Senin, 04 Juni 2012

Maafkan Keterbatasan Orang Lain


Andakah Orang Yang Berhati Emas? Andakah si hati emas? sosok yang paham tentang ketidaksempurnaan dirinya, dan memaafkan ketidaksempurnaan orang lain.” Sungguh tidak mudah ketika harus memaafkan ketidak­sempurnaan orang lain. Kebanyakan lebih mudah menuntut orang lain sesuai dengan apa yang kita inginkan, meski kita sadar bahwa tuntutan yang berlebihan akan berujung pada kekecewaan.


Seorang sahabat yang selalu memimpikan sahabatnya yang lain selalu ada di saat suka dan duka, maka bersiaplah untuk kecewa karena memang tidak ada yang bisa ideal untuk ber­sama dengan kita di saat suka dan duka. Seorang teman yang berharap kehadiran teman-temannya untuk mendengarkan segala keluh kesah maka bersiaplah untuk kecewa karena se­jatinya semua orang ingin didengarkan tapi belum tentu mau hadir untuk mendengarkan orang lain.

Tidak mudah bukan, banyak pemimpin yang kecewa terhadap kinerja anak buahnya dan banyak pula anak buah yang dikecewakan dengan kebijakan pimpinan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Banyak guru yang berharap muridnya bisa mencerna apa yang dia berikan, tapi di sisi lain banyak murid yang ingin gurunya dapat mengajar sebagaimana yang mereka inginkan.

Manusia menuntut kesempurnaan sedangkan kehidupan menjanjikan realita yang tidak pernah sempurna.
Dulu aku pun demikian, hingga seorang sahabat berbicara kepadaku dari hati ke hati. Dia menitipkan sebuah pesan bahwa 

“jika kita tidak bisa sempurna di hadapan orang lain maka jangan pernah menuntut kesempurnaan orang lain. Berdamailah dengan memahami segala keterbatasan diri dan maafkanlah keterbatasan orang lain.”

Aku pun bertanya kepadanya 

“lalu kepada siapa harus dititipkan harapan yang kita inginkan, di saat siapa pun tidak menjamin bisa mewujudkan apa yang kita harapkan.”

Dia tersenyum dan mengacungkan jarinya ke atas.

“Kita punya Allah, Dialah yang Maha sempurna, dan bagi-Nya tidak ada jalan buntu, dan kesempurnaan-Nyalah yang akan mengabulkan segala yang terbaik yang kamu harapkan atau yang tidak pernah engkau perkirakan sekalipun.”

Aku pun khusyuk mendengarkan hingga dia kembali me­nepuk pundakkmu dan mengatakan.

“Saat kau sadar akan kesempurnaan-Nya maka berhentilah mengharapkan kesempurnaan manusia, pahami keterbatasanmu dan maafkanlah ketidaksempurnaan orang lain, jadilah orang yang berhati emas yang menganggap setiap kekurangan orang lain adalah biasa karena dia pun paham tentang berjuta-juta kekurangan yang ada pada dirinya. Insya Allah hidup ini akan tenang dan terhindarkan dari kekecewaan yang menenggelamkan.”

Jangan pernah bergantung kepada manusia bila ada Allah yang menyenangi hamba-Nya menggantungkan segala urus­an kepada-Nya. Allahushomad-Allah tempat kami bergan­tung.

Andakah orang yang berhati emas itu?
Disadur dari buku Tuhan Tidak Tidur, Penulis: Havabe Dita Hijratullail.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution