Pada zaman teknologi informasi seperti ini, hidup kita bisa lebih gampang dijalani. Tapi, bisa juga malah jadi amburadul.
Tiap hari, media koran, Internet, dan
terutama televisi membombardir kita dengan beragam informasi. Kita
menjadi seperti didikte, harus begini harus begitu.
Orang sukses harus punya mobil mewah,
bajunya karya perancang terkenal, hangout di kafe kelas atas. Padahal,
informasi itu masih bisa diperdebatkan.
Masak sih, semua orang sukses dan kaya
harus berpenampilan kayak gitu? Gak usah jauh-jauh deh. Lihat Presiden
Joko Widodo. Dia terkenal sederhana, padahal kaya raya.
Begitu juga Bob Sadino. Pengusaha itu gemar memakai celana pendek ke mana-mana. Gak usah pakai jas dan celana bahan perlente.
Di sisi lain, ada yang beranggapan
bahwa orang kaya harus punya gaya hidup kaya juga. Seperti yang sering
ditampilkan di media-media.
Mereka yang memang terlahir kaya sih gak bakalan kepayahan mengikuti gaya hidup ala borju. Gimana jika hanya sok kaya? Gaya elite mereka didapat dari hal
yang mendatangkan musibah. Ada yang rela gak sarapan, makan siang, dan
jajan hanya untuk bisa makan malam di resto bintang lima malamnya.
Bahkan, yang lebih parah, banyak utang tapi gaya. Gaya yang mereka tampilkan adalah hasil utang.
Memang, pada dasarnya utang bukanlah
sesuatu yang buruk. Mana ada sih negara di dunia ini yang gak punya
utang? Amerika saja punya.
Tapi, keputusan berutang memerlukan
pertimbangan yang masak. Bukan asal utang sana-sini lalu akhirnya
tertimbun beban yang telanjur menumpuk liar itu.
Utang kartu kredit, misalnya. Alat pembayaran itu dibuat untuk dimanfaatkan menurut fungsinya.
Fungsi kartu kredit bukanlah alat
untuk berutang. Melainkan alat pembayaran! Tagihan yang tercatat dari
transaksi kita itu bukan untuk ditunda-tunda pembayarannya, tapi
dilunasi.
Gaya dari Utang
Jika kamu termasuk orang-orang yang
lebih mementingkan gaya ketimbang kesehatan finansial, belum telat untuk
berubah. Bagaimanapun, kesehatan finansial adalah fondasi dari
segalanya.
Kalau finansial kuat, otomatis
kebutuhan untuk menunjukkan kemakmuran akan lebih gampang dipenuhi. Mau
ngafe ke Starbucks, gak perlu puasa makan tiga hari tiga malam.
Tinggal ambil dana untuk hangout itu
dari bujet bulanan. Keberadaan bujet alias rencana anggaran adalah salah
satu pembeda antara mereka yang banyak utang tapi gaya dan banyak uang
tapi biasa saja.
Bujet menjadi patokan pengeluaran kita
tiap hari, juga tiap bulan. Kalau gak ada bujet, tanpa disadari bisa
besar pasak daripada tiang alias pengeluaran melebihi pemasukan.
Dalam kondisi ini, mau bergaya sekeren
apa pun gak akan ada artinya. Sebab, gaya itu berdiri di atas
kepalsuan, di atas fondasi keuangan yang rentan ambrol.
Berikut ini tips untuk refleksi diri terkait dengan gaya hidup:
1. Baju mahal belum tentu pas dipakai.
Pakaian adalah soal kenyamanan dan kepercayaan diri. Gak peduli
mereknya apa, jika pakaian itu nyaman dan kita percaya diri memakainya,
pakai saja.
2. Makanan mahal pasti sehat? Belum
tentu. Bahkan masakan rumahan jauh lebih menyehatkan ketimbang makanan
cepat saji ala Amerika. Dan yang juga penting, lebih murah.
3. Pelit dan ngirit itu beda. Jika
kita rela gak makan seharian hanya untuk bisa gaul di diskotik, itu
namanya pelit ke diri sendiri. “Puasa” yang terpaksa itu tentunya bakal
bikin kondisi tubuh terganggu, sakit, dan akhirnya keluar duit.
Sekeren apa pun penampilan luar, bakal
lebih keren kalau yang menopang bukanlah hasil utang. Apakah kamu salah
satu penganut paham banyak utang tapi gaya? Semoga bukan.
Tifanny
Image Credit:
- http://quantumbioenergi.com/wp-content/uploads/2016/03/Cara-Menjadi-Orang-Kaya-MENCARI-KEKAYAAN-ITU-MUDAH.jpg
- https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlx1pufqtOxelPQX_t-BPZT0Jc71e7GsX165VT6lQb2qF7hBBWOX5hN9JvPkaj0C8aFTA3TP95KSCmcVbMU_wB5PcZBLIeJJiItRik5RnDnrbHN_PxlFvhzlUejZKg0Gih6UrojWWSQ4iJ/s1600/billing+tagihan+kartu+kredit.jpg
- http://www.wowkeren.com/images/news/gaun-mahal-gigi.jpg
0 komentar:
Posting Komentar