Kedengkian atau iri hati merupakan sifat negatif manusia. Seorang
pendengki selalu merasa iri hati melihat kebahagiaan dan kesenangan
orang lain. Ketika melihat sesuatu yang baik dan menarik pada diri orang
lain, ia berharap agar semua itu segera hilang darinya.
Pada umumnya,
pendengki semacam itu tak punya kemampuan apapun, baik untuk merenggut
kelebihan yang dimiliki orang lain ataupun membayangkannya. Dia
terus-menerus mendongkol dan menggerutu, serta akan terus dibakar dalam
kobaran api kedengkian siang dan malam. Seorang pendengki jauh dari
ketenteraman dan kebahagiaan hidup di dunia, serta merasa tertekan dan
menganggap kebahagiaan yang dikecap orang lain sebagai penyebab
kesengsaraan hidupnya.
Nabi Islam saw menyabdakan, “Seorang pendengki adalah orang yang paling sengsara di antara kaumnya.”[177]
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Iri hati
mengakibatkan kehidupan seorang pendengki menjadi suram.”[178]
“Seorang pendengki tak pernah mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan.”[179]
Kedengkian menimbulkan dampak yang sangat berbahaya pada
urat syaraf dan jantung seseorang sehingga membuatnya sakit-sakitan dan
lemah.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Seorang pendengki selalu lemah dan rapuh (fisiknya).”[180]
Akibat Kedengkian
Kedengkian melemahkan akar-akar keimanan seseorang dan
menjerumuskannya dalam dosa dan kekafiran. Kebanyakan kasus pembunuhan,
perkelahian, dan berbagai perbuatan kriminal lainnya merupakan akibat
dari iri hati dan dengki. Kadangkala, seorang pendengki memfitnah orang
yang didengkinya seraya menyebarkan desas-desus dan tudingan palsu
tentangnya. Terkadang pula ia merusak barang-barang orang lain.
Imam Muhammad Baqir mengatakan, “Kedengkian memusnahkan keimanan sebagaimana api memusnahkan minyak.”[181]
Kedengkian merupakan salah satu sifat manusia. Nyaris tak ada orang yang tidak memiliki sifat ini.
Nabi Islam saw mengatakan, “Terdapat tiga hal yang tak
seorang pun tidak memilikinya: pikiran-pikiran jelek, perilaku buruk,
dan kedengkian.”[182]
Karena itu, sifat jahat ini harus dikekang dan dienyahkan
dengan sekuat tenaga. Jangan sampai sifat buruk ini tumbuh subur dan
berkembang dalam diri seseorang. Bila dibiarkan hidup sehingga menjadi
bagian dari watak seseorang, niscaya benih kedengkian akan tumbuh dengan
cepat dan mengakar. Keadaannya akan sedemikian rupa, sampai-sampai
upaya untuk mengenyahkannya menjadi mustahil. Saat terbaik untuk
menumbuhkan sifat yang baik dan mengenyahkan sifat buruk pada diri
seseorang adalah masa kanak-kanaknya.
Cabut Akarnya dari Masa Kanak-kanak
Unsur kedengkian pun akan tumbuh dalam diri seorang anak. Dengan
perlakuan dan perhatian yang layak pada sang anak, orang tua niscaya
dapat menghilangkan benih penyakit dengki yang muncul dalam perilakunya
saat itu. Bila orang tua memperlakukan seluruh anak-anaknya dengan adil,
tanpa pilih kasih, niscaya persoalan saling dengki di antara
anak-anaknya tak akan muncul. Pakaian, makanan, dan lainnya yang
digunakan anak-anak harus sama dalam hal kualitas dan harganya. Mereka
harus memperhatikan betul masalah kesamaan dalam hal uang saku dan
perlakuan umum terhadap anak-anaknya.
Jangan sampai orang tua secara berlebihan membanding-bandingkan
kemampuan anak-anaknya di depan mereka atau di hadapan selainnya. Sebab,
besar kemungkinan, anak-anak akan mempelajari perbandingan yang
dilakukan. Sikap semacam itu akan membuat anak yang paling lemah merasa
tertekan dan benar-benar tidak memiliki kemampuan. Orang tua yang bodoh
menyangka bahwa dengan cara tersebut, mereka sedang mendidik
anak-anaknya. Sebaliknya malah, mereka tak akan pernah mencapai
tujuannya dan sedang menyiramkan minyak ke kobaran api. Jiwa anak yang
masih suci akibatnya memperoleh gambaran tentang kedengkian dan
kebencian, lalu terdorong untuk mengobarkan permusuhan. Karenanya, semua
itu hanya akan mengakibatkan munculnya rasa dengki seorang anak pada
saudara-saudara kandungnya sendiri.
Orang tua seyogianya jangan pernah membandingkan
anak-anaknya satu sama lain atau dengan selainnya. Misalnya, dengan
memuji-muji anak-anak yang lain di hadapan anak-anaknya. Tak layak bagi
orang tua untuk mengatakan kepada anak-anaknya, “Betapa baik kelakuan,
budi bahasa, dan kemauan belajar anak tetangga kita. Betapa patuhnya ia
yang suka membantu ibunya. Orang tuanya benar-benar beruntung memiliki
anak seperti dia.” Orang tua semacam itu harus mengerti bahwa tipe
perbandingan semacam ini akan melukai perasaan si anak dan menimbulkan
dampak yang berbahaya. Alih-alih membenahi dirinya, si anak malah akan
makin keras kepala dan berkeinginan untuk membalas dendam.
Orang tua harus benar-benar menghindari dari
membanding-bandingkan anak-anak. Selalu ada sejumlah anak yang lebih
pandai atau lebih cerdas dari yang lain. Karenanya, boleh jadi orang tua
lebih menaruh perhatian pada salah seorang anak ketimbang pada
anak-anak yang lain. Sikap semacam ini tidak keliru dan bersifat
naluriah. Tapi, dalam pembicaraan dan tindakan, jangan sampai mereka
menunjukkan pembedaan apapun di antara anak-anak. Mereka harus
memperlakukan sama semua anak-anaknya. Bila mereka ingin memberikan
perlakuan khusus terhadap anak tertentu, seyogianya itu dilakukan saat
anak-anak yang lain tak ada di hadapannya. Bahkan, bila orang tua
benar-benar cermat dalam memberikan perlakuan yang adil terhadap seluruh
anak-anaknya, unsur kedengkian yang merupakan sifat naluriah manusia,
tetap akan muncul dalam diri anak-anak pada tingkat tertentu.
Setiap anak berharap menjadi anak kesayangan orang tuanya, sementara
yang lain tidak. Tatkala melihat orang tuanya mempelihatkan sikap
semacam itu pada saudara kandungnya, ia akan sebentar saja merasa
dengki. Lalu, si anak berangsur-angsur akan memahami bahwa dirinya harus
berbagi kasih sayang orang tua dengan saudara-saudaranya. Anak-anak
yang lain juga memiliki hak atas orang tuanya. Dengan cara yang bijak,
orang tua mampu mengatasi situasi ini seraya menjadikan si anak menerima
saudara-saudaranya yang lain dan mencegahnya terus-menerus bersikap
dengki atau cemburu.
Berlaku Adil dalam Penuhi Kebutuhan Anak
Bila Anda melihat bahwa anak Anda mendengki saudara kandungnya karena
beberapa alasan (misal, ia mengganggu, mencubit, melontarkan kata-kata
kasar, atau merebut buah-buahan dan gula-gula milik saudaranya), maka
itu berarti, ia membutuhkan perhatian Anda dalam porsi lebih besar. Anda
seyogianya tidak menutup mata terhadap aktivitas-aktivitas si anak
tersebut. Anda harus memberi kesan kepadanya bahwa ia sedang tumbuh
besar dan adik kecilnya membutuhkan perhatian lebih besar ketimbang
dirinya. Anda juga harus mengatakan kepadanya bahwa ketika ia masih
kecil seperti adiknya sekarang, ia juga menuntut dan menerima perhatian
yang lebih. Ketimbang berupaya membenahi sikapnya secara keras, berilah
kesan pada si anak bahwa anak-anak yang masih kecil itu adalah saudara
lelaki dan saudari perempuannya sendiri. Anda dapat mengatakan pada si
anak, “Mereka (saudara atau saudarinya) juga mencintaimu. Kalau bukan
kamu, siapa lagi yang akan mencintai mereka? Kamu harus melindungi
mereka bila seseorang berusaha menyakitinya. Allah telah menganugerahkan
kamu saudara dan saudari yang elok seperti mereka, karenanya kamu harus
bersyukur….”
Kesimpulannya, perlu diketahui bahwa mempertahankan
perlakuan yang benar-benar adil kepada semua anak barangkali merupakan
sebuah dambaan. Bagaimana mungkin orang tua mampu memperlakukan anak
lelaki, anak perempuan, anak-anak yang tua dan yang muda, dengan cara
yang sama? Anak-anak yang lebih tua secara umum dapat diberi kebebasan
lebih besar. Tapi, anak-anak yang lebih muda harus diberi perhatian
lebih besar. Anak-anak yang lebih tua akan mendapat uang saku lebih
besar. Sementara anak-anak yang lebih muda membutuhkan perlindungan
lebih besar.
Anak-anak lelaki umumnya diberi kebebasan bergerak ketimbang
saudari-saudari perempuannya. Karena itu, sembari memperhatikan betul
kebutuhan akan keadilan dan kebebasan, para orang tua harus menggunakan
pendekatan yang berbeda bagi anak-anak lelaki dan anak-anak
perempuannya. Perlakuan ini mungkin sulit diterima anak-anak. Namun
demikian, orang tua harus secara tepat menjelaskan kepada anak-anaknya
bahwa mereka (orang tua) memliki sikap yang sama terhadap seluruh
anak-anaknya, namun norma-norma perilaku bagi masyarakat dibedakan
menurut perbedaan jenis kelamin dan usia.
Kendatipun kecemburuan dan kedengkian merupakan sifat
yang sangat tidak diinginkan di mata Islam, dan kenyataannya dianggap
sebagai perbuatan dosa, semangat berkompetisi dan persaingan merupakan
bagian dari upaya dan perjuangan bagi perkembangan manusia. Perbedaan
antara kecemburuan atau kedengkian dengan persaingan adalah bahwa
seseorang menjadi saingan yang lain untuk saling mengadu dan mendahului
dalam mencapai sesuatu; tapi orang yang dengki hanya merasa iri hati
namun tak mampu bersaing dan mengalahkan saingannya. Persaingan dalam
setiap lapangan aktivitas merupakan fenomena yang sehat. Peradaban
manusia akan mandek tanpa persaingan dan kompetisi.
Seseorang menuliskan:
“Saya punya seorang saudari perempuan yang usianya dua tahun lebih
tua dari saya. Orang tua saya lebih mencintai saya ketimbang saudari
saya itu. Apapun yang saya inginkan, mereka langsung memenuhinya. Di
setiap kesempatan, mereka selalu memuji-muji saya dan sama sekali
mengabaikan saudari saya. Saudari saya selalu memarahi saya. Kapan pun
punya kesempatan, ia akan memukul dan mencubit saya, seraya mengejek
saya dan merusak mainan-mainan kesayangan saya. Ia tak pernah
menginginkan saya bahagia barang sebentar saja. Saya lalu berpikir,
mengapa saudari saya sedemikian menggangu saya? Apa salah saya
kepadanya? Ia sangat dengki kepada saya dan barangkali sikap pilih kasih
orang tua merupakan alasan bagi kebenciannya ini. Orang tua tak
pernah menyadari bahwa disebabkan sikap pilih kasihnya, saudari saya
berupaya melampiaskan rasa dendamnya kepada saya. Sekarang, setelah
orang tua saya sudah tidak ada lagi, saudari perempuan saya bersikap
sangat baik kepada saya. Ia sangat merasa sedih bila saya sedikit saja
merasa gelisah.”
[177] Mustadrak al-Wasâ`il, jil.2, hal.327.
[178] ibid., hal.328.
[179] ibid., hal.327.
[180] ibid., hal.328.
[181] ash-Shâfî, jil.1, hal.173.
[182] Al-Mahajjat al-Baydha, jil.3, hal.189.
0 komentar:
Posting Komentar