PERBEDAAN ANTARA UJIAN DAN MUSIBAH
1. Musibah bisa jadi sebagai peringatan
Musibah
ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya. Peringatan
ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang berada dalam
kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari agar Allah
memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajjud, shalat Dhuha, puasa
sunah senin kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan semaksimal
mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar. Bisnisnya berkembang,
karyawan bertambah, kesibukan semakin meningkat. Tapi justru dikarenaka
sibuknya satu persatu ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan.
Shalat-shalatnya pun semakin tidak khusyu. Seharusnya bertambahnya
nikmat, membuat ia bertambah syukur dan semakin dekat dengan Allah,
tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat bertambah malah membuatnya
semakin jauh dari Allah.
Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah, atau azab Allah. Musibah yang datang kepadanya sebagai peringatan untuk meningkatkan kembali keimanannya yang merosot itu. Bisa saja terjadi tiba-tiba usahanya macet dan banyak mengalami kerugian. Akibatnya ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak ada yang mau menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini sudah tidak ia perhatikan lagi. Tercapailah tujuan musibah yaitu pemberi peringatan.
Musibah juga bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21)
Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan musibah atau azab pada kita di dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali pada kebenaran.
2. Musibah sebagai ujian keimanan
Musibah
ini adalah tanda kecintaan Allah SWT pada seseorang hamba. Semakin
tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang justru ujian
(musibah) yang menimpanya akan semakin berat. Perhatikan sabda Nabi SAW
berikut ini : Dari Mushab bin Sad dari ayahnya. Ayahnya berkata: Aku
bertanya kepada Rasulullah SAW," Manusia manakah yang paling berat
ujiannya?" Rasulullah SAW menjawab," Para Nabi, kemudian disusul yang
derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji
sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah
ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan
agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di
muka bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn
Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)
Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ini bisa berupa keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al A’raf [7] : 168).
Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan kita terhadap Allah SWT ? Apabila kita termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah bertobat.
Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya : “…..Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan ridha Allah adalah segalanya.
Semoga kita mampu menjalani ujian yang di berikan Allah kepada kita Aamiin..
Salam ukhuwah fillah
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)
Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ini bisa berupa keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al A’raf [7] : 168).
Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan kita terhadap Allah SWT ? Apabila kita termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah bertobat.
Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya : “…..Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan ridha Allah adalah segalanya.
Semoga kita mampu menjalani ujian yang di berikan Allah kepada kita Aamiin..
Salam ukhuwah fillah
0 komentar:
Posting Komentar