Di Dunia Menjadi Tamu Allah
Dunia
dimana kita hidup ini adalah tempat yang Allah sediakan untuk semua
makhluk untuk berkembang biak serta menjalankan tugas yang telah Allah
bagi-bagi kepada setiap makhluk, di dunia ini semua hidup dan berkembang
biak sesuai dengan jenis dan lokasi geografisnya masing-masing, dari
situ kelihatan perbedaan bentuk, watak, warna dan tabi’at makhluk hidup
sesuai habitatnya masing-masing.
Demikian juga manusia mengalami hal
yang sama tetapi memiliki perbedaan tugas dan peran yang berbeda dengan
makhluk hidup yang lainnya dan bahkan manusia sebenarnya adalah tamu
Allah di bumi ini.
Dalam
satu hadist rasulullah yang diriwayatkan oleh abu Nu’aimin dari hakim
rasulullah bersabda :”Jadilah kamu semua di dunia ini sebagai tamu-tamu
maka jadikanlah olehmu semua mesjid-mesjid sebagai rumah, biasakanlah
hatimu menjadi lembut, perbanyaklah berzikir dan menangis, dan janganlah
kamu memperturutkan hawa nafsu karena kamu akan membangun apa yang
tidak akan kamu huni selamanya, kamu akan mengumpulkan harta yang tidak
akan kamu makan semuanya dan kamu akan mengimpikan sesuatu yang tidak
akan tercapai”.
Ada
beberapa pesan yang termaktub dalam dalam hadist tersebut yang
menerangkan apa yang harus di laksanakan manusia sebagai tamu Allah di
dunia ini yaitu
pertama menjadikan masjid-mesjid sebagai rumah
bukan sebaliknya menjadikan rumah sebagai masjid pribadi, sebagai tamu
Allah kita disarankan melaksanakan sholat wajib bersama tamu-tamu Allah
yang lainnya di masjid secara berjama’ah dan melaksanakan sholat sunat
dirumah masing –masing,
yang kedua kita disuruh menjadikan hati
ini lembut, ramah,sopan dan patuh menjalankan aturan yang dibuat oleh
yang menerima kita sebagai tamuNya bukan sebaliknya memiliki hati yang
sombong, angkuh, keras hati dll,
yang ketiga kita dianjurkan
untuk sering berpikir sembari menangis, berpikir untuk masa depan dimana
kita tidak lagi menjadi tamu didunia tapi menjadi hamba yang
bertanggung jawab atas semua perbuatan selama menjadi tamu di dunia,
menangisi segala kekurangan dan kealfaan kita yang sebenarnya tidak
pantas di lakukan tamu terhadap yang menerimanya menjadi tamu.
Dan yang keempat rasulullah
melarang kita untuk memperturutkan kehendah hawa nafsu yang karenanya
kita akan terjebak dalam tiga perkara yaitu
keinginan untuk membangun
bangunan besar yang tidak akan dihuni selamanya tanpa memikirkan membuat
bangunan abadi di akherat kelak,
yang kedua keinginan untuk
menumpuk-numpukan banyak harta yang tidak mungkin bisa dimakan semuanya
tanpa menyisihkan sebagiannya untuk bekal di akherat kelak,
dan yang
ketiga keinginan untuk hidup selama-lamanya didunia ini tanpa menyadari
bahwa hidup didunia tidak
abadi, tidak seorangpun dari yang hidup semenjak zaman nabi Adam masih
hidup sampai sekarang ini, bermimpi ingin masuk sorga tanpa pernah
menempuh jalan menuju kesorga bagaimana mungkin sampai disana laksana
kapal tidak mungkin sampai keseberang sana tanpa pernah berlayar.
Fa’tabiruu ya Ulil
0 komentar:
Posting Komentar