Siapa Ibnu Haitham; Sang Penemu Kamera?
Pada zaman modern seperti sekarang, orang sudah tidak asing lagi
dengan salah satu alat untuk mengabadikan objek bernama kamera. Bahkan
di era informasi saat ini, kamera seolah-olah sudah menjadi alat yang
‘wajib’ dimiliki setiap orang, karena ukurannya sudah sedemikian ringkas
dan terintegrasi dengan alat komunikasi seperti telepon genggam.
Namun, tahukah Anda bahwa kamera adalah salah satu karya dari ilmuwan Muslim asal Iraq bernama Ibnu al-Haitham?
Kata ‘Kamera’ sebenarnya berasal dari bahasa arab yaitu kamrah yang
berarti ‘ruangan’. Kamrah yang dirancang oleh Ibnu Al-Haitham berfungsi
untuk membuat gambar objek jauh di dalam ruangan gelap. Kamrah ini
berkembang pesat dari waktu ke waktu, sebagaimana dapat kita lihat pada
perkembangan zaman saat ini, berbagai macam jenis kamera diciptakan,
mulai dari pocket, semi profesional, hingga yang profesional. Dari
kamera ‘analog’ yang membutuhkan film untuk mencetak gambar, hingga
kamera digital yang berkembang pesat saat ini.
Pada dasarnya rancangan semua kamera yang ada saat ini, prinsipnya sama dengan rancangan yang digunakan oleh Ibnu Haitham.
Ibnu Haitham atau Alhazen, begitu orang Barat menyebutnya, dunia
memberinya gelar kehormatan sebagai “Bapak Optik.” Bernama lengkap Abu
Ali Muhammad ibnu Al-Hasan ibnu Al-Haytham. Ia merupakan sarjana Muslim
terkemuka yang lahir di Basrah, Iraq pada tahun 965 M.
Penelitiannya tentang cahaya memberikan ilham kepada ahli sains Barat
seperti Boger, Bacon, dan Kepler yang menciptakan mikroskop serta
teleskop. Ibnu Haitham adalah orang pertama yang menulis dan menemukan
berbagai data penting mengenai cahaya. Karya tulisnya tak kurang dari
200 judul buku.
Dalam karya monumentalnya, Kitab Al-Manadhir, teori optik pertama kali dijelaskan. Hingga 500 tahun kemudian, teori Ibnu Haitham ini dikutip banyak ilmuwan.
Tak banyak orang yang tahu bahwa orang pertama yang menjelaskan soal
mekanisme penglihatan pada manusia (yang menjadi dasar teori optik
modern) adalah ilmuwan Muslim asal Iraq tersebut.
Selama lebih dari 500 tahun, kitab Al-Manadhir terus bertahan sebagai buku paling penting dalam ilmu optik. Pada 1572, karya Ibnu Haytham ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul “Opticae Thesaurus.”
Ibnu Haitham juga mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang
menggambarkan seluruh detil bagian indra pengelihatan manusia. Ia
memberikan penjelasan yang ilmiah tentang bagaimana proses manusia bisa
melihat. Salah satu teorinya yang terkenal adalah ketika ia mematahkan
teori penglihatan yang diajukan dua ilmuwan Yunani, yaitu Ptolemy dan
Euclid.
Namun sayang, karya ilmiahnya hanya sedikit yang tersisa. Bahkan
karya monumentalnya, Kitab Al-Manadhir, tidak diketahui lagi rimbanya.
Saat ini orang hanya bisa mempelajari terjemahannya yang ditulis dalam
bahasa Latin.
0 komentar:
Posting Komentar