Buah-Buah Kesuksesan Takkan Tumbuh Di Lahan Gersang
Suatu hari seorang teman datang ke rumah Nasrudin. Teman tersebut
bingung dan penasaran, dari semenjak ia datang, Nasrudin sibuk mencari
sesuatu dihalaman rumahnya. Sudah lama tapi belum ketemu. Akhirnya sang
teman bertanya; ‘ Nasrudin, kamu sedang mencari apa? oh saya sedang
mencari jarum. Jarum saya terjatuh. Temannya bertanya lagi ‘Nas,
jarumnya jatuh di mana ? Oh, tadi jatuh di dalam rumah. Tetapi karena di
dalam gelap, saya mencari di luar saja, di sini lebih terang.
Sering
kali manusia mau sukses, tapi mau mudahnya saja. Cenderung menghindari
kesulitan, ingin jalan pintas, tapi justru tersesat. Seorang
siswa/mahasiswa ingin nilai bagus agar disayang orang tua, guru, dan
dipuji oleh teman-temannya melakukan hal kurang terpuji saat ujian,
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk mendapatkani kunci jawaban
dengan cara mudah, cepat dan tepat. Nilainya memang bagus, tetapi
pengetahuannya kosong. Seorang pekerja ingin naik jabatan dengan cara
ABS pada bosnya, akhirnya naik jabatan tapi akhirnya stress karena tidak
menguasai alur pekerjaannya.
Seorang trainer ingin dikenal,
menjiplak bahan training orang lain mentah-mentah dan akhirnya kesulitan
saat pelatihan, kehilangan esensi materi dan pada akhirnya
ditinggalkan. Begitu banyak contoh nyata dikehidupan ini. Manusia
cenderung tak berani menghadapi kesulitan, hambatan dan tantangan hidup.
Berusaha lari dari kenyataan hidup, tak berani menatap masa depan, tak
berani menjadi dirinya sendiri. Ini disebabkan kemalasan, ‘kebodohan’
dan terbuai oleh sukses instan. Punya cita-cita selangit, tetapi
tindakan serendah bumi ( tanah).
Ilmu hidup sukses sering kali
begitu dekat dengan diri kita, bahkan hampir setiap hari kita jumpai,
tetapi sering kali kita abaikan, kita sepelekan, kita hempaskan begitu
saja. ‘Rumput tetangga lebih hijau’, sebuah ungkapan yang senantiasa
menjadi kenyataan. Seringkali ‘Guru-guru kesuksesan’ berada begitu dekat
dengan kita, tetapi sering pula kita abaikan. Bisa saja banyak
inspirasi kesuksesan hidup berasal dari teman, atasan, kekasih, orang
tua bahkan bawahan, kita abaikan begitu saja. Kita bisa belajar
kerendahan hati dari seorang office boy atau seorang tukang sampah, kita
bisa belajar tentang bagaimana ‘Menyuburkan lahan hidup’ dari seorang
petani, dan sebagainya. Tetapi karena itu menurut kita pekerjaan seperti
itu biasa-biasa saja dan merupakan rutinitas, kita gagal mendapatkan
pembelajaran kesuksesan yang luar biasa.
Manusia cenderung
mencari ‘guru-guru kesuksesan’. Dari satu guru keguru yang lain. Mencari
guru yang bisa menghadirkan kesuksesan dalam tempo
sesingkat-singkatnya, yang dapat membangun menara dalam satu malam. Saya
pribadi seringkali bertemu dengan orang-orang yang banyak sekali
belajar, tetapi bingung bagaimana menerapkan ilmu yang didapatkannya.
Mereka mengeluhkan kenapa kesuksesan tak bersahabat dengan mereka ?
Pintu kesuksesan seakan tertutup bagi mereka. Jawaban sederhana saya
adalah karena mereka cenderung mencari di luar, tapi mengabaikan faktor
dalam dirinya.
Setiap orang hidup membawa talenta-talenta yang
berbeda. Setiap orang mulai dari titik awal yang berbeda. Tentu saja
waktu sukses pun berbeda. Sebagian orang senantiasa mencari sukses dari
faktor eksternal, tetapi melupakan hakekat sukses yang sebenarnya ada di
dalam dirinya. Tanpa memperbaiki faktor dalam diri, tanpa memperbaiki
‘lahankehidupan’, tanpa menyuburkan ‘lahan kehidupan’ mustahil buah-buah
kehidupan/kesuksesan bisa tumbuh dengan subur. Mulailah berbenah diri,
lihat lebih jauh ke dalam, temukan segala kekurangan, perbaiki, pasti
sukses akan hadir bersama anda.
0 komentar:
Posting Komentar