Selasa, 12 Juli 2016

Bercanda?

Anda Gemar Bercanda? Perhatikan Tiga Hadits Ini


CANDA tawa dalam kehidupan ini adalah bagian dari perputaran hidup, karena tidak selamanya keadaan susah melanda. Hanya saja sebaiknya dalam merelakskan diri jangan sampai kita terjebak dalam hal yang berlebihan. Karena syariah mengatur muslim dalam bercanda tawa dalam setiap harinya.


Indonesia termasuk negara yang sangat hoby dengan humor. Terlihat dari banyaknya tayangan televisi, acara humor, komedia atau yang sifatnya lawak dengan aneka ragam bentuk dan tipenya ada semua di Indonesia ini. Bahkan tidak sedikit diantara komedian terpeleset dalam candaan masalah yang sangat sensitif dan menabrak norma agama dan negara.

Kasus yang beberapa pekan terakhir ini heboh karena ada seorang artis dangdut yang memakai candaan lambang negara mendapatkan protes serius dari banyak kalangan. Hingga putri sang proklamator pun ikut turun tangan agar tidak ada lagi orang yang menjadikan lambang negara atau dasar negara sebagai candaan. Karena hal itu jelas melanggar Undang-Undang yang ada.

Kalau lambang negara saja dipakai candaan mendapatkan protes yang keras dari para pembela bangsa, maka seharusnya manakala ada para komedian itu bercanda dengan syariat Islam atau lambang dari agama Islam seharusnya para pembela Islam harus lebih sensitif dan wajib mengurnya. Karena menjadikan syariah sebagai candaan adalah termasuk sebuah amalan kekufuran yang pelakunya dijerat dengan ancaman neraka.

Dari itu semua umat Islam wajib paham, aturan main dalam bercanda. Karena para ulama telah membahas dalam banyak kitabnya. Tentang akhlak wal adab seorang muslim dalam menjalankan setiap harinya. Jangan sampai hanya gara-gara ingin senang malah masuk kedalam buih dan terancam dengan siksa neraka.

Dalam kesempatan kali ini, mari memahami tiga hadist tentang tertawa agar kita semua bisa menjauhi larangan dan membebaskan diri dari sifat buruk manusia. Karena kerugian akan didapat dan penyesalan akan terasa di akhir waktunya bila kita terus menabrak ajaran Islam.

Hadist pertama:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya, Kecelakaan untuknya.” (Riwayat Abu Dawud no. 4990. Syaikh Al-Albani berkata, “hasan.”)

Hadist ini menerangkan kepada kita semua agar kita hati-hati dalam bercanda, jangan hanya ingin dikira lucu dan ingin membuat orang lain ketawa dia berbohong dan berdusta. Hal seperti inilah yang akan menyebabkan dirinya berdosa dan akan menyesal karena kecelakaan yang hina bagi pelakunya. Naudzubillah.

Hadist kedua:

Dari sahabat Abdullah bin Zam’ah radhiyallahu ‘anhu suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah. Beliau menceritakan tentang kisah unta Nabi Sholeh yang disembelih kaumnya yang membangkang. Beliau menafsirkan firman Allah di surat as-Syams.

Kemudian beliau menasehati agar bersikap lembut dengan wanita, dan tidak boleh memukulnya.

Kemudian beliau menasehati sikap sahabat yang tertawa ketika mendengar ada yang kentut.

إِلَامَ يَضْحَكُ أَحَدُكُمْ مِمَّا يَفْعَلُ؟

“Mengapa kalian menertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (Riwayat Bukhari 4942 dan Muslim 2855).

Dalam Tuhfatul Ahwadzi, Syarh Sunan Turmudzi, Al-Mubarokfuri mengatakan,

وكانوا في الجاهلية إذا وقع ذلك من أحد منهم في مجلس يضحكون فنهاهم عن ذلك

Dulu mereka (para sahabat) di masa jahiliyah, apabila ada salah satu peserta majlis yang kentut, mereka pada tertawa. Kemudian beliau melarang hal itu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 9/189).

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,

الإنسان إنما يضحك ويتعجب من شيء لا يقع منه، أما ما يقع منه؛ فإنه لا ينبغي أن يضحك منه، ولهذا عاتب النبي صلى الله عليه وسلم من يضحكون من الضرطة؛ لأن هذا شيء يخرج منهم، وهو عادة عند كثير من الناس.

"Umumnya orang akan menertawakan dan terheran dengan sesuatu yang tidak pernah terjadi pada dirinya. Sementara sesuatu yang juga dialami dirinya, tidak selayaknya dia menertawakannya. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela orang yang menertawakan kentut. Karena kentut juga mereka alami. Dan semacam ini (menertawakan kentut) termasuk adat banyak masyarakat." (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).

Kemudian Imam Ibnu Utsaimin juga menyebutkan satu kaidah,

وفي هذا إشارة إلى أن الإنسان لا ينبغي له أن يعيب غيره فيما يفعله هو بنفسه

"Ini merupakan isyarat bahwa tidak sepantasnya bagi manusia untuk mencela orang lain dengan sesuatu yang kita juga biasa mengalaminya." (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/120).

Hadist ketiga:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

"Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguh­nya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” ( Riwayat Tirmidzi 2/50)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
 
Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.” (Riwayat Muslim nomor 2359)

Demikianlah tiga hadist yang perlu kita ketahui agar kita sennatiasa hati-hati dalam bercanda baik dalam keseharian atau dalam berkomen di dunia maya seperti di media sosial.

Karena bila kita sudah masuk dalam candaan yang mengenai negara dan lambanganya siap-siap aja penjara sebagai ujung dari canda, bila agama dan syariat di percandakan maka siap-siap neraka mengancam.




0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution