuk Rasulullah Muhammad
saw, beliau juga menghadapi begitu banyak ujian dan cobaan. Ujian adalah
cara Allah untuk menggembleng dan meningkatkan derajat para hamba-Nya.
Pun, ujian kehidupan ini bertujuan agar manusia dapat memperoleh
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dari ujian tersebut,
dapat diketahui tingkat keimanan seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar