Sebuah perkara yang mustahab di saat malam pertama bagi pengantin baru, hendaknya seorang suami meletakkan tangannya di atas bagian depan kepala istrinya (ubun-ubunnya) sembari mendo'akannya, dengan dalil sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
ﺇِﺫَﺍ ﺗَﺰَﻭَّﺝَ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢُ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓً ﺃَﻭِ ﺍﺷْﺘَﺮَﻯ ﺧَﺎﺩِﻣًﺎ ﻓَﻠْﻴَﺄْﺧُﺬْ ﺑِﻨَﺎﺻِﻴَﺘِﻬَﺎ ﻭَﻟْﻴُﺴَﻢِّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻭَﻟْﻴَﺪْﻉُ ﺑِﺎﻟْﺒَﺮَﻛَﺔِ ﻭَﻟْﻴَﻘُﻞْ: ﺍﻟﻠّﻬﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﻣِﻦْ ﺧَﻴْﺮِﻫَﺎ ﻭَﺧَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﺟَﺒَﻠْﺘَﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺷَﺮِّﻫَﺎ ﻭَﺷَﺮِّ ﻣَﺎ ﺟَﺒَﻠْﺘَﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
“Apabila salah seorang dari kalian menikahi seorang wanita atau membeli seorang budak maka hendaklah ia memegang ubun-ubunnya, menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mendo'akan keberkahan dan mengatakan:
Allaahumma inni Asaluka khairahaa wakhaira maa jabaltaha ‘alaihi wa au’dzubika min syarrihaa wasyarri maa jabaltahaa ‘alaihi
‘Ya Allah, sungguh aku meminta kepada-Mu dari kebaikannya (istriku) dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan/tabiatkan dia di atasnya (istriku) dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya (istriku) dan kejelekan apa yang Engkau ciptakan/tabiatkan dia di atasnya (istriku)”
(HR. Abu Dawud no. 2160, dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
Ahlul ‘ilmi ada yang memandang setelah dia bertemu dan mendo'akan istrinya disenangi baginya untuk shalat dua rakaat bersamanya.
2. Menyebut nama Allah Azza Wa Jalla tatkala jima’ (berhubungan suami istri)
Dan di antara sebab yang bisa membantu proses melahirkan generasi anak-anak yang shaleh/shalehah adalah berdo'a sebelum jima’.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢْ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺃَﻫْﻠَﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺟَﻨِّﺒْﻨَﺎ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻭَﺟَﻨِّﺐِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﺘَﻨَﺎ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺇِﻥْ ﻳُﻘَﺪَّﺭَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﻭَﻟَﺪٌ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻢْ ﻳَﻀُﺮَّﻩُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﺃَﺑَﺪًﺍ
“Seandainya salah seorang kalian apabila hendak menggauli istrinya dia berdo'a (yang artinya): Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan, dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami; maka sesungguhnya apabila ditakdirkan mendapat keturunan melalui hubungan tersebut, syaitan tidak akan memudharatkannya selamanya.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Disebutkan oleh para ulama makna “syaitan tidak akan memudharatkannya selamanya”:
1. Bahwasanya syaitan tidak bisa meliputinya karena keberkahan tasmiyah (ucapan bismillah).
2. Bahwasanya syaitan tidak bisa menganggunya.
3. Bahwasanya syaitan tidak bisa memudharatkan badannya.
4. Berkata Ibnu Daqiq al-Ied, “Ini mengandung makna bahwasanya syaitan tidak bisa memudharatkan agamanya juga.”
0 komentar:
Posting Komentar