Anda Gemar Bercanda? Perhatikan Tiga Hadits Ini
CANDA tawa dalam kehidupan ini adalah bagian dari
perputaran hidup, karena tidak selamanya keadaan susah melanda. Hanya
saja sebaiknya dalam merelakskan diri jangan sampai kita terjebak dalam
hal yang berlebihan. Karena syariah mengatur muslim dalam bercanda tawa
dalam setiap harinya.
Indonesia termasuk negara yang sangat hoby dengan humor. Terlihat
dari banyaknya tayangan televisi, acara humor, komedia atau yang
sifatnya lawak dengan aneka ragam bentuk dan tipenya ada semua di
Indonesia ini. Bahkan tidak sedikit diantara komedian terpeleset dalam
candaan masalah yang sangat sensitif dan menabrak norma agama dan negara.
Kasus yang beberapa pekan terakhir ini heboh karena ada seorang artis
dangdut yang memakai candaan lambang negara mendapatkan protes serius
dari banyak kalangan. Hingga putri sang proklamator pun ikut turun
tangan agar tidak ada lagi orang yang menjadikan lambang negara atau
dasar negara sebagai candaan. Karena hal itu jelas melanggar
Undang-Undang yang ada.
Kalau lambang negara saja dipakai candaan mendapatkan protes yang
keras dari para pembela bangsa, maka seharusnya manakala ada para
komedian itu bercanda dengan syariat Islam atau lambang dari agama Islam
seharusnya para pembela Islam harus lebih sensitif dan wajib mengurnya.
Karena menjadikan syariah sebagai candaan adalah termasuk sebuah amalan
kekufuran yang pelakunya dijerat dengan ancaman neraka.
Dari itu semua umat Islam wajib paham, aturan main dalam bercanda.
Karena para ulama telah membahas dalam banyak kitabnya. Tentang akhlak
wal adab seorang muslim dalam menjalankan setiap harinya. Jangan sampai
hanya gara-gara ingin senang malah masuk kedalam buih dan terancam
dengan siksa neraka.
Dalam kesempatan kali ini, mari memahami tiga hadist tentang tertawa
agar kita semua bisa menjauhi larangan dan membebaskan diri dari sifat
buruk manusia. Karena kerugian akan didapat dan penyesalan akan terasa
di akhir waktunya bila kita terus menabrak ajaran Islam.
Hadist pertama:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum
tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya, Kecelakaan untuknya.” (Riwayat
Abu Dawud no. 4990. Syaikh Al-Albani berkata, “hasan.”)
Hadist ini menerangkan kepada kita semua agar kita hati-hati dalam
bercanda, jangan hanya ingin dikira lucu dan ingin membuat orang lain
ketawa dia berbohong dan berdusta. Hal seperti inilah yang akan
menyebabkan dirinya berdosa dan akan menyesal karena kecelakaan yang
hina bagi pelakunya. Naudzubillah.
Hadist kedua:
Dari sahabat Abdullah bin Zam’ah radhiyallahu ‘anhu suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan khutbah. Beliau menceritakan tentang kisah unta Nabi
Sholeh yang disembelih kaumnya yang membangkang. Beliau menafsirkan
firman Allah di surat as-Syams.
Kemudian beliau menasehati agar bersikap lembut dengan wanita, dan tidak boleh memukulnya.
Kemudian beliau menasehati sikap sahabat yang tertawa ketika mendengar ada yang kentut.
إِلَامَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ؟
“Mengapa kalian menertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (Riwayat Bukhari 4942 dan Muslim 2855).
Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan,
وكانوا في الجاهلية إذا وقع ذلك من أحد منهم في مجلس يضحكون فنهاهم عن ذلك
“Dulu mereka (para sahabat) di masa jahiliyah, apabila ada salah
satu peserta majlis yang kentut, mereka pada tertawa. Kemudian beliau
melarang hal itu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 9/189).
Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
الإنسان إنما يضحك ويتعجب من شيء لا يقع منه، أما ما يقع منه؛ فإنه لا
ينبغي أن يضحك منه، ولهذا عاتب النبي صلى الله عليه وسلم من يضحكون من
الضرطة؛ لأن هذا شيء يخرج منهم، وهو عادة عند كثير من الناس.
"Umumnya orang akan menertawakan dan terheran dengan sesuatu yang
tidak pernah terjadi pada dirinya. Sementara sesuatu yang juga dialami
dirinya, tidak selayaknya dia menertawakannya. Karena itulah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang yang menertawakan kentut.
Karena kentut juga mereka alami. Dan semacam ini (menertawakan kentut)
termasuk adat banyak masyarakat." (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).
Kemudian Imam Ibnu Utsaimin juga menyebutkan satu kaidah,
وفي هذا إشارة إلى أن الإنسان لا ينبغي له أن يعيب غيره فيما يفعله هو بنفسه
"Ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk
mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya." (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).
Hadist ketiga:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
"Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” ( Riwayat Tirmidzi 2/50)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu
hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka
menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.” (Riwayat Muslim nomor 2359)
Demikianlah tiga hadist yang perlu kita ketahui agar kita sennatiasa
hati-hati dalam bercanda baik dalam keseharian atau dalam berkomen di
dunia maya seperti di media sosial.
Karena bila kita sudah masuk dalam candaan yang mengenai negara dan
lambanganya siap-siap aja penjara sebagai ujung dari canda, bila agama
dan syariat di percandakan maka siap-siap neraka mengancam.
0 komentar:
Posting Komentar