Rabu, 11 Februari 2015

Mencari Ilmu Ikhlas

SEMATKAN RASA IKHLAS DALAM HATI

ASSALAMU'ALAIKUM WR,WB. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Kata yang begitu sempurna untuk di ucapkan., walau dalam penerapannya tidak begitu mudah semudah melipatkan lidah untuk mengucapkannya.

Begitu mudah untuk mengucapkan kata tersebut. Namun, apakah kita-kita ini benar-benar Yakin bahwa perasaannya betul-betul dalam keadaan Ikhlas ketika mengucapkan kata itu...?
APA ITU IKHLAS.


Definisi ikhlas menurut para ulama memang berbeda-beda, namun tujuannya tetap sama, yaitu mengikhlaskan berbagai aktivitas untuk mendekatkan diri hanya pada Allah saja. Diantaranya :

Ar-Raghib mendefinisikan, “Ikhlas ialah mengikhlaskan niat hanya karena Allah.”

Sementara Abul Qasim al-Qusyairi mendefinisikan, “Mengesakan Allah SWT dalam berbiadah dengan niat, dalam lakukan keta’atan, hanya berharap pada Allah saja. Tidak berpura-pura pada makhluk & mengharapkan pujian atau supaya disayangi orang lain, atau dengan lakukan berbagai cara untuk mendekatkan diri pada selain Allah.”

Ikhlas dalam buku-buku Bahasa ialah membersihkan dan membedakan sesuatu dari segala bentuk kotoran yang menghinggapinya.

Sementara “al-Khilash” ialah emas dan perak yang sudah dibersihkan dengan api. Makna-makna ini tertuang dalam Al-Qur’an,

“…Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah… (QS. An-Nahl [16]: 66)

Sedangkan yang dimaksud dengan firman Allah “Khalashuu Najiyya ” pada saudara-saudara Yusuf ialah, Mereka menghindar dan berpisah darinya.

Dan yang dimaksud dalam ayat saat Allah menceritakan orang-orang musyrik “Khalishatan Lidzukuurina ,” maksudnya ialah, hanya kaum laki-laki saja yang boleh menikmatinya.

Allah SWT berfirman, “Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat…”. (QS. Al-A ‘raf [7]: 32)

Maksudnya ialah, tak seorang kafir pun menyertai mereka dalam menikmatinya.

Dari sini dapat dipahami, bahwa antara makna Bahasa dan istilah ada keserasian, maka tujuan ikhlas ialah membersihkan niat pada Allah dari segala kerusakan yang mencampurinya, sehingga ibadah hanya akan tertuju pada Allah saja, bukan pada yang lain-lain.

SUNGGUH SULITNYA IKHLAS

Keikhlasan yang sesungguhnya, ialah tugas yang sangat berat untuk ditunaikan oleh manusia. Namun demikian, kesulitan ini tidak begitu dirasakan oleh orang awam, sementara para ulama merasakannya sangat berat dan sulit. Betapa banyak ulama dan orang-orang saleh yang merasakan berat dan sulitnya ikhlas. Sufyan ats-Tsauri berkata: “Aku tidak pernah menghadapi sesuatu yang paling berat untuk diluruskan selain niatku, ia selalu berubah dan menyeretku.”

Oleh arena itu, Rasulallah S.A.W sering berdoa sebagaimana sabdanya,

“Wahai dzat yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, No. 49, 124 dan Ibnu Majah)

Rasulallah S.A.W sering mengatakan, “Tidak, Demi dzat yang membolak balikkan hati.” HR. Bukhari, lihat Fathul Bari 13/377)

Hati memang sering mengalami perubahan saat menentukan suatu niat. Siapa yang ingin mengetahui lebih dalam, perhatikanlah bagaimana niat begitu cepat berubah dalam waktu yang sangat singkat. Rasulullah saq bersabda :

“Semua hati berada dalam genggaman Allah, jika Allah berkehendak, Dia akan menjadikannya istiqamah, dan jika Allah berkehendak, Dia akan mencabut keistiqamahannya, begitu juga Mizan, ia berada dalam genggaman Allah, dan Allah akan mengangkat suatu kaum dan merendahkan kaum yang lain, hingga kiamat datang.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Ibnu Majah dalam Sunannya dan Hakim dalam Mustadraknya. Lihat: Shahih al-Jami’ 5/5623)

Rasulallah S.A.W juga bersabda,“Sungguh, hati anak Adam itu lebih cepat berpaling daripada air yang sedang mendidih.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya dan Hakim dalam Mustadraknya dari Miqdad. Lihat: Kanzul ‘Ummal 1/216)

Penyebab berpalingnya hati ialah karena banyaknya masalah yang dihadapi. Sedangkan hati, menurut Sahl bin ‘Abdullah ialah, “Sangat halus dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal sepele.”

Al-Harits al-Muhasibi menjelaskan hal-hal yang biasa mempengaruhi hati, yaitu terdiri dari tiga faktor:

Pertama: Berupa teguran dari Allah SWT. Rasulallah S.A.W bersabda,

“Siapa yang Allah kehendaki menjadi hamba yang baik, maka Allah akan menjadikan baginya penegur dalam hatinya.”

Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W juga bersabda, “Allah memberikan perumpamaan jalan yang lurus dan di kedua sisinya terdapat dinding, di dinding itu ada pintu-pintu yang terbuka, dan pada setiap pintu ada hijab yang menutupi, sementara diatasnya ada orang yang memanggil: Wahai manusia, tempuhlah halan ini dengan baik dan janganlah kalian sampai menyimpang. Lalu ada lagi seorang penyeru, saat seseorang ingin membuka hijab salah satu pintu itu, dia berkata: Celaka kamu, janganlah kamu buka pintu itu. Karena, bila kamu membukanya, maka kamu harus memasukinya.

Jalan yang dimaksud itu ialah agama Islam, dua pagar yang disebutkan itu ialah aturan dan ketentuan Allah SWT, sedangkan pintu-pintu yang terbuka itu ialah semua hal yang diharamkan Allah, sementara penyeru yang berada di jalan itu ialah Al-Qur’an dan penyeru dari atas jalan itu ialah petugas Allah yang berada dalam hati manusia.”

Al-Muhasibi berkata, penegur yang Allah tugaskan akan selalu berada dalam hati seorang muslim, dan Allah akan menumbuhkan perasaan dalam hatinya, atau dengan menugaskan seorang malaikat untuk lakukan itu.

Kedua: Tipu daya dan was-was yg dihembuskan setan, Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk segera berlindung pada Allah dari bujuk rayu setan,

“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah pada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-a ‘raf [7]: 200)

Allah memberitahu bahwa setan selalu berusaha menggoda dan merayu manusia,

“(Berlindung)-lah dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” QS. Naas: 4-5

Allah memang memberi kemampuan pada setan untuk menyelinap ke dalam hati manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulallah S.A.W menjelaskan,

“Sesungguhnya setan memasuki pembuluh darah anak Adam.” (HR. Bukhari & Muslim)

Tujuannya ialah untuk membisikkan kejahatan pada manusia, tapi bila seorang hamba berzikir mengingat Allah, maka setan itu akan lari.

Setan akan selalu berusaha menghiasi kejahatan dan maksiat supaya dilakukan oleh manusia. Allah SWT berfirman,

“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu pada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan sungguh-sungguh?,” (QS. Maryam [19]: 83)

Maksudnya ialah, setan selalu mengajak mereka untuk lakukan perbuatan maksiat dan dosa dengan segala usaha.

Allah SWT berfirman, “Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka...” (QS. Fushshilat [41]: 25)

Dan Allah SWT menjelaskan bagaimana tipu daya dan bujuk rayu setan untuk menyesatkan manusia. Allah berfirman,

“Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah)…” (QS. An-Nisa [4]: 118-119)

Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W bersabda,

“Sesungguhnya setan selalu menghadang manusia dalam segala kesempatan, ia menghadangnya di jalan Islam dan berkata: Apakah kamu akan masuk Islam, lalu meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu. Namun demikian, hamba ini tidak menghiraukan rayuan itu dan tetap memeluk agama Islam.

Lalu setan merayunya di jalan hijrah dan berkata: Apakah kamu akan hijrah dan meninggalkan kampong halaman dan tanah tumpah darahmu?

Sesungguhnya perumpamaan orang yang hijrah itu tak obahnya seperti kuda dalam perjalanan, hamba itu pun tidak menghiraukan bujuk rayu setan ini, dan dia pun tetap hijrah.

Lalu setan merayunya di jalan jihad, yaitu berjihad dengan jiwa raga dan harta benda, setan akan berkata: Apakah kamu akan membunuh, akan rela terbunuh, lalu isterimu akan dinikahi orang lain dan harta kekayaanmu akan dibagi-bagikan? Hamba itu pun tidak peduli dengan bujuk rayu setan yang terkutuk ini, lalu dia pun berjuang di jalan Allah.” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, lihat juga Ighatsatu al-Lahfan 1/101)

Dan diantara hikmah Allah menciptakan hati manusia sebagai medan perjuangan ialah, karena hati selalu dipengaruhi oleh malaikat dan setan, terkadang ia dibimbing oleh malaikat dan pada kesempatan lain, ia dikuasai oleh setan.

Allah SWT berfirman, “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nyadan  karunia…” (QS. [2]: 268)

Rasulallah S.A.W menjelaskan hal itu dalam sabdanya,

“Sesungguhnya malaikat dan setan akan mempengaruhi hati manusia. Adapun pengaruh malaikat, ialah berupa ajakan lakukan kebaikan dan membenarkan janji-janji Allah, sedangkan ajakan setan, ialah menjanjikan kejahatan dan mendustakan apa-apa yang Allah janjikan, lalu Rasulallah S.A.W membaca firman Allah,

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian, dengan kemiskinan dan menyuruh kalian berbuat kejahatan (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia untuk kalian dari-Nya.” (HR. Tirmidzi, l;ihat Misykah 1/28)

Ibnul Qayyim menerangkan hadits ini, “Malaikat dan setan selalu datang silih berganti ingin menguasai hati manusia seperti silih bergantinya siang dan malam. Ada manusia yang waktu malamnya lebih panjang dari siang, sementara yang lain lebih panjang siangnya dan ada pula yang semua waktunya hanya siang saja, sementara yang lain hanya malam saja.”

Hasan Basri berkata, “Keduanya (malaikat dan setan) ialah kebimbangan yang senantiasa menguasai hati manusia, ada kebimbangan yang datang dari Allah dan ada pula yang datang dari musuh Allah, dan Allah merahmati hamba yang berpikir saat menghadapi kebimbangan, jika ia datang dari Allah, maka dia akan melaksanakannya, dan jika ia datang dari setan, maka dia akan berusaha menundukkannya.”

Bila setan berusaha menguasai manusia dan membujuk dengan berbagai cara, maka semua jasad manusia itu akan rusak secara total. Rasulallah S.A.W bersabda,

“Ketahuilah, bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal darah, bila ia baik, maka akan baiklah jasad itu secara keseluruhan dan bila ia rusak, maka akan rusak pulalah jasad itu secara keseluruhan. Ketahuilah, segumpal darah itu ialah hati.” (HR. Bukhari  dan  Muslim)

Dalam hadits lain Rasulallah S.A.W bersabda, “Sesungguhnya amal itu ialah seperti bejana, bila bagian bawahnya bersih, maka bagian atasnya juga akan ikut bersih dan bila bagian dalamnya kotor, maka bagian atasnya juga akan ikut kotor.” (HR. Ibnu Majah & Ahmad)

Ibnul Qayyim berkata, “Setan mampu menyihir akal, sehingga terpedaya, tidak ada yang selamat dari tipu dayanya selain orang yang dijaga oleh Allah SWT. Setan selalu memperindah perbuatan jahat jadi kebaikan yang sangat berharga dan menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan yang paling bernilai, sehingga dia menganggapnya sebagai suatu amal yang paling berbahaya dan tak berharga.

Tidak ada Tuhan selain Allah, betapa banyak manusia yang ditipu dan dirayu setan, betapa banyak hati manusia yang dihalangi dari iman, Islam dan ihsan dan betapa banyak kebatilan yang lebih ditonjolkan dan dianggap kebaikan. Sementara kebaikan, sengaja dikubur dan diperlihatkan seperti sesuatu yang tidak baik! Betapa banyak orang-orang rakus yang menikah dengan orang-orang yang arif! Inilah salah satu tipu daya setan terhadap akal manusia, ia akan senantiasa berusaha menjerumuskan dan membujuk manusia agar mau memperturutkan hawa nafsu, hingga akhirnya mengikuti semua jalan kesesatan satu persatu dengan perlahan tapi pasti.”

Ketiga: Pihak ketiga yang mempengaruhi hati ialah sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Muhasibi: Nafsu akan selalu mengajak manusia untuk lakukan perbuatan tercela, mengajak pada kedurhakaan dan kejahatan.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak pada kejahatan.” (QS. Yusuf [12]: 53)

Nabi Ya’qub as berkata pada anak-anaknya saat mereka mengatakan bahwa srigala telah mencabik-cabik dan memakan jasad Yusuf as.

“Sebenarnya kalian-lah yang memandang baik perbuatan (yang buruk).” (QS. Yusuf [12]: 18)

Allah SWT menjelaskan kisah seorang manusia yang membunuh saudaranya sendiri, “Maka hanya nafsu Qabil-lah yang menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya.” (QS. Al-maidah[5]: 30)

Nafsu amarah biasanya ditunggangi oleh berbagai keinginan dan syahwat. Oleh sebab itu, seorang muslim hanya akan selamat dalam menghadapi perjuangan ini dengan menundukkan dan mengalahkan keinginan hawa nafsu itu sendiri.

Inilah tiga faktor yang senantiasa mempengaruhi hati manusia, seorang hamba hendaklah selalu siap untuk menyelamatkan diri dari wayuan hawa nafsunya, berusaha mengekang dan mengendalikan nafsu amarah, mempersiapkan segala sesuatu untuk memerangi dan menundukkan musuh; yaitu setan, berperang melawan setan dengan senjata yang sudah Allah berikan, yaitu dzikir, membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan beribadah serta lakukan berbagai kebaikan lainnya.

HANYA ALLAH SWT TUJUAN KITA

Berharap dan berniat hanya karena Allah, bukan tidak punya alasan yang logis dan tujuan yang hakiki dalam membimbing akal menuju ketenangan dan kedamaian jiwa. Berikut ini akan kita kemukakan sebagian hakikat yang akan diwujudkan oleh niat yang ikhlas dalam beribadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

Semoga ini semua menjadi amal ilmu dengan pahala tak putus bagi kita semua dan bagi saudara saudari yang mengikutinya. 


MOHON DI SEBARKAN  
( Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits Rasul, Serta Pendapat para Ulama )  

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution