Hakikat Hijrah, Berubah Menjadi Lebih Baik. Roda waktu memang terus bergulir mengikuti ketentuan-Nya. Manusia sebagai titah sewantah, makhluk ciptaaan Tuhan di muka bumi, tidak bisa mengelak dari ketentuan tersebut. Manusia lahir, tumbuh dan berkembang dalam kerangka waktu yang terus berjalan ke depan, dan tidak bisa mundur ke belakang. Waktu adalah peluang sekaligus tantangan bagi manusia untuk memanfaatkannya seperti apa selagi umur masih di kandung badan.
Tuhan memang dzat Yang Maha Adil dan Bijaksana. Setiap insan manusia diberikan waktu yang sama untuk menjalani hari-harinya. Sehari semalam dua puluh empat jam, tujuh hari dalam satu mingggu, tiga puluh hari dalam satu bulan, dan tiga ratus enam puluh lima hari dalam satu tahun. Soal efisien atau efektivitas seseorang dalam memanfaatkan waktunya, Tuhan memberikan keleluasaan yang seluas-luasnya kepada masing-masing pribadi untuk mengatur diri. Hitungan umur senantiasa terus bertambah, tetapi jatah usia hidup manusia di dunia justru semakin berkurang sampai batas akhir maut menjemput dan mengakhiri hidup seseorang di alam fana.
Warna-warni sifat dan sikap seseorang sangat dipengaruhi faktor lingkungan masyarakat di mana ia berada. Jauh sekitar lima belas abad silam, Nabi Muhammad berada di tengah-tengah sebuah kaum yang masih kukuh memegang ciri dan tradisi kejahiliyahannya. Perbudakan, diskrimanasi gender antara kaum lelaki dan perempuan, praktik-praktik kemusyrikan dan kemunafikan merupakan bagian keseharian masyarakat Mekkah kala itu.
Muhammad hadir membawa nubuwwah sekaligus risalah untuk menyampaikan kabar gembira bagi kaum yang diberi petunjuk. Kehadiran Islam, agama damai dan yang mendamaikan, menjadi harapan baru bagi terwujudnya peradaban manusia yang lebih berkeadilan dan bermartabat. Manusia, menurut Islam, dilahirkan dalam keadaan suci dan memiliki hak asasi yang sama tanpa kecuali. Islam datang membawa kesamaan derajat diantara sesama anak manusia. Islam menentang diskriminasi diantara sesama manusia, terlebih sebuah sistem perbudakan dan jual beli manusia.
Bagi Allah kemulian manusia tidak dilihat dari asal usul keturunan, kebangsawanan, kekayaan, kecantikan, kepandaian, dan segala parameter material yang lain, karena semulia-mulianya manusia di hadapan Tuhan adalah yang paling tinggi keimanan dan ketaqwaaannya. Inna aqramakum ‘indallahi atqokum. Lebih lanjut, sebaik-baiknya manusia di tengah kehidupan masyarakat adalah manusia yang paling bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Khoirunnas anfauhum linnas.
Prinsip persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi di antara sesama anak manusia inilah yang mengusik kepentingan para elit suku dan tokoh masyarakat Mekkah yang merasa terorongrong “hak istimewanya”. Maka segala daya dan upaya dilakukan untuk menghambat dakwah Muhammad. Teror, ancaman, penyiksaan hingga fitnah keji dilancarkan oleh kaum musyrikin terhadap kaum muslimin. Siksaan lahir dan batin tersebut menjadikan dakwah Islam menjadi kurang berkembang di kota Mekkah. Mekkah tidak lagi kondusif untuk penegakan risalah Islam. Maka kemudian hijrahlah kaum musliman menuju kota Yasrib, yang kemudian lebih dikenal sebagai Madinah Al Munawaroh.
Hakikat hijrah para pengikut Muhammad adalah berpindah dari lingkungan masyarakat yang tidak baik menuju ke lingkungan baru yang jauh lebih baik bagi tersemai, tumbuh, dan berkembangnya nilai-nilai keislaman. Momentum hijrah merupakan momentum kebangkitan spiritualitas baru. Spirit dan semangat inilah yang kemudian dijadikan tonggak sejarah penentuan tahun baru Islam yang digagas di masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khatab. Titik pijak inilah yang kini diperingati kaum muslimin sebagai Tahun Baru Hijriyyah yang jatuh pada setiap tanggal 1 Muharram.
Kebajikan dan kebatilan merupakan dua sisi kehidupan yang akan senantiasa hadir secara berpasangan. Selama dunia masih berputar, selama kiamat belum datang, perang abadi antara kebajikan dan kebatilan akan terus berlangsung. Manusia baik akan selalu berhadapan dengan manusia jahat. Dengan demikian akan selalu ada warna kebaikan dan kebatilan dalam sebuah lingkungan kehidupan manusia. Manusia dan lingkungannya berinteraksi satu sama lain dan saling mempengaruhi terhadap watak, sikap, dan akhlak seseorang. Manusia yang berada pada lingkungan yang kondusif terhadap tumbuh dan kembangnya nilai-nilai kebajikan akan memiliki sifat-sifat kebajikan. Sebaliknya, manusia yang berada pada lingkungan yang memberikan pengaruh kebatilan juga akan membawa kecenderungan manusia untuk berakhlak rendah.
Tantangan dunia modern di era globalisasi saat ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi manusia untuk semakin mempertinggi harkat dan martabatnya, atau bisa juga justru menjerumuskan manusia ke dalam lembah kehinaan yang lebih hina dari derajat binatang. Keimanan, ketaqwaan, kejujuran, keadilan, dan segala nilai positif yang lain akan mendorong manusia menuju hakikat kemuliannya. Sedangkan kekufuran, kemunafikan, ketidakadilan, ketidakjujuran, termasuk korupsi dan kolusi serta nepotisme akan merendahkan derajat manusia. Inilah permasalahan klasik dan abadi dari masa ke masa.
Hijrah atau kepindahan manusia di era kini tentu saja berbeda konteksnya dibandingnya hijrahnya Muhammad SAW dan kaumnya pada lima belas abad yang silam. Apabila hijrah di masa Nabi lebih berdimensi hijrah lahir dan batin, hijrah fisik sekaligus mental, maka hijrah di masa kini lebih bermakna batiniah dan spiritualistik. Secara fisik, dengan kemajuan teknologi, manusia memiliki mobilitas dan aktivitas yang semakin tidak terikat oleh batasan ruang dan waktu. Manusia bebas pindah dan bergerak kemanapun hingga ke penjuru dunia. Dengan demikian hijrah atau kepindahan dari sikap, sifat, serta tindakan yang tercela menuju kepada sikap, sifat dan tindakan yang lebih mulia, dari kehidupan yang belum baik menuju kepada kehidupan yang lebih baik menjadi intisari atau hakikat hijrah di masa modern.
Semoga dengan momentum Tahun Baru Hijriyyah kali inipun, kita sebagai seorang muslim, sebagai bagian dari anggota masyarakat, sebagai komponen anak bangsa dan warga Negara dapat memaknainya lebih dalam untuk meraih kehidupan yang lebih baik, menjadi baik dan lebih baik lagi, serta menjadi manusia yang lebih manusiawi. Dengan demikian dunia akan menjadi lebih tentram dan indah di masa depan. Mari kita renungkan bersama.
0 komentar:
Posting Komentar