Seperti Makan Daging Mayat, Inilah Balasan untuk Penggosip
Menggosip atau Ghibah adalah dosa besar yang saat ini sering
disepelekan. Kegiatan ini merupakan salah satu tindakan yang paling
dibenci Allah SWT, namun celakanya kerap dilakukan orang setiap ada
kesempatan. Semua yang dibeberkan, tentu dengan tambahan bumbu-bumbu
pemanis cerita.
Seperti menjadi kebiasaan yang tidak disadari, orang melakukan gosip
baik ketika santai dengan teman-teman, sibuk ditempat-tempat
perbelanjaan, dan diperkuat dengan acara gosip infotainment di televisi
yang membuat akhlak tidak baik ini terasa dihalalkan. ‘Semakin digosok
makin sip’ itulah yang membuat aktivitas ini cukup susah untuk
dihentikan.
Padahal tindakan ini merupakan hal yang dilarang oleh agama. Allah SWT
bahkan secara khusus menjelaskan dalam Al-Qur’an tentang buruknya budaya
menggosip atau bergunjing ini. Dia menyamakan bahwa orang yang
menggosipkan saudaranya sama halnya seperti memakai bangkai saudaranya
tersebut. Allah berfirman dalan Surat Al-Hujurat:12 yang arinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hujurat [49]: 12)
Ayat di atas menjelaskan ancaman keras bagi mereka yang suka menggunjing. Tindakan ini merupakan salah satu dosa besar karena Allah menyamakannya dengan memakan daging mayat. Imam Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan, “Ini adalah permisalan yang amat mengagumkan, diantara rahasianya adalah:
Pertama, karena ghibah mengoyak kehormatan orang lain, layaknya seorang yang memakan daging, daging tersebut akan terkoyak dari kulitnya. Mengoyak kehormatan atau harga diri, tentu lebih buruk keadaannya.
Kedua, Allah ta’ala menjadikan “bangkai daging saudaranya” sebagai permisalan, bukan daging hewan. Hal ini untuk menerangkan bahwa ghibah itu amatlah dibenci.
Ketiga, Allah ta’ala menyebut orang yang dighibahi tersebut sebagai mayat. Karena orang yang sudah mati, dia tidak kuasa untuk membela diri. Seperti itu juga orang yang sedang dighibahi, dia tidak berdaya untuk membela kehormatan dirinya.
Keempat, Allah menyebutkan ghibah dengan permisalan yang amat buruk, agar hamba-hambaNya menjauhi dan merasa jijik dengan perbuatan tercela tersebut” (Lihat: Tafsir Al-Qurtubi 16/335), lihat juga: I’laamul Muwaqqi’iin 1/170).
Ketika Allah membenci tindakan tersebut, hal ini tentulah juga dibenci oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya.
“Tahukah kamu apakah ghibah itu? Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda, “Kamu menceritakan saudaramu ihwal suatu yang dibencinya. Beliau ditanya, Bagaiman jika apa yang diceritakan itu terdapat dalam dirinya?” Beliau bersabda, “Jika apa yang kamu ceritakan itu terdapat pada dirinya, berarti engkau mengghibahnya (menggunjingnya). Dan jika yang kamu ceritakan itu tidak terdapat pada dirinya, berarti kamu mengadakan kebohongan tentang dia (memfitnahnya).” (HR. Muslim)
Hadist ini menjelaskan bahwa ghibah merupakan tindakan menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang seandainya dia tahu maka dia akan membencinya. Sama saja apakah yang engkau sebutkan adalah kekurangannya yang ada pada badannya, nasabnya, akhlaqnya, perbuatannya, agamanya, atau pada masalah duniawinya. Dan engkau menyebutkan aibnya dihadapan manusia dalam keadaan dia ghoib (tidak hadir).
Adapun menyebutkan kekurangannya yang ada pada badannya, misalnya engkau berkata pada saudaramu itu antara lain dia buta, dia tuli, dia sumbing, perutnya besar, kaki meja (jika kakinya tidak berbulu), dia juling, dia hitam, dia itu orangnya bodoh, dia itu agak miring sedikit, dia kurus, dia gendut, dia pendek dan lain sebagainya.
Nah stop untuk menggosip mulai sekarang. Bayangkan bagaimana memakai bangkai daging kambing, sapi atau ayam, apalagi memakan daging saudara sendiri, pastinya akan sangat tidak enak. Semogaa informasi ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al-Hujurat [49]: 12)
Ayat di atas menjelaskan ancaman keras bagi mereka yang suka menggunjing. Tindakan ini merupakan salah satu dosa besar karena Allah menyamakannya dengan memakan daging mayat. Imam Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan, “Ini adalah permisalan yang amat mengagumkan, diantara rahasianya adalah:
Pertama, karena ghibah mengoyak kehormatan orang lain, layaknya seorang yang memakan daging, daging tersebut akan terkoyak dari kulitnya. Mengoyak kehormatan atau harga diri, tentu lebih buruk keadaannya.
Kedua, Allah ta’ala menjadikan “bangkai daging saudaranya” sebagai permisalan, bukan daging hewan. Hal ini untuk menerangkan bahwa ghibah itu amatlah dibenci.
Ketiga, Allah ta’ala menyebut orang yang dighibahi tersebut sebagai mayat. Karena orang yang sudah mati, dia tidak kuasa untuk membela diri. Seperti itu juga orang yang sedang dighibahi, dia tidak berdaya untuk membela kehormatan dirinya.
Keempat, Allah menyebutkan ghibah dengan permisalan yang amat buruk, agar hamba-hambaNya menjauhi dan merasa jijik dengan perbuatan tercela tersebut” (Lihat: Tafsir Al-Qurtubi 16/335), lihat juga: I’laamul Muwaqqi’iin 1/170).
Ketika Allah membenci tindakan tersebut, hal ini tentulah juga dibenci oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya.
“Tahukah kamu apakah ghibah itu? Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda, “Kamu menceritakan saudaramu ihwal suatu yang dibencinya. Beliau ditanya, Bagaiman jika apa yang diceritakan itu terdapat dalam dirinya?” Beliau bersabda, “Jika apa yang kamu ceritakan itu terdapat pada dirinya, berarti engkau mengghibahnya (menggunjingnya). Dan jika yang kamu ceritakan itu tidak terdapat pada dirinya, berarti kamu mengadakan kebohongan tentang dia (memfitnahnya).” (HR. Muslim)
Hadist ini menjelaskan bahwa ghibah merupakan tindakan menyebutkan sesuatu yang ada pada saudaramu yang seandainya dia tahu maka dia akan membencinya. Sama saja apakah yang engkau sebutkan adalah kekurangannya yang ada pada badannya, nasabnya, akhlaqnya, perbuatannya, agamanya, atau pada masalah duniawinya. Dan engkau menyebutkan aibnya dihadapan manusia dalam keadaan dia ghoib (tidak hadir).
Adapun menyebutkan kekurangannya yang ada pada badannya, misalnya engkau berkata pada saudaramu itu antara lain dia buta, dia tuli, dia sumbing, perutnya besar, kaki meja (jika kakinya tidak berbulu), dia juling, dia hitam, dia itu orangnya bodoh, dia itu agak miring sedikit, dia kurus, dia gendut, dia pendek dan lain sebagainya.
Nah stop untuk menggosip mulai sekarang. Bayangkan bagaimana memakai bangkai daging kambing, sapi atau ayam, apalagi memakan daging saudara sendiri, pastinya akan sangat tidak enak. Semogaa informasi ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca.
0 komentar:
Posting Komentar