SEMATKAN RASA IKHLAS DALAM HATI
ASSALAMU'ALAIKUM WR,WB. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM
Kata yang begitu sempurna untuk di ucapkan., walau dalam penerapannya
tidak begitu mudah semudah melipatkan lidah untuk mengucapkannya.
Begitu mudah untuk mengucapkan kata tersebut. Namun, apakah kita-kita ini benar-benar Yakin bahwa perasaannya betul-betul dalam keadaan Ikhlas ketika mengucapkan kata itu...?
APA ITU IKHLAS.
Definisi
ikhlas menurut para ulama memang berbeda-beda, namun tujuannya tetap
sama, yaitu mengikhlaskan berbagai aktivitas untuk mendekatkan diri
hanya pada Allah saja. Diantaranya :
Ar-Raghib mendefinisikan, “Ikhlas ialah mengikhlaskan niat hanya karena Allah.”
Sementara Abul Qasim al-Qusyairi mendefinisikan, “Mengesakan Allah SWT
dalam berbiadah dengan niat, dalam lakukan keta’atan, hanya berharap
pada Allah saja. Tidak berpura-pura pada makhluk & mengharapkan
pujian atau supaya disayangi orang lain, atau dengan lakukan berbagai
cara untuk mendekatkan diri pada selain Allah.”
Ikhlas dalam buku-buku Bahasa ialah membersihkan dan membedakan sesuatu dari segala bentuk kotoran yang menghinggapinya.
Sementara “al-Khilash” ialah emas dan perak yang sudah dibersihkan dengan api. Makna-makna ini tertuang dalam Al-Qur’an,
“…Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah… (QS. An-Nahl [16]:
66)
Sedangkan yang dimaksud dengan firman Allah “Khalashuu
Najiyya ” pada saudara-saudara Yusuf ialah, Mereka menghindar dan
berpisah darinya.
Dan yang dimaksud dalam ayat saat Allah
menceritakan orang-orang musyrik “Khalishatan Lidzukuurina ,” maksudnya
ialah, hanya kaum laki-laki saja yang boleh menikmatinya.
Allah
SWT berfirman, “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa
pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus
(untuk mereka saja) di hari kiamat…”. (QS. Al-A ‘raf [7]: 32)
Maksudnya ialah, tak seorang kafir pun menyertai mereka dalam menikmatinya.
Dari sini dapat dipahami, bahwa antara makna Bahasa dan istilah ada
keserasian, maka tujuan ikhlas ialah membersihkan niat pada Allah dari
segala kerusakan yang mencampurinya, sehingga ibadah hanya akan tertuju
pada Allah saja, bukan pada yang lain-lain.
SUNGGUH SULITNYA IKHLAS
Keikhlasan yang sesungguhnya, ialah tugas yang sangat berat untuk
ditunaikan oleh manusia. Namun demikian, kesulitan ini tidak begitu
dirasakan oleh orang awam, sementara para ulama merasakannya sangat
berat dan sulit. Betapa banyak ulama dan orang-orang saleh yang
merasakan berat dan sulitnya ikhlas. Sufyan ats-Tsauri berkata: “Aku
tidak pernah menghadapi sesuatu yang paling berat untuk diluruskan
selain niatku, ia selalu berubah dan menyeretku.”
Oleh arena itu, Rasulallah S.A.W sering berdoa sebagaimana sabdanya,
“Wahai dzat yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, No. 49, 124 dan Ibnu Majah)
Rasulallah S.A.W sering mengatakan, “Tidak, Demi dzat yang membolak balikkan hati.” HR. Bukhari, lihat Fathul Bari 13/377)
Hati memang sering mengalami perubahan saat menentukan suatu niat.
Siapa yang ingin mengetahui lebih dalam, perhatikanlah bagaimana niat
begitu cepat berubah dalam waktu yang sangat singkat. Rasulullah saq
bersabda :
“Semua hati berada dalam genggaman Allah, jika Allah
berkehendak, Dia akan menjadikannya istiqamah, dan jika Allah
berkehendak, Dia akan mencabut keistiqamahannya, begitu juga Mizan, ia
berada dalam genggaman Allah, dan Allah akan mengangkat suatu kaum dan merendahkan kaum yang lain, hingga kiamat datang.” (HR. Ahmad
dalam Musnadnya, Ibnu Majah dalam Sunannya dan Hakim dalam
Mustadraknya. Lihat: Shahih al-Jami’ 5/5623)
Rasulallah S.A.W
juga bersabda,“Sungguh, hati anak Adam itu lebih cepat berpaling
daripada air yang sedang mendidih.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya dan
Hakim dalam Mustadraknya dari Miqdad. Lihat: Kanzul ‘Ummal 1/216)
Penyebab berpalingnya hati ialah karena banyaknya masalah yang
dihadapi. Sedangkan hati, menurut Sahl bin ‘Abdullah ialah, “Sangat
halus dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal sepele.”
Al-Harits al-Muhasibi menjelaskan hal-hal yang biasa mempengaruhi hati, yaitu terdiri dari tiga faktor:
Pertama: Berupa teguran dari Allah SWT. Rasulallah S.A.W bersabda,
“Siapa yang Allah kehendaki menjadi hamba yang baik, maka Allah akan menjadikan baginya penegur dalam hatinya.”
Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W juga bersabda, “Allah memberikan
perumpamaan jalan yang lurus dan di kedua sisinya terdapat dinding, di
dinding itu ada pintu-pintu yang terbuka, dan pada setiap pintu ada
hijab yang menutupi, sementara diatasnya ada orang yang memanggil: Wahai
manusia, tempuhlah halan ini dengan baik dan janganlah kalian sampai
menyimpang. Lalu ada lagi seorang penyeru, saat seseorang ingin membuka
hijab salah satu pintu itu, dia berkata: Celaka kamu, janganlah kamu
buka pintu itu. Karena, bila kamu membukanya, maka kamu harus
memasukinya.
Jalan yang dimaksud itu ialah agama Islam, dua pagar
yang disebutkan itu ialah aturan dan ketentuan Allah SWT, sedangkan
pintu-pintu yang terbuka itu ialah semua hal yang diharamkan Allah,
sementara penyeru yang berada di jalan itu ialah Al-Qur’an dan penyeru
dari atas jalan itu ialah petugas Allah yang berada dalam hati
manusia.”
Al-Muhasibi berkata, penegur yang Allah tugaskan akan
selalu berada dalam hati seorang muslim, dan Allah akan menumbuhkan
perasaan dalam hatinya, atau dengan menugaskan seorang malaikat untuk
lakukan itu.
Kedua: Tipu daya dan was-was yg dihembuskan setan,
Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk segera berlindung pada Allah
dari bujuk rayu setan,
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan
syaitan maka berlindunglah pada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-a ‘raf [7]: 200)
Allah memberitahu bahwa setan selalu berusaha menggoda dan merayu manusia,
“(Berlindung)-lah dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” QS.
Naas: 4-5
Allah memang memberi kemampuan pada setan untuk
menyelinap ke dalam hati manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulallah S.A.W
menjelaskan,
“Sesungguhnya setan memasuki pembuluh darah anak Adam.” (HR. Bukhari & Muslim)
Tujuannya ialah untuk membisikkan kejahatan pada manusia, tapi bila
seorang hamba berzikir mengingat Allah, maka setan itu akan lari.
Setan akan selalu berusaha menghiasi kejahatan dan maksiat supaya dilakukan oleh manusia. Allah SWT berfirman,
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan
itu pada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat
dengan sungguh-sungguh?,” (QS. Maryam [19]: 83)
Maksudnya ialah, setan selalu mengajak mereka untuk lakukan perbuatan maksiat dan dosa dengan segala usaha.
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang
menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di
belakang mereka...”
(QS. Fushshilat [41]: 25)
Dan Allah SWT menjelaskan bagaimana tipu daya dan bujuk rayu setan untuk menyesatkan manusia. Allah berfirman,
“Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar
akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan
(untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah)…”
(QS. An-Nisa [4]: 118-119)
Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W bersabda,
“Sesungguhnya setan selalu menghadang manusia dalam segala kesempatan,
ia menghadangnya di jalan Islam dan berkata: Apakah kamu akan masuk
Islam, lalu meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu. Namun
demikian, hamba ini tidak menghiraukan rayuan itu dan tetap memeluk
agama Islam.
Lalu setan merayunya di jalan hijrah dan berkata:
Apakah kamu akan hijrah dan meninggalkan kampong halaman dan tanah
tumpah darahmu?
Sesungguhnya perumpamaan orang yang hijrah itu
tak obahnya seperti kuda dalam perjalanan, hamba itu pun tidak
menghiraukan bujuk rayu setan ini, dan dia pun tetap hijrah.
Lalu setan merayunya di jalan jihad, yaitu berjihad dengan jiwa raga dan harta benda, setan akan berkata: Apakah kamu akan membunuh, akan
rela terbunuh, lalu isterimu akan dinikahi orang lain dan harta
kekayaanmu akan dibagi-bagikan? Hamba itu pun tidak peduli dengan bujuk
rayu setan yang terkutuk ini, lalu dia pun berjuang di jalan Allah.”
(HR. Ahmad dalam Musnadnya, lihat juga Ighatsatu al-Lahfan 1/101)
Dan diantara hikmah Allah menciptakan hati manusia sebagai medan
perjuangan ialah, karena hati selalu dipengaruhi oleh malaikat dan
setan, terkadang ia dibimbing oleh malaikat dan pada kesempatan lain,
ia dikuasai oleh setan.
Allah SWT berfirman, “Syaitan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nyadan karunia…” (QS. [2]: 268)
Rasulallah S.A.W menjelaskan hal itu dalam sabdanya,
“Sesungguhnya malaikat dan setan akan mempengaruhi hati manusia.
Adapun pengaruh malaikat, ialah berupa ajakan lakukan kebaikan dan
membenarkan janji-janji Allah, sedangkan ajakan setan, ialah menjanjikan
kejahatan dan mendustakan apa-apa yang Allah janjikan, lalu
Rasulallah S.A.W membaca firman Allah,
“Setan menjanjikan
(menakut-nakuti) kalian, dengan kemiskinan dan menyuruh kalian berbuat
kejahatan (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia
untuk kalian dari-Nya.” (HR. Tirmidzi, l;ihat Misykah 1/28)
Ibnul
Qayyim menerangkan hadits ini, “Malaikat dan setan selalu datang
silih berganti ingin menguasai hati manusia seperti silih bergantinya
siang dan malam. Ada manusia yang waktu malamnya lebih panjang dari
siang, sementara yang lain lebih panjang siangnya dan ada pula yang
semua waktunya hanya siang saja, sementara yang lain hanya malam saja.”
Hasan Basri berkata, “Keduanya (malaikat dan setan) ialah kebimbangan
yang senantiasa menguasai hati manusia, ada kebimbangan yang datang
dari Allah dan ada pula yang datang dari musuh Allah, dan Allah
merahmati hamba yang berpikir saat menghadapi kebimbangan, jika ia
datang dari Allah, maka dia akan melaksanakannya, dan jika ia datang
dari setan, maka dia akan berusaha menundukkannya.”
Bila setan
berusaha menguasai manusia dan membujuk dengan berbagai cara, maka
semua jasad manusia itu akan rusak secara total. Rasulallah S.A.W
bersabda,
“Ketahuilah, bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal
darah, bila ia baik, maka akan baiklah jasad itu secara keseluruhan dan bila ia rusak, maka akan rusak pulalah jasad itu secara
keseluruhan. Ketahuilah, segumpal darah itu ialah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W bersabda,
“Sesungguhnya amal itu ialah seperti bejana, bila bagian bawahnya
bersih, maka bagian atasnya juga akan ikut bersih dan bila bagian
dalamnya kotor, maka bagian atasnya juga akan ikut kotor.”
(HR. Ibnu Majah & Ahmad)
Ibnul Qayyim berkata,
“Setan mampu menyihir akal, sehingga terpedaya, tidak ada yang selamat
dari tipu dayanya selain orang yang dijaga oleh Allah SWT. Setan selalu
memperindah perbuatan jahat jadi kebaikan yang sangat berharga dan
menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan yang paling bernilai,
sehingga dia menganggapnya sebagai suatu amal yang paling berbahaya dan tak berharga.
Tidak ada Tuhan selain Allah, betapa banyak
manusia yang ditipu dan dirayu setan, betapa banyak hati manusia yang
dihalangi dari iman, Islam dan ihsan dan betapa banyak kebatilan
yang lebih ditonjolkan dan dianggap kebaikan. Sementara kebaikan,
sengaja dikubur dan diperlihatkan seperti sesuatu yang tidak baik!
Betapa banyak orang-orang rakus yang menikah dengan orang-orang yang
arif! Inilah salah satu tipu daya setan terhadap akal manusia, ia akan
senantiasa berusaha menjerumuskan dan membujuk manusia agar mau
memperturutkan hawa nafsu, hingga akhirnya mengikuti semua jalan
kesesatan satu persatu dengan perlahan tapi pasti.”
Ketiga: Pihak
ketiga yang mempengaruhi hati ialah sebagaimana yang dikemukakan oleh
al-Muhasibi: Nafsu akan selalu mengajak manusia untuk lakukan perbuatan
tercela, mengajak pada kedurhakaan dan kejahatan.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak pada kejahatan.” (QS. Yusuf [12]: 53)
Nabi Ya’qub as berkata pada anak-anaknya saat mereka mengatakan bahwa
srigala telah mencabik-cabik dan memakan jasad Yusuf as.
“Sebenarnya kalian-lah yang memandang baik perbuatan (yang buruk).”
(QS. Yusuf [12]: 18)
Allah SWT menjelaskan
kisah seorang manusia yang membunuh saudaranya sendiri, “Maka hanya
nafsu Qabil-lah yang menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya.” (QS. Al-maidah[5]: 30)
Nafsu amarah biasanya ditunggangi oleh berbagai keinginan dan
syahwat. Oleh sebab itu, seorang muslim hanya akan selamat dalam
menghadapi perjuangan ini dengan menundukkan dan mengalahkan keinginan
hawa nafsu itu sendiri.
Inilah tiga faktor yang senantiasa
mempengaruhi hati manusia, seorang hamba hendaklah selalu siap untuk
menyelamatkan diri dari wayuan hawa nafsunya, berusaha mengekang dan
mengendalikan nafsu amarah, mempersiapkan segala sesuatu untuk memerangi dan menundukkan musuh; yaitu setan, berperang melawan setan dengan
senjata yang sudah Allah berikan, yaitu dzikir, membaca ayat-ayat
Al-Qur’an dan beribadah serta lakukan berbagai kebaikan lainnya.
HANYA ALLAH SWT TUJUAN KITA
Berharap dan berniat hanya karena Allah, bukan tidak punya alasan
yang logis dan tujuan yang hakiki dalam membimbing akal menuju
ketenangan dan kedamaian jiwa. Berikut ini akan kita kemukakan
sebagian hakikat yang akan diwujudkan oleh niat yang ikhlas dalam
beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Semoga ini semua menjadi amal ilmu dengan pahala tak putus
bagi kita semua dan bagi saudara saudari yang mengikutinya.
MOHON DI
SEBARKAN
( Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits Rasul, Serta Pendapat para Ulama )
0 komentar:
Posting Komentar