Perubahan Apa yang Kita Dapat dari Ramadhan ke Ramadhan?
Sudah berapa kali dalam hidup kita melewati Ramadhan demi Ramadhan dan apa yang kita dapatkan selama ini
SUDAH kita pahami bersama bahwa Ramadhan menawarkan begitu banyak keutamaan dan kemuliaan. Tetapi ada peringatan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang hendaknya kita renungkan baik-baik.
Rasulullah bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya melainkan hanya rasa lapar dan dahaga.” (HR Ath-Thabrani).
Sudah berapa kali dalam hidup kita melewati Ramadhan demi Ramadhan
dan apa yang kita dapatkan selama ini. Kalau usia kita 40 tahun berarti
kita sudah menjalani puasa sebulan penuh kira-kira 25 kali dalam 25
tahun terakhir sejak kita baligh. Perubahan apa yang telah kita
dapatkan?
Ramadhan menawarkan momentum perubahan yang fundamental bagi pribadi
seorang mukmin maupun kehidupan umat Islam secara keseluruhan.
Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat Islam terjadi di bulan
Ramadhan.
Perang Badar, pembebasan Makkah (Fatkhul Makkah), sebagian
peristiwa pada Perang Tabuk, pembebasan Andalusia (Spanyol) oleh Thariq
bin Ziyad, dan sebagainya, termasuk proklamasi kemerdekaan Indonesia
terjadi di bulan Ramadhan.
Di bulan Ramadhan ini orang beriman diharuskan meninggalkan makan,
minum, melakukan hubungan seksual, dan segala hal yang membatalkan puasa
dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Diperintahkan kepada kita
untuk menjaga mata, telinga, lisan, tangan, kaki, pikiran dan hati kita
dari segala kemaksiatan.
Diperintahkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah sunnah di samping
tetap memperbaiki ibadah-ibadah wajib. Kalau itu semua kita lakukan
dengan benar tentu akan ada perubahan besar dalam hidup kita. Untuk itu
mari kita renungkan kembali apa sesungguhnya esensi Ramadhan itu bagi
kehidupan kita.
Pertama; Ramadhan Bulan Tarbiyah (Pendidikan)
Setiap manusia sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan fithrah. Inilah
kondisi ideal bagi manusia karena ia telah bertauhid semurni-murninya
sejak di dalam kandungan sampai ia dilahirkan. Jiwa yang bertauhid
inilah yang menjadikan manusia selalu merindukan kebaikan, kebenaran,
dan keindahan yang sempurna yang hanya bisa ia dapatkan ketika ia
mendekat kembali kepada Penciptanya. Setelah dilahirkan ke dunia,
manusia yang dalam dirinya melekat hawa nafsu, berinteraksi dengan
lingkungannya dan dipengaruhi godaan setan. Kondisi ini bisa merusak
fithrahnya. Karena itu pendidikan yang sesungguhnya adalah mendidik diri
agar mampu mengendalikan hawa nafsu dan memiliki imunitas (kekebalan)
dari berbagai godaan.
Sesungguhnya nafsu adalah anugerah Allah bagi manusia agar memiliki
gairah dan semangat untuk keberlangsungan hidupnya. Tidak ada nafsu
tidak ada kehidupan. Nafsu yang terkendali, seperti kuda tunggangan,
akan mengantarkan manusia mencapai tujuannya. Jika tidak terkendali,
maka ia akan menyeret kita tak tentu arah dan tujuan.
Sabda Nabi: “Puasa bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan
minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari
segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang
kotor dan keji.” (HR Bukhori)
Kedua; Ramadhan Bulan Ibadah
Ibadah sesungguhnya memiliki dimensi yang sangat luas mencakup segala
perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa perkataan
ataupun perbuatan, yang nampak (dzahir) ataupun yang tidak nampak
(bathin). Tetapi di bulan Ramadhan ini kita diperintahkan mengkhususkan
diri taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan
meningkatkan ibadah kita; shalat lima waktu berjamaah di masjid ditambah
dengan sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah, bangun di tengah
malam untuk tahajjud, doa, dzikir, tadarrus al-Qur’an, dan beri’tikaf di
masjid terutama pada sepuluh hari terakhir. Sebelas bulan kemarin kita
dibelit oleh kesibukan duniawi.
Kini saatnya kita rihlah, mentamasyakan jiwa kita yang selama ini
terlantar. Bebaskan diri kita dari segala kesempitan dunia dan
mendekatlah kepada Allah yang maha luas rahmat-Nya.
Mari kita sambut undangan Allah sebagaimana sabda Nabi: “Telah
datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu
pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan
mengabulkan do’a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini
dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada
Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah
yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (HR Ath-Thabrani)
Ketiga; Ramadhan Bulan Muhasabah (Instropeksi Diri)
Kesibukan hidup seringkali membuat kita kehilangan kejernihan.
Berbagai persoalan bertumpuk-tumpuk dan tidak menemukan jalan keluarnya.
Banyak orang yang mencari alternatif ke arena-arena hiburan. Apa yang
mereka dapatkan? Ketenangan, kejernihan berpikir, atau ketajaman
wawasan?
Justru arena-arena hiburan itu akan menambah permasalahan, membebani
otak, dan menumpuk berbagai permasalahan baru. Di sana kerakusan nafsu
dan keberingansan hewani akan terpupuk. Di bulan Ramadhan ini nafsu
ditundukkan, jiwa akan menjadi lebih tenang. Dalam kondisi ini kita
akan lebih jelas melihat persoalan hidup. Sebelas bulan kita cenderung
lalai, kini saatnya bermuhasabah untuk menata kembali orientasi hidup
kita.
Pesan Nabi : “Orang yang pandai adalah yang mengevaluasi
dirinya dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang
yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan
terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR Imam Tirmidzi)
Keempat; Ramadhan Bulan Taubat
Setiap manusia pasti mempunyai dosa dan kesalahan. Dan sebaik-baik
hamba yang berdosa adalah yang bertaubat kepada-Nya. Tetapi ketika dosa
sudah bertumpuk-tumpuk, berurat dan berakar, bukan perkara mudah untuk
bertaubat. Ibarat tanaman yang baru tumbuh, mudah bagi kita untuk
mencabutnya. Tetapi ketika ia sudah menjadi besar, tidak mudah kita
mencabutnya apalagi ketika tenaga kita semakin melemah.
Dibutuhkan energi ruhani yang luar biasa untuk berhenti dari setiap
kemaksiatan. Di bulan Ramadhan ini pintu surga dibuka, pintu neraka
ditutup, setan-setan dibelenggu, dan nafsu dikendalikan. Allah
menawarkan ampunan bagi setiap hamba yang berdosa untuk kembali
kepada-Nya.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa
Ramadhan dan saya menyunnahkan bagi kalian shalat malamnya. Maka
barangsiapa melaksanakan ibadah puasa dan shalat malamnya karena iman
dan karena ingin mendapatkan pahala, niscaya dia keluar dari dosadosanya
sebagaimana saat dia dilahirkan oleh ibundanya.” (HR Imam an-Nasa’i dan Imam Ahmad)
Kelima; Ramadhan Bulan Jihad
Turunnya perintah puasa di bulan Ramadhan beriringan dengan perintah
jihad dalam Perang Badar pada tahun kedua hijriah. Kaum muslimin
berperang dengan orang-orang kafir di bulan itu dengan tetap berpuasa.
Puasa dan jihad sesungguhnya memiliki esensi yang sama yaitu berperang,
terutama memerangi hawa nafsu.
Tidak mungkin orang akan berangkat berperang melawan musuh Allah
kalau ia tidak bisa memerangi nafsunya sendiri. Demikian juga tidak
mungkin orang bisa berpuasa dengan benar kalau dia tidak memerangi hawa
nafsunya. Karena itu sangat disayangkan di bulan Ramadhan ini sebagian
umat Islam justru memupuk nafsu bermalasan dan memperbanyak tidur.
Menjadi pemandangan yang lumrah tetapi memprihatinkan, sebagian kaum
muslimin melakukan hal yang sia-sia, bahkan maksiat; jalan-jalan sehabis
shubuh, berkumpul di lapangan dan taman-taman, bercampur baur lak-laki
perempuan, sulit menjaga pandangan mata; bermain video game, internet,
menonton TV (pagi, siang, sore, malam, hingga dini hari); memenuhi
tempat-tempat rekreasi dan hiburan, pusat perbelanjaan, kolam renang,
pemancingan; menunggu buka puasa dengan panggung hiburan musik,
kebut-kebutan liar, main petasan, bahkan di beberapa tempat ada tradisi
berjudi; malam hari di isi dengan begadang, mengobrol dan senda gurau;
dan tradisi-tradisi lain, baik yang lama (dari nenek moyang) maupun
tradisi baru, yang tidak ada hubungannya dengan ibadah Ramadhan. Karena
itu mari kita menempa diri di bulan ini dengan bersungguh-sungguh
berperang untuk menundukkan hawa nafsu kita dan bersungguh-sungguh
meraih setiap keutamaan di bulan ini
Keenam; Ramadhan Bulan al-Qur’an
Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran sebagaimana firman Allah
subhaanahu wa ta’aalaa : “Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al -Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq
dan yang batil),” (QS. Al-Baqarah: 185). Al-Quran adalah pedoman hidup
yang tidak boleh lepas dari kehidupan seseorang. Tanpa Al-Qur’an manusia
seperti berjalan di tengah malam gelap gulita tanpa cahaya. Mari kita
jadikan diri kita pribadi qur’ani. Keluarga kita keluarga qur’ani.
Anak-anak kita generasi qur’ani. Dan masyarakat kita masyarakat qur’ani.
Bebaskan diri dari buta huruf dan buta makna Al-Quran dengan
membacanya, memperbaiki bacaan, menterjemah, mempelajari tafsirnya, dan
mentadabburinya (mengambil hikmah darinya).
Ketujuh; Ramadhan Bulan Ukhuwwah
Di bulan Ramadhan ini kaum muslimin banyak bertemu dan berkumpul
untuk melakukan aktivitas bersama dalam ibadah ritual maupun ibadah
sosial. Bahkan sabda Nabi berikut ini mengisyaratkan kepada kita agar
membangun kebersamaan dan persatuan umat Islam.
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari
(ketika) manusia berhari raya,” HR Tirmidzi. Karena itu mari kita
hindari perdebatan dan pertengkaran dalam hal-hal yang bersifat
khilafiyah – furu’iyah. Para da’i, khatib, ustadz hendaknya menyampaikan
pesan-pesan ukhuwwah, bukan malah memperuncing perbedaan yang memang
tidak mungkin disamakan. Perbedaan dalam masalah-masalah khilafiyah
furu’iyah pasti akan terus terjadi, tetapi menjaga ukhuwwah adalah
kewajiban kita. Mari kita memperbanyak silaturrahim, saling memaafkan
dan memperbaiki hubungan, saling memberikan hadiah, saling menasehati,
saling mendoakan.
Kedelapan; Ramadhan Bulan Sedekah
Puasa mengingatkan kita tentang orang-orang yang kelaparan karena
kemiskinan dan kefakiran, yang kadang-kadang tak diketahui oleh
orang-orang kaya. Allah hendak memberi kabar kepada mereka bahwa di sana
ada saudara-saudara mereka yang tidur beralaskan tanah dan berselimut
langit, tanpa secuil makanan. Kalau kita lapar selama sebulan,
ketahuilah orang lain telah merasa lapar selama berbulan-bulan. Mari
kita jadikan puasa sebagai momentum untuk meningkatkan kedermawan dan
solidaritas sosial. Hindari segala sikap berlebih-lebihan, berfoya-foya,
pemborosan yang bisa menumpulkan jiwa sosial kita.
Siapkan harta untuk menunaikan zakat, memperbanyak sedekah, dan
memberi makan orang-orang yang berpuasa. Ibnu Abbas meriwayatkan: Bahwa
Rasulullah saw adalah manusia yang paling dermawan, dan bahwa beliau saw
lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan, ketika sering dikunjungi Jibril
(as) dan bahwa ia dikunjungi (Jibril as) setiap malam di bulan Ramadhan
dan memperdalam Al Qur’an, dan Sungguh Rasulullah saw lebih dermawan
terhadap perbuatan baik dari angin yang berhembus (sangat ringan dan
cepat berbuat baik tanpa merasa keberatan)” (HR Bukhari)
Kesembilan; Ramadhan Bulan Dakwah
Dakwah adalah mempertautkan hati manusia dengan hidayah Allah dan
merubah jiwa manusia kepada kondisi yang lebih baik dan diridhoi Allah.
Hati manusia senantiasa berbolak-balik. Kadang menerima, kadang
menolak. Kadang terbuka, kadang tertutup. Kadang semangat, kadang
mengendor. Kita diperintahkan berdakwah kepada manusia dengan cara yang
baik.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik,” QS An-Nahl : 125.
Pada bulan Ramadhan jiwa-jiwa manusia lebih terbuka sehingga lebih
mudah menangkap hidayah Allah. Karena itu mari kita gencarkan syiar
Islam dan semarakkan dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi,
ceramah dan sebagainya. Semoga dengan demikian semakin banyak umat Islam
ini yang tercerahkan.
Demikianlah berbagai hal yang menjadi esensi Ramadhan. Semoga puasa
kita tidak sia-sia. Tidak sekedar lapar dan dahaga. Semoga kita bisa
menjalani Ramadhan ini sebaik-baiknya dan berhasil meraih berbagai
kemuliaan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar