Menggunjing Atau Menyebar Isu
Kebiasaan Buruk
Menggunjing merupakan kebiasaan yang sangat buruk. Namun sayang,
kebiasaan tersebut sangat lazim di tengah masyarakat.
Bila seseorang
mengatakan sesuatu tentang seseorang yang lain, seorang penggunjing
akan menggunjingkannya kepada orang lain seraya mengatakan bahwa si
fulan mengatakan begini-begitu tentangnya. Menggunjing merupakan
tanda-tanda kepengecutan dan kejahatan. Hal ini dapat menciptakan
keretakan di tengah orang-orang yang saling bersahabat baik. Banyak
kejahatan, pertengkaran, permusuhan, pembunuhan, dan perseteruan
merupakan hasil dari kesalahpahaman di antara orang-orang yang terlibat
akibat gunjingan. Kedamaian hidup sejumlah rumah tangga juga
porak-poranda akibat ulah bejat semacam itu. Para suami dan istri
bercerai, kawan menjadi lawan, orang tua berbalik memusuhi anak-anaknya
sendiri, utamanya diakibatkan oleh gunjingan yang dilakukan beberapa
orang yang tak punya otak dan berkelakuan buruk.
Ketika perbuatannya terbongkar, seorang penggunjing akan diusir dari
semua tempat dan orang-orang sangat benci melihat wajahnya. Bahkan,
mereka akan mengutuknya dan berharap agar ia binasa. Gunjingan paling
keji adalah yang dilakukan mata-mata yang bekerja demi kepentingan
penguasa yang zalim. Bila seseorang menjadi mata-mata bagi pihak yang
zalim dan karenanya seorang yang saleh menghadapi kesulitan, dan
mengalami cacat tubuh atau kematian akibat disiksa, maka si penggunjing
akan sama-sama dianggap bertanggung jawab sebagaimana orang durjana
tersebut (mata-mata) yang bekerja sama dengannya untuk melakukan tugas
(mata-mata) yang jahat ini. Mereka akan diganjar hukuman berat di Hari
Pengadilan, sekalipun, dalam hal ini, si penggunjing tidak terlibat
secara langsung dalam tindakan penyiksaan fisik orang yang tak berdosa.
Nabi Islam saw mengatakan, “Orang yang paling buruk
adalah orang yang memata-matai saudara Muslimnya dan melaporkannya
kepada raja (: penguasa). Tindakan memata-matai ini sangat buruk
baginya, bagi si sahabat yang telah melaporkannya, dan juga bagi sang
raja.”[194]
Islam telah menyatakan bahwa tindakan memata-matai dan
menggunjing hukumnya haram. Terdapat banyak riwayat dari Nabi saw dan
para imam yang berkenaan dengannya.
Imam Muhammad Baqir mengatakan, “Seorang penggunjing akan dicegah dari memasuki surga.”[195]
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Orang
yang paling keji dan jahat di antara kalian adalah mereka yang melakukan
gunjingan dan menciptakan perselisihan di antara sahabat-sahabatnya
serta membuka aib orang-orang yang baik.”[196]
Sebab Pergunjingan
Terdapat banyak sebab bagi dilakukannya gunjingan. Permusuhan,
misalnya. Seorang penggunjing yang memusuhi sekelompok orang akan
merasa dengki terhadap hubungan yang terjalin baik di antara mereka.
Lalu, ia membuat informasi palsu dan keji tentang salah seorang di
antara mereka dan menyampaikannya kepada teman orang tersebut hingga
akhirnya mereka terjerumus dalam perangkapnya. Kadangkala pula seorang
penggunjing, sebagai akibat kebiasaannya, menyampaikan infromasi yang
menyesatkan dan berbahaya tentang seseorang kepada selainnya demi
menciptakan perselisihan yang hebat di antara mereka. Dalam contoh ini,
si penggunjing tidak memiliki maksud lain kecuali demi memuaskan
keinginan pribadinya. Dalam hal ini, agama Islam melarang keras
penganutnya mendengarkan gunjingan.
“Janganlah kalian menggunjing, jangan pula mendengarkan orang yang menggunjing.”[197]
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Tolaklah
perkataan seorang penggunjing dan orang yang terlalu ingin tahu.”[198]
Terbukti bahwa bila tak seorang pun ambil peduli terhadap
ocehan seorang penggunjing, niscaya ia (penggunjing) akan berhenti
melakukan gunjingannya. Sewaktu seseorang menyampaikan isu kepada Anda
tentang seseorang yang lain, Anda harus benar-benar yakin bahwa ia (si
penyampai isu atau penggunjing) bukanlah teman Anda. Bila benar-benar
teman Anda, ia tentu akan membela Anda selagi orang lain membicarakan
sesuatu yang bertentangan dengan kepentingan Anda. Bila seseorang
menceritakan sesuatu yang sangat rahasia kepada seorang Muslim yang
baik, niscaya ia (si Muslim) tak akan menceritakannya lagi pada orang
lain. Ia akan mengendalikan lidahnya dan tak pernah berupaya
memata-matai orang-orang di sekelilingnya.
Wahai Ayah, Wahai Ibu, Anak Itu Meniru!
Banyak orang membawa kebiasaan menggunjing sejak dari masa kecil. Ini
merupakan refleksi dari apa yang mereka lihat dan dengar di sekeliling
mereka. Karena itu, para orang tua memikul tanggung jawab besar untuk
melindungi anak-anak mereka dari kebiasaan menggunjing yang keji.
Pertama-tama, orang tua sendiri seyogianya menahan diri dari
membicarakan keburukan orang lain. Sang ibu tidak sepatutnya menggunjing
tindakan-tindakan tetangganya atau sanak saudaranya kepada sang ayah.
Begitu pula, sang ayah jangan sampai menjelek-jelekkan teman-teman atau
kenalannya kepada sang ibu. Sebab, bila orang tua memiliki kebiasaan
menjelek-jelekkan orang lain di belakangnya, anak-anak juga akan meniru
pembicaraan semacam itu.
Adakalanya seorang anak menjelek-jelekkan ibu dan kakak perempuannya.
Dalam kasus semacam ini, tugas si ayah adalah memperbaiki si anak dan
memberitahunya bahwa menggunjing merupakan perbuatan yang tidak baik. Si
ayah harus mengatakan kepadanya bahwa bila ingin mengatakan sesuatu
tentang ibu atau kakak perempuannya, lebih baik ia mengatakannya secara
langsung kepada mereka. Dan katakanlah, “Apa yang kau lakukan itu adalah
gunjingan, yang merupakan perbuatan sangat buruk.” Bila anak-anak
berupaya menggunjing, jangan pedulikan sama sekali untuk sementara waktu
dan berupayalah mengalihkan pembicaraan pada hal-hal lain yang
bermanfaat.
Nabi Islam saw mengatakan, “Jangan dengarkan penggunjing!”[199]
[194] Bihâr al-Anwâr, jil.75, hal.266.
[195] Ushûl al-Kâfî, jil.2, hal.369.
[196] ibid., hal.375.
[197] Majma` az-Zawâ`id, jil.8, hal.91.
[198] Ghurar al-Hikam, hal.145.
[199] Ghurar al-Hikam, hal.125.
[195] Ushûl al-Kâfî, jil.2, hal.369.
[196] ibid., hal.375.
[197] Majma` az-Zawâ`id, jil.8, hal.91.
[198] Ghurar al-Hikam, hal.145.
[199] Ghurar al-Hikam, hal.125.
0 komentar:
Posting Komentar